Kidnap

12K 879 21
                                    

"Woaaaa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Woaaaa... Bagus banget kak pemandangannya." seru Alana saat di ajak ke belakang rumah. Disana terdampar kebun yang sangat luas.

Alana berlarian kesana kemari. Tika melihat perbedaan saat tadi sedang belajar dan saat istirahat. Alana tampak sangat kegirangan.

"Ya ampun kak, ini cantik banget. Aduh kalau saja kamera ku ada, aku pasti akan banyak mengambil foto disini. Sayang banget."

"Kamu hobi memotret?" Alana mengangguk.

"Di kampus aku masuk klub fotograpi dan jurnalis juga kak. Baru kali ini loh aku berjauhan sama kamera kesayangan aku. Biasanya itu kamera ga pernah lepas dari tangan. Kata Ayah sih kameranya di kasih lem karena nempel terus sama tangan aku." ucap Alana sambil tertawa.

"Apalagi yang kamu butuhkan selama disini? Nanti aku bisa lapor ke juragan biar kamu kerasan tinggal disini." ucap Tika membuat mood Alana mendadak berubah.

"Ish kakak. Ngapain ngasih tahu dia sih. Aku ngga butuh apa-apa karena aku ngga mau tinggal lama disini." ucapnya ketus.

Alana menggerutu. Sepertinya Tika salah bicara dan menghancurkan mood gadis itu. "Oke oke maaf. Oh iya kamu suka berkebun ngga? Disini ada tempat yang pasti kamu suka. Kita bisa bikin teh dan makan camilan sambil menunggu jam makan malam."

Alana pun tertarik. Ia berjalan mengikuti Tika ke arah samping rumah. Tika membawanya ke sebuah rumah kecil yang di kelilingi oleh taman bunga. Di sana terdapat sofa yang empuk.

Lagi-lagi Alana di buat kagum sama rumah itu. Alana mengatakan bahwa ini bukan lagi rumah, melainkan kastil.

 Alana mengatakan bahwa ini bukan lagi rumah, melainkan kastil

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Sementara itu, menjelang malam beberapa orang pria berpakaian serba hitam, memakai masker dan kacamata hitam satu persatu turun dari sebuan Van. Mereka berjalan mengendap-endap menghindari cctv yang dipasang di sudut rumah.

Mereka berhasil menerobos masuk via pintu belakang. Malam itu suasana sudah cukup sepi. Hanya ada beberapa pelayan saja yang masih terlihat mondar mandir termasuk si mata-mata yang tak pernah jauh dari wilayah kamar Ammar dimana Alana tidur.

Tika juga sudah masuk ke kamarnya untuk beristirahat. Alana masih asik dengan gadgetnya sambil mendengarkan lagu. Ia merasa haus dan bermaksud keluar dari kamar menuju dapur untuk mengambil minum.

"Ya ampun bikin kaget aja." ucap Alana saat melihat seorang pelayan muncul tiba-tiba dari tempat yang cukup gelap.

"Maaf nona. Saya tidak bermaksud mengagetkan anda. Nona mau kemana? Nona butuh sesuatu? Bisa saya ambilkan."

"Tak perlu. Aku cuma mau pergi ke dapur untuk minum."

"Saya bisa mengambilkannya nona."

Alana mengangkat sebelah tangannya. Ia mengatakan ingin mengambilnya sendiri ke dapur. Lalu ia pun segera meninggalkan pelayan mata-mata tersebut.

Belum sempat si pelayan mengikuti, ia melihat beberapa orang pria misterius menghadang Alana lalu tanpa banyak bicara mereka menculik Alana.

Sontak saja ia berteriak histeris sambil berlari mengejar pria-pria yang membawa Alana kabur dari rumah. Tika yang mendengar teriakan si pelayan tadi langsung keluar kamar.

Dari kejauhan ia melihat Alana tengah berontak untuk mencoba melepaskan diri dari pria yang menculiknya. Tika berlari sangat kencang untuk mengejar si penculik.

Tika yang punya bekal ilmu bela diri tak mampu menandingi kekuatan anak buah si penculik. Pertarungannya tidak imbang. Tika harus melawan dua orang pria sedangkan dirinya hanya sendiri. Pikirannya pun lebih tertuju kepada Alana yang entah hilang kemana.

Saat lengah Tika pun berhasil di lumpuhkan.

***

TBC

The Fourth Wife (REPUBLISH) || TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang