Kenyataan

9.1K 845 29
                                    

"Jadi bagaimana hasilnya?" tanya Ammar saat melihat raut muka Jansen yang tegang. Ia bangun dan duduk di pinggir bed.

"Kau harus benar-benar fokus pada pengobatan mu. Kanker mu sudah menjalar ke organ-organ yang lain. Kalau kau terus seperti ini kau..." Jansen menghentikan ucapannya.

"Aku akan mati, begitu." ucap Ammar tenang tanpa beban.

"Jika sudah waktunya kenapa harus bertahan. Yang ada malah akan menyiksa diri sendiri."

"Tapi... Bagaimana dengan Alana? Sampai kapan ku akan merahasiakannya. Lebih baik dia tahu penyakitmu dari awal. Apalagi dia tengah hamil anak kalian, bagaimana kalau dia syok."

"Tak usah kau pikirkan itu. Alana urusanku, kau urusi penyakitku saja." cebik Ammar.

Jansen mengomel panjang. Ammar pun segera dipindahkan ke ruang perawatan untuk menjalani kemoterapi yang ke lima. Sejauh ini ia belum merasakan dampak apapun dari kemoterapi yang ia lakukan.

Hanya saja kondisinya tidak sefit sebelumnya. Ammar tidak mempermasalahkan itu, selama tubuhnya tidak mengalami perubahan yg drastis tak apa baginya.

***

Di lain tempat,

"Ya ampun kak Dion, kemana aja? Sombong banget sih." sapa salah satu teman Alana.

"Ah ngga begitu. Aku pergi cari uang buat nikahin Alana." ucap Dion santai. "Kak..."

"Ciyee Alana ciyee. Udah ngga galau lagi donk loe sekarang. Bebebnya udah pulang."

"Iya nih kak. Si Alana galau banget ditinggal kakak pergi."

"Benarkah sayang?"

Alana merasa tak nyaman. Ia pun membawa Dion pergi menjauh dari teman-temannya. Ia membawa Dion ke belakang kelas. "Kenapa kakak kemari?" tanya Alana tak suka.

"Aku kangen kamu sayang." ucap Dion sambil menarik Alana kedalam pelukannya. Alana terkesiap. Jantungnya langsung berdebar dengan kencang.

Jujur saja hingga sekarang dirinya masih belum bisa melupakan Dion. Kini ia bimbang antara perasaan yang baru mulai tumbuh bersama Ammar dan perasaan lamanya yang kembali muncul.

"Kakak kangen kamu sayang. Kangen banget." Dion memeluk erat wanita yang sangat ia rindukan. Ia menepis kenyataan bahwa Alana sudah menikah.

"Lepasin aku, Kak. Kita tidak boleh seperti ini."

Alana mendorong tubuh Dion yang terus memeluknya. Alana merasa tak nyaman dipeluk seerat ini. Ia memikirkan kondisi janinnya yang terhimpit.

Dion tak melepaskannya. Tepat disaat yang tept Syarif datang menyelamatkan Alana. "Ternyata anda disini, Nyonya." ucap Syarif terengah setelah berlarian mencari keberadaan Alana.

Dion melepaskan pelukannya, dan menatap kebingungan. Dengan gerak cepat,  Syarif menarik Alana untuk berada di belakang punggungnya. "Syarif, kenapa kamu ada disini?" tanya Dion bingung.

Ia menatap Alana dan Syarif bergantian. Ada hubungan apa Syarif dengan Alana? Pikir Dion.

"Saya menjemput nyonya Alana. Apa yang Tuan lakukan disini?"

"Aku sedang.... tunggu kamu bilang apa tadi? Nyonya?" Dion semakin bingung.

"Mari kita pulang, Nyonya." ucap Syarif meninggalkan Dion. Baru beberapa langkah Dion mencekal lengan Alana.

"Apa maksudnya ini? Jawab!"

"Ah... sakit kak." ringis Alana karena lengannya dicengkram dengan kuat oleh Dion.

"Jawab pertanyaan aku Alana. Bagaimana bisa kamu..."

"Ya. Seperti yang kakak pikirkan, aku sudah menikah dengan orang yang kamu panggil papa." ucap Alana tak ingin menyembunyikan kenyataan itu.

Dion membelalakkan matanya. Cengkramannya perlahan melonggar. Alana menarik tangannya yang terasa nyut-nyutan.

"Tolong jangan temui aku lagi. Hubungan kita sudah lama berakhir seperti keinginan tante Sinta. Aku sudah menjadi istri Mas Ammar, ayah mu. Jadi ku mohon kakak mengerti."

Alana pun pergi meninggalkan Dion yang masih tampak shock. Ia dan Syarif segera pergi meninggalkan kampus. Di dalam mobil, Alana menangis tersedu.

Bagaimana pun juga dulu hubungan mereka baik-baik saja meski ada pihak yang tak menyukai kebersamaan mereka. Mereka berpisah oleh karena keadaan yang memaksa, bukan keinginan mereka.

Wajar saja kalau keduanya masih saling menyimpan rasa itu. Tapi sekarang kenyataannya berbeda. Alana sudah dimiliki oleh orang lain. Andai saja Dion mendatanginya lebih awal mungkin yang menjadi suaminya adalah Dion bukan Ammar.

Syarif menghentikan mobilnya di tepi jalan. Ia pun keluar dari mobil, memilih membiarkan Alana meluapkan emosinya dalam bentuk tangisan.

***

TBC

The Fourth Wife (REPUBLISH) || TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang