Hai semuanya....
Cerita ini akan sangat singkat di tiap babnya.
Jadi, kalau nanti ada yang komen kok pendek banget ya dari awal aku tegaskan lagi.
Aku memang sengaja bikin pendek saja tiap babnya oke!!***
Sejaka tahu akan di nikahkan dengan juragan Ammar, Alana seharian mengurung diri di kamar. Tak hanya itu, ia juga mogok makan dan mogok kuliah. Bahrun hanya bisa menghela nafas. Tapi bagaimana juga semua sudah berjalan.
Persiapan pernikahan tengah dalam proses pengurusan oleh asisten sang juragan. Belum lagi lilitan hutang yang harus segera di lunasi oleh Bahrun, membuatnya mau tak mau mengorbankan perasaan putrinya.
Sempat terlintas dalam benaknya, ia adalah ayah yang jahat. Tapi balik lagi semua sudah terlanjur. Hutangnya sudah lunas karena sang juragan yang melunasinya dan menggantinya dengan menikahi putri satu-satunya.
Ditengah merenungi semua yang telah terjadi, tiba-tiba terdengar ketukan di pintu rumahnya yang sederhana. "Siapa?" teriak Bahrun.
"Syarif Pak."
Bahrun kembali menghela nafas. Ia pun bangkit dari duduknya. Ia membukakan pintu untuk asisten sang juragan. "Ada apa? Apa ada masalah?" tanya Bahrun.
"Saya di minta juragan untuk menyampaikan undangan untuk Bapak dan Alana. Hari ini ada perayaan ulang tahun juragan. Juragan ingin Alana ada di sana untuk mulai mengikuti setiap kegiatan yang di adakan di rumah besar. Bagaimana pun juga dua hari lagi Alana akan menjadi istri juragan." ucap Syarif sambil menyerahkan undangan kepada Bahrun.
"Aduh! Bagaimana ini? Putri saya sedang mengurung diri dari kemarin. Sudah pasti dia akan menolak untuk datang." Syarif menyunggingkan senyumnya.
"Itu terserah Pak Bahrun gimana caranya membawa Alana untuk datang. Saya hanya di minta untuk menyampaikan pesan juragan. Kalau begitu saya pamit."
Syarif pun pergi meninggalkan rumah kediaman Bahrun. Tinggallah Bahrun berdiri seorang diri di depan pintu. Kepalanya semakin berdenyut memikirkan cara apa yang akan ia gunakan untuk membuat putrinya datang ke acara syukuran ulang tahun juragan Ammar.
Saat membalikkan tubuhnya, Bahrun kaget karena Alna tengah berdiri dengan tatapan penuh benci kearahnya. "A...Alana..."
***
Alana membuka matanya. Sejak kemarin ia mengurung dirinya di kamar. Wajahnya sudah tak karu-karuan. Kedua kelopak matanya membengkak. Hidungnya memerah. Entah berapa lembar tissue yang ia pakai untuk mengelap ingus dan air matanya sejak kemarin.
Kondisi kamarnya yang selalu rapi, kini tampak berserakan. Tissue berserakan di lantai. Kondisi kamarnya sama hancurnya seperti kondisi hatinya yang luluh lantah. Alana mengerenyit nyeri di area tenggorokannya.
Efek mogok makan yang dilakukannya membuat tenggorokannya kekeringan. Dengan gontai, ia melangkahkan kakinya ke pintu. Saat pintu kamarnya di buka, ia mendengar suara ayahnya yang sedang berbincang dengan seseorang.
Betapa kesalnya Alana saat tahu siapa yang datang. Ia adalah Syarif salah seorang orang terpercaya juragan Ammar. Ia melihat sang ayah menerima kartu undangan yang di bawa Syarif. Amarahnya kembali memuncak.
Untuk apa pria tua itu meminta ku datang?!
Tak sudi aku datang kesana!!"A... Alana..." ucap Bahrun tergagap.
"Alana ngga sudi datang! Jangan paksa Alana untuk datang. Jangan buat Alana semakin durhaka sama Ayah." ucap Alana memperingati Bahrun. Ia membalikkan tubuhnya tapi di tahan oleh sang ayah.
"Tapi nak, Bapak harus bilang apa ke juragan? Kamu tahu kan juragan paling tidak suka di bantah."
"Alana tak peduli. Kenapa juga Alana harus mengikuti keinginannya. Sudah cukup Alana mengorbankan harga diri Alana."
"Tapi nak..."
"Kalau Ayah masih menganggap Alana sebagai anak, maka Ayah ngga akan paksa Alana untuk datang."
Alana pergi meninggalkan Bahrun sendirian. Ia kembali masuk ke dalam kamar dengan membanting pintu. Niatnya untuk mengambil air minum sudah tak minat lagi. Air matanya kembali tumpah.
Ayah tidak akan memaksa mu untuk pergi
Ayah yang akan datang sendiri. Maafkan Ayah sayang.***
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fourth Wife (REPUBLISH) || TAMAT
RomantikDi nikahi untuk dijadikan istri ke empat, adalah hal yang tidak akan pernah Alana harapkan dan impikan. Apalagi yang menjadi suaminya adalah seorang pria tua yang pantas menjadi ayahnya. Tak hanya itu, pria yang menikahinya itu adalah ayah dari pri...