Mandi

15.9K 905 30
                                    

Resepsi pernikahan Ammar dan Alana sangat sederhana. Hanya makan bersama dengan keluarga dan orang-orang terdekat. Meskipun begitu, Ammar tak melonggarkan penjagaan di sekitar tempat resepsi.

Semua orang berpesta, semua orang bahagia terkecuali Alana. Gadis manis yang baru menjadi istri beberapa jam itu tampak bosan. Ia memilih pergi meninggalkan hiruk pikuk pesta pernikahannya.

Ia masuk ke kamar lamanya bukan ke kamar pengantinnya bersama Ammar. Tak lupa ia mengunci pintu kamar agar tak ada seorang pun yang masuk kesana.

Perlahan ia mulai mencopot segala atribut yang menempel dari ujung kepala hingga ujung kaki, membersihkan sisa make up dan terakhir melucuti gaun indah yang mempercantik penampilannya hari ini.

Alana melangkahkan kedua kakinya menuju kamar mandi dimana bathtub hangat berisi gelembung sabun sudah menunggunya.

"Aah... Rilexnya."

Alana memejamkan kedua matanya menikmati sensai hangat di kulit. Rasa pegal, lelah dan nyeri karena karena harus berdiri lama perlahan mulai menghilang. Tergantikan dengan rasa nyaman dari air hangat.

 Tergantikan dengan rasa nyaman dari air hangat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Saking menikmati pesta pernikahannya, Ammar sampai tak memperhatikan keberadaan istrinya. Kepalanya terus celingak celinguk mencari sang iatri tercinta namun tak terlihat.

Ia mulai panik. Syarif yang tahu tuannya sedang mencari sang istri pun mendekat. "Istri anda sudah kembali lebih dulu ke kamar, Tuan." bisik Syarif yang tahu kekhawatiran Ammar.

"Benarkah? Kapan dia kembali?"

"Hampir setengah jam yang lalu, Tuan."

"Ya Tuhan... Aku melupakan istriku. Apa dia pergi bersama Tika?" tanya Ammar.

"Tika ada di pojok sana tengah menikmati santapan malamnya. Dia baru saja bergantian jaga dengan temannya. Istri anda kembali ke kamar sendirian."

"Apa?! Kenapa dibiarkan sendiri?! Bagaimana kalau..."

"Saya mengikutinya diam-diam, Tuan jika itu yang anda khawatirkan."

Ammar menghembuskan nafas lega. "Kau memang selali bisa di andalkan, Syarif. Terima kasih atas kesetiaan mu selama ini."

"Anda tidak perlu sungkan, Tuan."

"Baiklah sepertinya aku harus kembali. Istriku pasti sudah menunggu. Tolong makin perketat keamanan. Jangan pernah biarkan siapapun masuk tanpa ijinku."

"Baik Tuan."

***

Ammar membuka pintu kamar namun tak ada tanda-tanda istrinya disana. Ranjang pengantin mereka masih rapi dengan taburan keopak bunga mawar merah yang menghiasi seluruh ranjang.

"Pergi kemana dia?" gumam Ammar sambil mencari keberadaan istrinya. Ia mencoba mencari istrinya di kamar sebelum mereka menikah.

Pintu kamar terkunci. Ammar membuka laci meja yang tak jauh dari kamar Alana. Sebuah kunci sudah di genggamnya. Ammar pun segera membuka kunci pintu kamar tersebut lalu masuk ke dalam. Tak lupa ia pun mengunci kembali kamar tersebut.

Ammar meletakkan kunci di meja dekat pintu. Ia melangkahkan kakinya menuju ranjang yang sudah berserakan gaun pengantin milik Alana. Ia juga mendengar suara gemericik air dari kamar mandi. Ia berpikir istrinya sedang mandi.

Ia pun duduk di pinggir ranjang. Membuka sepatu dan kaos kaki serta jas dan dasi yang selalu melekat di tubuhnya. Ammar tersenyum melihat ukuran ranjang yang dipilih oleh istrinya itu.

"Ternyata istriku senang ranjang yang kecil ya. Hmm... menarik." gumamnya.

Sementara itu, Alana yang baru selesai berendam segera beranjak dari sana. Tubuhnya yang penuh dengan busa sabun diguyur oleh shower. Alana pun bersenandung ria. Ia tak tahu kalau Ammar sudah berhasil masuk ke kamarnya.

Setelah cukup membersihkan seluruh tubuhnya, Alana pun mengambil handuk untuk mengeringkan tubuh dan rambutnya. Sore itu Alana hanya mengenakan handuk yang hanya menutupi area dada dan intimnya saja. Ia tidak menggunakan bathrub untuk menutupi tubuhnya yang lain.

Dengan santai ia berjalan keluar dari kamar mandi sambil terus bersenandung hingga akhirnya ia berteriak kaget karena melihat Ammar ada dikamarnya.

"Ternyata istri ku sangat pintar bernyanyi." puji Ammar sambil tak berkedip menatap tubuhnya yang segar sehabis mandi.

Alana langsung bersembunyi di balik pintu kamar mandi. Ia sangat malu. "Ngapain kamu di kamarku!!" teriak Alana dengan kencang.

Ammar hanya tertawa. "CEPAT KELUAR!!" teriak Alana membuat Ammar semakin tertawa terbahak-bahak.

***

TBC

The Fourth Wife (REPUBLISH) || TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang