Alana keluar dari wardrobe dan melihat Ammar masih tertawa. Itu membuatnya jengkel dan kesal.
"Ketawa aja terus." ucap Alana jutek. Kini ia sudah berganti baju. Ammar menariknya untuk duduk di tepi ranjang.
"Apaan sih ah!"
"Galak amat neng." goda Ammar sambil mencuil dagunya. Alana menepis tangan Ammar.
"Kenapa malah balik ke kamar ini? Kamar kita bukan disini sayang. Kasihan kamar pengantin yang udah di hias di abaikan begitu saja gara-gara pengantinnya pindah kamar."
Mendengar kamar pengantin membuat Alana bergidik. Itu artinya tempat dimana ia akan melakukan malam pertama. Belum apa-apa Alana merasa takut.
"Ngga mau. Bapak aja yang tidur disana. Aku mau tidurnya disini." Ammar mengerutkan dahinya.
"Bapak?"
"Iya lah Bapak. Kenapa? Pengen di panggil Mas? Abang? Atau Aa? Kagak usah ngarep. Inget umur karena bukan lagi usia untuk dipanggil panggilan kayak gitu." ucap Alana tanpa berani menatap wajah suaminya.
Ammar memang sedikit kecewa tapi apa daya ucapan istrinya itu benar. Ia pun tersenyum.
"Ya sudah gpp. Jadi beneran nih mau disini aja ngga dikamar kita? Ranjangnya lebih luas loh sayang. Disini ngga muat. Gimana kalo jatuh ke bawah."
"Emang ada jatoh ke atas? Dimana-mana jatoh mah ke bawah ngga ada yang ke atas. Pokoknya aku mau disini. Kalo bapak mau disana ya monggo."
Lagi-lagi Ammar tertawa mendengar ucapan istrinya yang selalu mematahkan ucapannya. "Ya udah deh bapak disini juga. Masa iya suami-istri tidurnya misah-misah."
Belum sempat protes, Ammar memeluk dan menarik tubuh mungil Alana kedalam pelukannya. Keduanya berbaring di ranjang. Alana mencoba untuk kabur tapi pelukan Ammar terlalu erat di tubuhnya. Percuma juga dirinya untuk berontak.
"Rambut kamu wangi banget, sayang." ucap Ammar menghirupi rambut basah Alana yang harum. Bulu kuduk Alana meremang tatkala hidung suaminya membelai rambutnya yang setengah basah.
Ammar melepas pelukannya dan membalikkan tubuh Alana menghadap dirinya. Terlihat muka tegang istrinya saat berhadapan dengannya. Ammar mengecup dahi, kedua mata, hidung dan terakhir bibir manis nan mungil miliknya.
Kecupan demi kecupan lembut itu membuat yang ada di dalam diri Ammar berontak. Belum lagi melihat istrinya memejamkan mata menikmati setiap kecupannya, membuat Ammar ingin segera mensahkan sang istri menjadi miliknya.
"Bapak mandi dulu. Jangan kemana-mana. Oiya tolong ambilkan pakaian di kamar kita." ucap Ammar sambil beranjak meninggalkan Alana yang bengong.
***
Seperti yang sudah diperintahkan Ammar sebelumnya, Syarif mengirimkan beberapa foto pemberkatan Ammar dan Alana ke Sinta dengan menggunakan nomor yang tidak dikenal.
Ia sangat yakin kalau Sinta akan sangat marah saat tahu Ammar sudah menikah. Dan benar saja, belum lama foto-foto pernikahan itu terkirim, Sinta sudah menelponnya.
Syarif membiarkan panggilan itu berkali-kali hingga akhirnya ia menjawab namun tak bicara. Sinta tampak geram melihat semua foto-foto itu. Sumpah serapah, bahasa binatang keluar dari mulutnya.
Syarif tersenyum mendengar kemarahan mantan majikannya itu. Tika yang akan pergi ke dapur, tiba-tiba mendekati Syarif. Pria itu memberi kode untuk diam.
Tika mendengarkan suara Sinta tengah mengamuk gara-gara pernikahan Ammar. "Wanita gila." bisik Tika ditelinga Syarif.
Syarif menganggukkan kepala. Keduanya terus mendengarkan amukan Sinta hingga wanita itu mematikan sambungan teleponnya karena lelah berkoar-koar.
***
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fourth Wife (REPUBLISH) || TAMAT
RomanceDi nikahi untuk dijadikan istri ke empat, adalah hal yang tidak akan pernah Alana harapkan dan impikan. Apalagi yang menjadi suaminya adalah seorang pria tua yang pantas menjadi ayahnya. Tak hanya itu, pria yang menikahinya itu adalah ayah dari pri...