Rasa yang berbeda

17.4K 985 48
                                    

Warning 21+

🐝🐝

"Maaas..." desah Alana berat. Tubuhnya bergerak-gerak menghindari cumbuan Ammar. Ia sangat lelah tapi suaminya tak mengenal lelah.

"Udah... Maaass..." rengek Alana saat merasakan kembali milik Ammar menegang dibawah sana. Ammar terkikik mendengar keluhan istrinya yang pasti tak menolak jika sudah bersatu.

Di ronde pertama, Ammar bermaksud menyusul sang istri yang mulai terlelap. Tapi kenyataannya ia tak bisa. Ia kembali mengajak istrinya mengulang kegiatan panas mereka lagi dan lagi.

Bahkan Ammar memaksa istrinya memanggil dirinya Mas bukan Bapak. Alana pun menuruti keinginan Ammar. Setiap desahan dan erangan Alana, terlontar kata Mas yang terdengar begitu merdu di telinganya.

Ammar menghisap salah satu bulatan coklat milik istrinya. Ammar tak menyangka tubuh istrinya sangatlah indah. Payudara yang sangat pas ditangannya, bokong indah dan semua yang ada pada istrinya sangatlah indah.

"Maas... ih. Udah donk. Capek." rengek Alana tapi tak menolah saat milik suaminya kembali masuk. Rasanya penuh.

"Apanya yang udah sayang?"

"Itunya..." ucap Alana malu-malu. Ammar tersenyum.

"Apanya sih sayang? Yang jelas dong ngomongnya." ucap Ammar pura-pura bego. Ia malah menggerakkan pinggulnya perlahan membuat istri kecilnya itu menggeram.

Alana sulit untuk bicara karena yang keluar hanyalah desah dan erangan saja. Lambat laun ia hanya pasrah dibawah kungkungan Ammar.

Setelah selesai, Ammar pun membiarkan istrinya tertidur. Benar-benar tertidur. "Met tidur sayang ku." bisik Ammar tak lupa sebuah kecupan manis di kepala istrinya.

Rasa puas menikmati malam pertama mereka, membuat mata pria itu ikut terpejam.

***

Tepat tengah hari, Alana terbangun dari tidur panjangnya. Ia merasakan seluruh tubuhnya seperti remuk redam. Belum lagi ia merasakan nyeri di area kewanitaannya.

Tiba-tiba terlintas di pikirannya kegiatan panas yang sudah ia lalui dengan Ammar. Alana jadi kesal sendiri, tanpa permisi Ammar merenggut keperawanannya.

"Dasar tua bangka. Udah tahu baru pertama kali eh diserang habis-habisan. Kenapa ngga pingsan aja sih semalam. Kesel deh." gerutu Alana merutuki dirinya yang terbuai oleh sang suami.

Ia mencoba untuk duduk di ranjang yang sudah acak-acakan. Ia memeluk selimut yang menutupi tubuh telanjangnya. Meski dengan susah payah, akhirnya Alana bisa terduduk meski merasa tak nyaman.

"Anjrit... udah dipuasin terus sekarang ditinggal?! Dasar ya kucing garong."

Alana semakin kesal karena Ammar tak ada dikamar saat ia terbangun. Tadinya kalau Ammar ada disana dia akan mengumpat dan marah habis-habisan karena kelakuannya yang tak kenal lelah. Ia beruntung tidak kena omelannya.

Alana benar-benar mengutuk Ammar yang membuatnya sulit berjalan. Jangankan berdiri dan berjalan, sedikit ngesot dari ranjang saja rasanya nano-nano. Tidak bisa dijabarkan.

Alana sering mendengar teman-temannya yang sudah menikah sangat menikmati malam pertama mereka. Ada yang bilang sakit sebentar sisanya nikmat dll. Tapi kenapa hal yang dirasakan oleh Alana berbeda.

***

Ammar yang baru saja kembali meninjau perkebunannya bersama Syarif langsung menuju kamar dimana ia meninggalkan istrinya yang masih terlelap.

Saat pintu kamar dibuka, ia tak melihat keberadaan Alana disana. Ranjangnya kosong hanya menyisakan bercak merah bekas pembobolan semalam. Belum sempat ngecek kamar mandi, Ammar mendengar suara tangisan.

Ia segera menuju kamar mandi. Suara tangisan itu berasal dari sana. Ia sangat hafal suara itu adalah suara istrinya. Pintu kamar mandi terkunci dari dalam. Ia pun menggedor pintu kamar mandi.

"Alana... Kamu di dalam? Buka pintunya." ucapnya khawatir karena tangisan Alana semakin kencang.

"Pergi! Kamu jahat. Aku benci kamu!"

"Sayang Mas minta maaf. Semalam mas khilaf. Tolong buka pintu sayang. Mas ada salep untuk kamu."

"Ngga mau. Nanti bapak jahatin aku lagi... hiks"

"Ngga sayang Mas janji. Ayo buka pintunya."

Terdengar sepi dari dalam kamar mandi. Ammar berpikir Alana tengah berjalan untuk membuka kunci pintu kamar mandinya. Tapi tak lama Alana menjerit kesakitan.

Tanpa ba bi bu lagi, Ammar segera mendobrak pintu kamar mandi dan menemukan istrinya merintih kesakitan dilantai dengan selimut yang masih membalut tubuh telanjangnya.

Ammar meraih Alana kedalam dekapannya. Tangisan pilu Alana membuatnya semakin merasa bersalah. Belum lagi Alana yang memukuli tubuhnya untuk melampiaskan rasa nyeri di bagian bawah tubuhnya.

"Maaf sayang... Maaf"

Itu terus yang di ucapkan oleh Ammar hingga Alana benar-benar tenang.

***

TBC

The Fourth Wife (REPUBLISH) || TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang