Kemantapan Hati

9.1K 864 37
                                    

"Apa?! Dia nikah karena hartanya papa? Ngga. Itu ngga mungkin. Alana yang aku kenal ngga kayak gitu." ucap Dion saat pulang kerumah.

Dia ingin mempertanyakan perihal pernikahan Alana dan Ayah mereka namun yang terjadi malah tidak seperti yang di harapkannya.

"Terserah kakak mau percaya atau ngga. Yang jelas wanita ular itu menggapai mimpinya dengan menikahi papa. Secara papa lebih kayak dari kakak." cibir Salsa.

Dion tak percaya. Alana bukan wanita seperti yang dituduhkan Salsa. Ada yang salah dengan itu.

"Kakak mohon katakan yang sebenarnya. Kakak tahu dari dulu kamu ngga suka kalau kakak berpacaran dengan Alana, tapi kakak minta penjelasan sebenar-benarnya. Bagaimana bisa Alana menikahi papa?"

"Ck... susah nih kalau udah jatuh cinta terlalu dalam. Aku bilang yang sebenarnya aja ngga dipercaya. Terserah kakak aja lah. Aku udah gedeg sama dia. Jangan pernah sebut-sebut lagi nama dia disini!"

"Asal kakak tahu demi hidup enak, dia meninggalkan ayahnya di rumah kumuh itu. Mana mau dia bawa ayahnya yang tukang judi itu tinggal dirumah utama. Hh... mungkin juga ayahnya ngga dianggap."

"JANGAN BICARA MACAM-MACAM TENTANG ALANA!! Aku salah bertanya sama kamu. Setelah sekian lama pun kamu dan mama ngga pernah berubah, malah makin membenci Alana."

Dion pergi meninggalkan Salsa yang tersenyum senang. Ia masuk ke kamarnya dan membanting pintu cukup keras.

***

Ammar baru kembali tengah malam. Efek kemoterapinya membuat tubuhnya lemas. Ia nyaris harus dirawat di rumah sakit karena kondisi tubuhnya yang mulai menurun.

Ammar langsung masuk ke kamar dimana istrinya sudah terlelap. Setelah berganti baju, ia pun segera merebahkan diri di samping Alana.

Ammar memeluk erat dan mengecupi wajah istrinya. Tak lupa ia mengecupi calon anak mereka. Ammar menatap istrinya dengan sendu. Bagaimana bisa ia mengalami hal ini dimana dirinya sudah menemukan kebahagiaan bersama Alana dan calon anak mereka?

Apa yang harus aku lakukan, Tuhan?
Tak bisakan kau beri aku waktu sedikit lagi sampai anak ku lahir?
Berilah aku waktu untuk membahagiakan istri dan anakku, Tuhan.

Ammar menitikkan air matanya. Alana bergerak mencari kenyamanan. Ammar segera menghapus air matanya. Ia tak mau Alana melihatnya bersedih. Alana terbangun dan tersenyum melihat suaminya sudah pulang.

"Mas... Kapan pulang?" tanya Alana dengan suara serak.

"Baru saja sayang. Bobok lagi yuk. Udah malam."

Alana memeluk tubuh Ammar dengan erat. "Lama banget pulangnya." ucap Alana manja.

"Maaf ya urusannya lebih ribet lagi. Makanya Mas pulang telat."

"Mas udah makan?" Ammar mengangguk. Alana menatap wajah suaminya dengan intens. Tangannya mengelus wajah tampan suaminya.

"Mas..."

"Iya sayangku." Ammar memejamkan mata meresapi sentuhan tangan istrinya di wajahnya.

"Mas... Kangen..." ucap Alana malu-malu. Ammar butuh waktu untuk mencerna ucapan sang istri. Ia pun tersenyum lalu mengecup bibir manis itu.

"Mas juga kangen banget sama kamu. Hampir seharian ngga ketemu bikin sesak."

Alana tersipu malu. Alana mulai berani mencium suaminya terlebih dahulu. Ammar semakin terbuai. Tangannya merabai tubuh istrinya. Area dada menjadi fokus utama kedua tangan Ammar saat ini. Efek kehamilan membuat dua benda kesayangannya itu berubah drastis tanpa meninggalkan kekenyalannya.

"Kamu yakin sayang?" ucap Ammar setelah melepaskan diri, menghirup oksigen sebanyak-banyaknya.

Alana mengangguk. "Yakin Mas. Mas ngga kangen aku?"

"Kangen banget sayang." Ammar menekan miliknya yang sangat keras ke tubuh Alana. Alana memeluk lehernya.

"Tunggu apalagi Mas." bisik Alana.

"Tapi... kamu lagi hamil muda sayang. Mas takut kalau nanti..."

"Sssst... Anak kita kangen papanya juga. Kangen ditengokin papa."

Ammar tertawa. Tanpa perlu berpikir panjang lagi Ammar pun segera menuntaskan rasa rindunya dengan sang istri. Ammar melakukannya dengan hati-hati tanpa mengurasi kenikmatan yang dirasa.

Peluh bercucuran keluar dari tubuh keduanya. Malam yang sunyi itu berubah menjadi malam panas yang indah.

"I love you, istriku." ucap Ammar seraya mengecup dahi istrinya.

"I love you, suami." Jawab Alana dengan mantap.

Ya. Alana memantapkan hatinya hanya untuk Ammar. Pria tua yang romantis ini. Dion adalah masa lalunya. Ia bahagia bisa memiliki moment-moment indah bersama Dion.

Ia pernah merangkai mimpi hidup bahagia bersama Dion, tapi Tuhan berkata lain. Kini ia menutup buku lamanya bersama Dion dan membuka lembaran baru bersama Ammar dan calon anak mereka.

Ya. Alana benar-benar jatuh cinta kepada suaminya itu.

***

TBC

The Fourth Wife (REPUBLISH) || TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang