Oh my god! Kami berciuman!
Alana kebingungan sendiri menghadapi Syarif yang tiba-tiba menciumnya. Tapi bodohnya ia sendiri tidak menghindar apalagi melarang Syarif mencium bibirnya. Syarif menciumnya dengan sangat lembut dan hati-hati.
Tangannya perlahan menarik tubuhnya semakin dekat. Saat tangan Syarif mengelus perutnya, Alana merasakan ada ribuan kupu-kupu beterbangan di perutnya. Mungkinkah bayinya juga merasakan apa yang sedang ia rasakan saat ini?
"Hatchi!!"
Syarif memalingkan wajahnya dan menutup mulutnya dengan tangan. Ia merutuki dirinya sendiri yang tiba-tiba bersin disaat tengah asik berciuman dengan Alana.
"Mas..." Alana meraih wajahnya dan merasakan suhu tubuh Syarif meningkat.
"Maaf Al. Padahal tadi momennya bagus tapi..."
"Kamu demam, Mas," ucap Alana khawatir. Tangannya meraba dahi Syarif yang memang tengah meningkat suhunya. Ia ikut merabai suhu tubuhnya sendiri.
"Gapapa sayang. Mas ngga sakit." Syarif tak ingin membuat Alana khawatir. Syarif menggenggam tangan Alana lalu mengecup punggung tangannya mesra.
Sabar Rif, sabar. Permulaan kamu cukup baik. Jangan bikin Alana jadi illfeel sama kamu.
"Apanya yang gapapa? Badan Mas panas banget kayak gini. Pasti karena Mas beberapa hari ini tidur di mobil dalam cuaca hujan kayak gini. Ayo masuk ke rumah. Disini dingin." Alana menatapnya sedih.
"Jangan Al. Mas ngga enak sama Bapak."
"Jangan menolak! Atau Mas ngga boleh ketemu Alana selamanya!" Alana mengancam Syarif, dan tentu saja pria itu mengikuti kemauan Alana. Sepertinya ide Alana mengajaknya menginap dirumah bukanlah ide yang buruk. Ia butuh beristirahat agar tubuhnya kembali fit.
"Ya sudah Mas manut. Mas ngga mau calon istri dan anak Mas khawatir."
Mendengar hal itu Alana merona. Ia memukul lengan Syarif. Pria itu tertawa. Syarif membuka pintu mobil lalu membuka payung yang sebelumnya do bawa Alana. Pria itu berjalan kesisi mobil yang satunya dan membukakan pintu untuk Alana. Dengan hati-hati Syarif membimbing Alana keluar dari mobil. Setelah memastikan mobil telah terkunci, keduanya berjalan menuju rumah. Tentunya sambul bergandengan tangan.
Seperti orang gila, Syarif senyam senyum sendiri melangkah menuju rumah dengan bergandengan tangan. Bagaimana tidak kegirangan, Alana bahkan sama sekali tidak menolak untuk berpegangan tangan dengannya. Sinyal yang baik untuk hubungan mereka saat ini.
"Sayang... Kamu. Kamu yakin ajak Mas kesini?" tanya Syarif sambil menahan tangan Alana yang hendak masuk ke kamarnya.
"Kenapa Mas?"
"Al masa kamu ajak Mas masuk ke kamar kamu? Mas tunggu diluar sofa saja ya. Ngga enak kalau dilihat Pak Bahrun."
"Oh iya maaf Mas. Ya sudah Mas tunggu di sofa dulu. Alana ambil handuk dan baju ganti untuk Mas ya." Syarif mengangguk. Alana masuk ke dalam kamarnya mengambil barang-barang yang ia perlukan. Tak lama ia kembali dengan sebuah handuk dan satu setel pakaian.
"Ini handuk dan bajunya Mas. Alana pinjam bajunya Ayah." Syarif menerimanya. Ia langsung menggosokkan handuk ke tubuhnya yang basah terkena hujan.
"Ganti bajunya mau di kamar Alana atau di kamar mandi? Semoga bajunya Ayah muat ya sama tinggi badannya Mas." Alana terlihat menahan senyumnya. Baru membayangkannya saja sudah lucu apalagi jika benar terjadi. Syarif memiliki tubuh yang tegap dan jangkung. Sedangkan Bahrun tidak jangkung. Bahrun cenderung pendek untuk ukuran tinggi seorang pria.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fourth Wife (REPUBLISH) || TAMAT
RomanceDi nikahi untuk dijadikan istri ke empat, adalah hal yang tidak akan pernah Alana harapkan dan impikan. Apalagi yang menjadi suaminya adalah seorang pria tua yang pantas menjadi ayahnya. Tak hanya itu, pria yang menikahinya itu adalah ayah dari pri...