Wohoo 350 vote 👏🏻
Nah gitu donk kan neneng syeneng liatnya.
350 lagi dah buat triple Update 🤣***
Alana sudah kembali ke rutinitas kuliahnya yang mulai padat. Libur semester hampir sebulan itu berakhir. Itu artinya sudah sebulan juga dirinya menjadi nyonya Dellano, istri dari pengusaha tampan dan kaya Ammar Dellano.
Teman-temannya di kampus tidak tahu statusnya yang sudah bersuami. Ia tak ingin memberi tahu akan hal itu. Ammar pun tidak memaksa sang istri mengakui status pernikahannya. Ia hanya ingin istrinya tetap senang menjalani rumah tangga mereka dan kegiatannya sebagai mahasiswi tingkat akhir di kampus.
Seperti pagi ini, Ammar tak pernah absen mengantar dan menjemput sang istri ke kampus. Sepenting apapun urusan pekerjaannya, tak ada yang mengalahkn urusannya menjemput dan mengantar istri tercinta.
"Ingat belajar yang rajin ya." ucap Ammar sebelum istrinya keluar dari mobil.
"Iya donk. Ngga liat nilai IPK aku kemarin."
"Iya Mas tahu istri mas yang cantik ini pinter dalam segala hal. Termasuk urusan ranjang." puji Ammar sekaligus menggoda. Ammar punya memiliki kesibukan lain yaitu menggoda sang istri.
Ia tahu Alana adalah mahasiswi yang pintar. Alana termasuk salah satu mahasiswi berprestasi yang sering mendapatkan beasiswa yang di selenggarakan olehnya.
Usia Alana sama dengan putri bungsunya Salsa. Tapi semangat yang dimiliki oleh mereka berbeda. Salsa yang masih kuliah tapi beda kampus dengan Alana, tampak ogah-ogahan dengan pendidikannya.
Ia lebih memilih menikah dengan Denis suaminya, menjadi ibu rumah tangga dan mengurus suami dibanding belajar di kampus.
Pipi chubby istrinya itu akan berubah merah jika digoda olehnya dan itu membuatnya senang. "Dasar mesum!"
Ammar tertawa. "Sah donk mesum sama istri sendiri. Udah gih cepetan turun, lama di mobil nanti mas culik ke hotel. Kamu belajar di hotel sama Mas bikin anak."
Alana tertawa. Ia mulai menyukai candaan receh suaminya. Ia pun segera pamit dan turun dari mobil. Ammar pun pergi meninggalkan Alana untuk konsentrasi belajar.
***
Di lain tempat, seorang pria yang berpenampilan rapih, setelan mahal berjalan dilorong menuju sebuah kamar. Kamar yang di huni oleh seseorang yang sudah sebulan ini tinggal disana.
Begitu sampai di depan kamar, tangan pria itu merogoh kunci yang ada disaku celananya. Pintu itu pun terbuka. Ia masuk dan kembali menutup pintu kamar tersebut.
"John... Kau kah itu?" ucap seorang wanita dengan suara lemah. Wanita yang tengah berbaring diatas ranjang itu berusaha mengangkat kepalanya untuk melihat siapa yang datang.
Matanya langsung berbinar saat melihat John berdiri menatapnya. Salah satu tangannya memegang sebuah nampan yang berisi makanan untuknya.
John mendekati Sinta yang tampak tak berdaya tergolek lemas di atas ranjang yang sudah tak beraturan. John memandangi tubuh telanjang wanita itu yang penuh bercak merah keunguan dimana-mana, seolah tak ada lagi tempat yang tak dibubuhi oleh kiss mark.
"Ckckck... Bagaimana bisa mereka semua membuat tubuh mu berubah warna seperti ini." Ia menyimpan nampan diatas meja kecil lalu duduk di tepi ranjang.
Sinta beringsut mendekati John. Tapi hanya kepalanya saja yang menggapai paha pria itu.
"Tolong aku John... Aku minta maaf. Keluarkan aku dari sini. Aku mohon John." pinta Sinta memelas.
Ia sudah tak sanggup lagi terkurung disana hanya untuk dijadikan pemuas nafsu anak buah John. Tubuhnya sudah tak sanggup lagi melayani pria-pria hidung belang yang nyaris berdatangan setiap saat.
Tak jarang ia di gilir melayani beberapa orang sekaligus. John hanya datang sebentar itu pun hanya untuk membawakannya asupan makanan agar staminanya tetap terjaga demi kepuasan anak buahnya.
"Kenapa? Bukan kah kau senang bercinta dengan anak-anak buahku, hm. Ku dengar kau mengatakan bahwa mereka jauh lebih perkasa dibandingkan aku. Kenapa sekarang minta untuk pergi."
Air mata Sinta mulai membasahi wajahnya. Ia menggelengkan kepalanya.
"Cukup. Aku sudah tak sanggup lagi, John. Ku mohon lepaskan aku. Biarkan aku kembali ke keluargaku. Aku mohon."
Belum sempat John bicara, dua orang anak buahnya masuk ke dalam kamar. Mereka langsung menundukkan kepalanya di depan John.
"Aku mohon tolong keluarkan aku dari sini. Aku udah tak sanggup melayani mereka. Aku mohon bawa aku pergi dari sini." Pinta Sinta memelas.
Sinta menatap ngeri kedua pria hidung belang yang sudah menantinya di depan pintu.
"Hm... Bagaimana ini. Aku tak bisa membawa mu keluar sayang. Mereka membutuhkan mu. Kau adalah energi bagi mereka untuk terus semangat bekerja untuk ku. Jadi selama mereka menyukai mu, kenapa kau harus pergi."
John mulai berdiri. "Ngga John. Ku mohon bawa aku pergi. Aku mohon John." Teriak Sinta saat pintu kamar mulai tertutup.
John menyunggingkan senyumnya mendengar teriakan penolakan Sinta yang berujung lenguhan dan erangan nikmat dari mulutnya.
***
Sementara itu, Salsa terus kepikiran mamanya yang sudah pergi meninggalkan rumah selama hampir sebulan. Tak ada kabar dari sang mama. Bahkan ponsenya tak bisa dihubungi sama sekali dan itu membuatnya cemas.
"Mas apa kita harus lapor polisi?" Tanya Salsa kepada Denis suaminya.
"Untuk?"
"Pake tanya untuk apa? Ya buat cari mama lah. Mama tuh udah ngilang ngga ada kabar hampir sebulan sejak mama tahu papa nikah. Feeling aku ngga enak tentang mama."
"Paling mama holiday sama pacar-pacar barunya di suatu tempat, ngga mau diganggu makanya ponselnya dimatiin. Udah biarin aja nanti juga mama balik kalau suasana hatinya membaik."
"Ish... Kamu tuh ya. Aku tuh khawatir sama mama. Biasanya mama pergi sampe berbulan-bulan juga aku bodo amat ngga nyariin. Kali ini feeling aku jelek sayang. Mama pergi buru-buru terus ngga ada kabar sampai sekarang. Aku takut mama kenapa-kenapa."
"Ya udah kamu telpon papa. Siapa tahu mama datang ke rumah papa terus bikin onar dengan berujung di kurung di ruang bawah tanahnya papa."
"Masa iya sih mama samperin papa?" Salsa tampak meragu.
"Kamu itu anaknya harusnya lebih paham donk tabiat mama kamu kayak gimana. Aku aja yang baru tiga tahun jadi menantunya aja sekali lihat paham. Mama itu obsesinya terlalu tinggi sama kayak anaknya. Untung aku sayang dan cinta sama anaknya."
"Brengsek kamu." Salsa kesal mendengar ucapan suaminya.
"Udah buruan telepon papa. Tanyain keberadaan mama baik-baik. Kalo kamu langsung ngegas, udah males duluan si papa."
"Ya udah aku coba telpon papa."
Salsa mengambil ponselnya lalu menekan nomor telpon papanya. "Sini biar aku aja yang tanya. Kalo kamu yang telpon, kamu udah pasti marah-marah. Persis banget sama mama." ucap Denis merebut ponsel dari tangan istrinya.
Tak lama kemudian telpon pun tersambung. Salsa mulai merapatkan tubuhnya ke Denis. Ia penasaran dengan apa yang akan dikatakan Denis kepada papanya.
Tapi Denis malah pergi menjauh dan memintanya untuk menunggu selagi dirinya berbicara dengan Ammar.
***
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fourth Wife (REPUBLISH) || TAMAT
RomanceDi nikahi untuk dijadikan istri ke empat, adalah hal yang tidak akan pernah Alana harapkan dan impikan. Apalagi yang menjadi suaminya adalah seorang pria tua yang pantas menjadi ayahnya. Tak hanya itu, pria yang menikahinya itu adalah ayah dari pri...