Flashback

10.5K 766 31
                                    

"Dasar gadis bodoh! Aku sudah memperingatinya untuk tidak dekat dengan putraku. Tapi dia mengabaikan peringatan ku. Jangan salahkan aku jika terjadi sesuatu kepadanya..." ucap Sinta sambil meneguk winenya.

Ia menghubungi seseorang dan memerintahkan untuk menculik Alana. Sinta tak segan-segan menyuruh orang kepercayaannya untuk menyakiti Alana.

Ia sudah memperingati Alana untuk tidak menjalin hubungan dengan putra kesayangannya, tapi sepertinya omongannya hanya di anggap sebagai angin lalu.

Seperti yang sudah di rencanakan, beberapa orang sudah lama mengikuti Alana sejak dirinya pulang kampus.

Dion Dellano sudah menunggu sang kekasih tiga puluh menit sebelum Alana pulang. Alana tampak bahagia saat bertemu Dion.

Keduanya bermaksud untuk makan malam bersama di sebuah restoran. Malam yang membahagiakan bagi Alana ternyata adalah malam terakhir gadis itu bertemu dengan Dion.

Di tengah acara makan malam, Alana pamit ke kamar mandi. Tak lama setelah aktifitasnya di kamar mandi, Alana pun bermaksud kembali ke mejanya. Namun ia di hadang oleh beberapa orang yang tak dikenal.

Alana tak sempat untuk berteriak minta tolong karena mulutnya di bekap. Ia meronta-ronta, berusaha melepaskan diri tapi sebuah pukulan cukup keras mendarat tepat di tengkuknya. Alana pun tak sadarkan diri.

***

Sementara itu, Dion yang tengah menunggu sang kekasih mendapatkan telepon dari asisten mamanya kalau sang mama di larikan ke rumah sakit. Sontak saja Dion langsung bergegas pergi menuju tempat yang di tuju.

Ia lupa kalau ada Alana yang mungkin tengah mencarinya. Saat itu, pikiran Dion lebih tertuju pada kesehatan sang mama. Di lain tempat, Alana berada di sebuah rumah gubuk di tengah hutan.

Tangan dan kakinya terikat. Mulutnya di plester. Alana pun mulai sadar. Sayup-sayup ia mendengar seseorang berbicara. "Gadis ini suda ku amankan. Lalu bagaimana kelanjutannya?" ucap si penculik tanpa menyadari kalau Alana sudah siuman.

"Jadi kau tidak peduli jika aku melakukan sesuatu pada gadis itu?"

"Baiklah. Akan ku urus gadis itu. Jangan lupa kau harus membayar sisa pembayaran untuk hari ini." ucap si penculik sambil memutuskan sambungan teleponnya.

Pria yang menyadari kalau Alana sudah sadar pun perlahan membalikkan tubuhnya. Kedua mata Alana membulat. Tubuhnya bergetar hebat. Ketakutannya menyeruak.

Tubuhnya perlahan bergerak mundur diikuti pria itu berjalan mendekat. Alana berharap ia bisa melarikan diri tapi sayang kakinya ikut diikat. "Mau lari kemana gadis manis... Mari kita bersenang-senang dahulu." ucap pria itu sambil menyeringai.

Entah apa yang terjadi dengan Alana yang pasti hanya suara teriakan Alana lah yang terdengar di sana.

***

"Mama berbohong padaku?!" ucap Dion geram.

"Hanya itu yang bisa mama lakukan untuk menjauhkan mu dari gadis pembawa sial itu."

"Gadis pembawa sial itu adalah orang yang ku cintai." ucap Dion sedikit membentak.

Sinta tampak kaget. Ia tak menyangka putra kesayangannya berani membentaknya. "Kamu... Kamu berani bentak mama?!" ucap Sinta tak percaya.

"Hanya demi gadis sialan itu kamu berani membentak mama!"

"Karena mama yang membuatku melakukan itu. Kenapa mama tidak bisa menerima Alana bersama Dion? Salah Alana apa Ma? Dion sangat mencintai Alana." ucap Dion mencoba melunak.

"Cinta?! Itu bukan cinta. Kamu tidak tahu apa itu cinta. Mama hanya setuju kalau kamu menikah dengan wanita pilihan mama. Bukan dia."

"Tapi Ma... Yang Dion mau hanya Alana."

"Sekarang mama kasih kamu pilihan. Kamu memilih mama dan membangun kerajaan kita sendiri lalu menikah dengan gadis pilihan mama atau memilih gadis sialan itu dan keluar dari hak waris keluarga Dellano."

"Ma... Bagaimana bisa Dion memilih. Itu pilihan yang sulit."

"Mama mau kamu pilih sekarang juga. Mama atau dia." ucap Sinta tak ingin di bantah.

***

TBC

The Fourth Wife (REPUBLISH) || TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang