Hari itu keluarga Dellano tengah di rundung kesedihan. Setelah sebulan lebih menghilang, Sinta diketemukan dalam kondisi sudah tidak bernyawa dengan banyak sekali sisa-sisa tanda kepemilikan dan bekas sperma di tubuhnya.
Tubuhnya di geletakkan begitu saja di depan pintu masuk rumahnya dan hanya di tutupi sehelai kain yang menutupi tubuh telanjangnya. Seorang asisten rumah tangga yang akan memulai membersihkan rumah, berteriak histeris dan membangunkan seisi rumah.
Hari ini Sinta di makamkan. Seluruh pelayat datang untuk memberikan penghormatan terakhir untuk mendiang Sinta. Ammar dan Alana pun tiba. Tapi Alana langsung memisahkan diri. Ia membiarkan suaminya berada disamping Salsa yang tampak terpukul dengan kematian ibunya yang tragis.
Ammar juga memerintahkan anak buahnya untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan mantan istrinya itu hingga meninggal dalam kondisi mengenaskan.
Alana baru mengetahui kalau mantan istri suaminya yang meninggal adalah orang yang sama yang menghancurkan hidupnya dan juga hubungannya dengan Dion.
Mengingat Dion, kenangan indah bersama pria itu kembali menyeruak. Kepalanya bergerak kesana kemari mencari keberadaan pria itu. Tapi tak terlihat.
Kemana dia? Kenapa saat pemakaman ibunya dia ngga datang? Alana bertanya-tanya.
Alana merasakan kepalanya pusing karena panas yang menyengat. Ia meminta Tika sedikit menjauh dari sana dan memilih duduk di tempat yang teduh. Benar saja tak lama duduk, Alana kembali mimisan.
Tika langsung panik begitu juga dengan Syarif yang tak jauh dari mereka. "Ya ampun ngga usah pada panik gitu. Aku emang suka mimisan kalo kena matahari lama. Makanya pas mas Syarif jemput aku mimisan di dalam mobil karena ga kuat panas." jelas Alana sambil terus mengadahkan kepalanya keatas.
Hidungnya disumbat oleh tissue. "Ada es batu ngga? Biar di kompres es aja idungnya. Lebih cepet membeku deh darahnya daripada cuma di sumpal tisu." ucap Tika.
"Oke aku cari es dulu. Kebetulan dekat sini ada warung kecil. Siapa tahu mereka punya es."
"Sekalian beliin es teh manis ya, Mas." celetuk Alana sebelum Syarif pergi. Entah sudah berapa lembar tisue yang dipakai menyumpal hidung Alana tapi darahnya masih keluar dan semakin banyak.
Tak lama Syarif pun datang dengan sekantung es batu di tangannya. Alana yang sudah membayangkan minum es teh manis tiba-tiba sedih karena Syarif tidak membelikan pesanannya.
"Kamu lagi mimisan kayak gini malah mikirin es teh manis. Udah kita berhentiin dulu itu darahnya. Baru bikin es teh manis." ucap Syarif kesal karena Alana merengek minta es teh manis.
"Ih ngga mau. Pengen beli es teh manis, Mas hiks." Rengek Alana. "Itu kamu lagi panas dalam Al. Jangan dulu minum es nanti tambah panas dalam. Nanti kakak buatin ya dirumah. Disini takut ngga higienis." bujuk Tika.
🐝🐝🐝
Alana dibuat kesal. Sampai acara pemakaman selesai, Alana langsung masuk ke dalam mobil. Ammar mencari-cari istrinya. Ia pun membuka mobil dimana istrinya menunggu.
Alana langsung memeluk tubuhnya. Ammar mengecup dahinya. "Mas mau es teh manis." pinta Alana manja.
"Es teh manis? Emang ada yang jual?"
"Ada Mas. Tuh di warung situ." Alana menunjuk sebuah warung kopo kecil di samping gang menuju pemakaman.
Ammar mengerenyitkan dahinya. Warung itu terlihat kumuh. "Ngga sayang. Itu ngga higienis. Nanti dirumah di buatkan es teh manis sama Tika."
Lagi-lagi jawaban yang sama. Alana mengira suaminya akan membelikannya tapi ia juga malah melarang.
Alana langsung mendorong tubuh suaminya, memilih memunggungi Ammar karena kesal. "Sayang, jangan marah donk. Kalau ngga kumuh kayak gitu kan pasti udah mas beliin. Itu tempatnya kumuh banget sayang. Kalo kamu diare gimana?"
"Ya tinggal ke dokter apa susahnya sih. Kamu jahat aku pengen es teh manis aja ngga boleh hiks hiks..." Alana mulai menangis. Ammar jadi serba salah. Istrinya tak mau di dekati karena keinginannya tidak digubris.
Kepala Ammar makin pusing karena putrinya meminta dirinya duduk semobil dengannya. Ammar galau karena putrinya butuh dirinya, tapi ia juga tak bisa membiarkan Alana menangis.
"Sayang, Mas..."
"Pergi aja sana. Kamu jahat. Aku ngga mau ketemu kamu." usir Alana sambil terus menangis.
Dengan berat hati Ammar meninggalkan Alana dan masuk ke mobil putrinya itu. Sebelum pergi, Ammar memeluk istrinya dan mencium dahinya. Alana tak menolak hanya tak mau bicara lagi dengannya.
Iring-iringan mobil pun mulai pergi meninggalkan area pemakaman. Sepanjang jalan bayangan es teh manis yang di buat di warung kopi itu terus terbayang dibenaknya. Rasanya sudah ada di tenggorokan sensasi dingin dan segarnya itu.
"Nanti kakak buatin dirumah ya. Kamu mau segimana bikinnya. Segelas? Dua gelas? Seember nanti kakak buatin." bujuk Tika.
"Aku cuma mau es teh manis warung kopi tadi. Ngga mau yang lain." ucap Alana tegas.
Tika dan Syarif saling berpandangan. Sepertinya mereka paham dengan apa yang terjadi pada Alana.
🐝🐝🐝
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fourth Wife (REPUBLISH) || TAMAT
RomansaDi nikahi untuk dijadikan istri ke empat, adalah hal yang tidak akan pernah Alana harapkan dan impikan. Apalagi yang menjadi suaminya adalah seorang pria tua yang pantas menjadi ayahnya. Tak hanya itu, pria yang menikahinya itu adalah ayah dari pri...