Bingung

9.2K 757 21
                                    

Di malam terjadi penculikan...

Pelayan itu berlari masuk ke dalam rumah. Melihat Alana dan Tika di culik, ia pun memilih pergi masuk ke dalam rumah daripada ia sendiri menjadi korban penculikan juga.

Ia langsung masuk ke dalam kamarnya dan langsung mengunci pintu. Mukanya terlihat pucat pasi. Kedua kakinya yang sedari tadi kuat menopang tubuhnya mendadak lemas seperti kehilangan tulang.

Tubuhnya merosot ke lantai. Kedua kakinya ditekuk. Bahkan ia menutup kedua telinganya dengan kedua tangan tiap kali mendengar suara langkah yang mengarah ke kamarnya.

Setelah di rasa aman, si pelayan itu barulah bisa bernafas lega. Ia mencari ponselnya lalu menelpon Sinta. Si pelayan wanita yang bernama Anna itu mengumpat kesal karena Sinta sulit dihubungi.

Setelah berkali-kali mencoba, akhirnya Sinta pun mengangkat telponnya. Dengan nafas terengah dan agak serak, Sinta mengangkat teleponnya. "Ada apa kau menelponku malam-malam? Kau mengganggu aktifitas ku saja." ucap Sinta kesal.

Pasalnya ia baru saja selesai bergumul dengan seorang pria di kamarnya. Bahkan pria itu masih mencumbu tubuhnya.

"Maaf Nyonya... tapi apa yang akan saya sampaikan ini sangatlah penting."

Anna mendengar suara erangan Sinta dari seberang sana. Ia mengerti mengapa majikannya sangat marah, karena sang majikan tengah melakukan aktifitas panas.

"Aaahh... Ada apa? Cepat katakan!"

"Alana di culik, Nyonya." ucap Anna tak ingin basa-basi. "Apa?!" Sinta terdengar kaget.

Anna mendengar suara si pria mengumpat kasar. Sepertinya Sinta menjauhkan diri dari kungkungan si pria karena ingin fokus mendengar info darinya.

"Apa? Kau bilang apa?"

"Nona Alana baru saja di culik, Nyonya."

"Kau yakin?"

"Sangat yakin, Nyonya. Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri. Bahkan Tika pun ikutan di bawa oleh penculiknya."

Terdengar Sinta tertawa bahagia. "Bagus sekali. Aku tak menyangka si John bergerak cepat. Baiklah kau terus awasi keadaan rumah utama dan terus laporkan kepadaku."

"Baik, Nyonya."

Sambungan telepon pun terputus. Anna segera membaringkan tubuhnya karena masih syok.

***

"Ada apa, hmm..." tanya pria itu. Ia melingkarkan kedua tangannya di perut Sinta. Bibirnya langsung mengecupi leher jenjang wanita itu.

Kedua tangannya meremas dada indah yang sudah berubah warna karena ulahnya. "Sayang... hentikan." racau Sinta tak bisa menolak sentuhan John.

Ia berusaha melepaskan diri dari tangan-tangan jahil John. Sinta membalikkan tubuhnya menghadap John.

"Kerja mu sangat bagus, John." puji Sinta dengan wajah berbinar-binar. John tampak kebingungan.

"Maksudnya?"

"Anak buah mu sudah menculik bocah sialan itu dan menggagalkan pernikahan Ammar. Kau ini mengapa tak bilang kalau anak buah mu akan beroperasi malam ini, sayang."

John semakin terlihat bingung. Pasalnya Sinta baru mengutarakan keinginannya untuk menculik calon istri sang mantan, tapi ia belum berkoordinasi dengan anak-anak buahnya.

John tersenyum, "everything for you, Babe."

Sinta membalas ciuman John. Ia membawa tubuh Sinta kembali ke ranjang. Urusan penculikn itu akan ia tanyakan keesokan harinya. Yang penting malam ini ia mendapatkan kepuasan dulu dari Sinta.

"Oh John... aku belum selesai bicara. Tunggu dulu." ucap Sinta sambil menahan dada bidang John.

John menyunggingkan senyumnya. "Untuk hal itu akan kita bicarakan besok sayang. Adik ku tak bisa menunggu lama lagi. Ia membutuhkan mu." bisik John sambil menyatukan mereka.

"Aah... Brengsek kau, John." erang Sinta yang menikmati gerakan kasar John. Keduanya kembali tenggelang dalam nikmatnya bercinta.

John masih bertanya-tanya siapa gerangan yang mengutus anak buahnya bergerak tanpa komando darinya.

***

TBC

The Fourth Wife (REPUBLISH) || TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang