Hai Alana kembali 👋🏻
Ayook jangan pelit likenya 🥺🥺
Gigit nih !!😶🌫️😶🌫️😶🌫️
Di sebuah klinik kandungan.
"Kondisi bayinya sangat baik, Pak Bu. Gerakannya juga sangat aktif. Detak jantungnya juga baik dan normal. Semoga dua minggu lagi bukan lagi kontrol tapi untuk melahirkan ya," ucap Dokter wanita yang di kunjungi oleh Alana. Syarif yang biasa hanya menunggu di luar ruangan tiap kali Alana kontrol kandungan, kini ia duduk manis di samping ranjang dan mendengarkan penjelasan dokter.
"Amin. Makasih dok. Saya juga sudah ngga sabar menanti kelahirannya." Alana bangkit dari ranjang pemeriksaan di bantu oleh Syarif. "Kamu ngga mau lihat jenis kelaminnya, Al?" tanya Syarif.
"Ngga usah Mas. Nanti saja."
"Bapak mau periksa? Boleh tinggal berbaring lagi saja isterinya." Alana tersenyum. "Tidak usah dok. Saya tahunya nanti saja pas baby lahir. Lebih tepat dan akurat."
"Ooh... ya sudah kalau begitu. Biar sekarang dibuat penasaran dulu ya Mama dan Papanya." Alana mengangguk. Setelah mendengarkan penjelasan dokter, Syarif dan Alana pun pulang. Dalam perjalanan pulang, mereka mampir ke sebuah warung mie ayam favorit Alana saat SMA.
"Semoga mamangnya masih jualan ya di depan sekolah," ucap Alana harap-harap cemas. Pasalnya ia sudah cukup lama lulus dari SMAnya tersebut, dan seingatnya mamang penjual mie ayam itu sepasang kakek dan nenek yang bisa di bilang cukup lanjut usia.
"Nah... itu dia Mas gerobak mie ayamnya." Alana berseru sambil menunjuk ke sebuah gerobak yang masih nangkring di depan sekolah lamanya. Syarif hanya tersenyum melihat tingkah lucu Alana yang tengah mengidam. Ia segera memarkir mobilnya dan segera membukakan pintu untuk Alana.
Alana tak menyangka bisa kembali ke sekolah lamanya dan jajan mie ayam kesukaannya sewaktu masih menjadi murid seragam putih abu-abu. Alana juga sempat berinteraksi sejenak dengan cucu kakek penjual mie ayam yang kini meneruskan usaha tersebut. Alana juga sedih saat mendengar kabar meninggalnya kakek dan nenek penjual mie ayam yang hanya berjarak sebulan setelah ia lulus dari sekolahnya.
Yang lebih mengherankan lagi adalah cucu penjual mie ayam itu sangat akrab dengan Syarif. Seolah Syarif adalah teman lamanya. Alana melirik pria tampan yang tengah asik menyantap mie ayam. Merasa diperhatikan, Syarif pun menghentikan kegiatan mengunyahnya.
"Kenapa Al?" tanya Syarif karena Alana menatapnya dengan tatapan yang serius.
"Mas kenal sama penjual mie ayamnya?" Alana menyelidik. Syarif menggelengkan kepala. Ia kembali menyantap mie ayamnya. "Bohong. Kok si Masnya sok akrab kayak gitu."
"Perasaan kamu saja kali, atau memang penjualnya akrab sama pengunjung."
"Masa sih?" Alana tampak berpikir. Jawaban yang diberikan oleh Syarif belum memuaskan rasa penasarannya. "Ayo dimakan mie ayamnya. Tadi berisik terus pengen makan mie ayam. Sekarang ada di depan mata malah di anggurin."
Alana mengerucutkan bibirnya kesal. "Ya udah nanti aku ngga akan berisik lagi." Alana sangat bete. "Loh kok ngambek? Yang bilang kamu ngga boleh berisik siapa, Al? Mas ngga melarang kok."
"Lah itu tadi. Mas bilang aku berisik!"
Ya Tuhan... Salah tanggap lagi, kan. Untung aku cinta kamu, Alana ucap Syarif dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fourth Wife (REPUBLISH) || TAMAT
RomanceDi nikahi untuk dijadikan istri ke empat, adalah hal yang tidak akan pernah Alana harapkan dan impikan. Apalagi yang menjadi suaminya adalah seorang pria tua yang pantas menjadi ayahnya. Tak hanya itu, pria yang menikahinya itu adalah ayah dari pri...