💃🏼💃🏼💃🏼
Alana mengerjapkan matanya berkali-kali. Ia masih terpaku di atas tempat tidur mewah yang empuk dengan selimut selembut sutra.
Kedua netranya memandang ke depan dimana terdapat sofa melingkar di tengah ruangan, dimana semalam ia terlelap. Tapi ia terbangun di atas ranjang mewah itu.
Ammar pasti yang memindahkannya ke atas ranjang, pikirnya.
Kepalanya menoleh ke kanan dan ke kiri. Tak hanya itu ia juga tampak seperti orang bodoh yang tak henti-henti kagum dengan kemewahan yang ada di dalam kamar.
Tanpa sadar, kedua kakinya mulai menapak di lantai dan berjalan tanpa arah, melihat-lihat apa saja yang ada disana.
Meski dulu Alana pernah menjadi orang kaya dan tak lama jatuh miskin karena Ayahnya yang doyan berjudi, ia merasa dulu rumahnya sudah termasuk rumah mewah.
Tak tahunya ada yang jauh lebih mewah lagi. Memang dulu ia pernah mendengar kabar kalau rumah juragan Ammar sangatlah mewah. Berbagai barang yang ada di sana di pesan khusus dari pengrajin nomor satu.
Ia juga pernah di ajak ke rumah Dion yang juga sangat mewah tapi ternyata rumah ini jauh lebih mewah.
Kaki Alana berhenti melangkah. Ia mendongakkan kepalanya ke atas menghadap lampu gantung besar yang tergantung di atas langit-langit kamar mandi.
"Itu... swarovski apa bukan ya?" gumam Alana penasaran.
"Itu semua kristal swarovski nona." ucap seorang pelayan wanita mengagetkan Alana. Ia hampir terjatuh saking kagetnya. Untungnya si pelayan memegangi tubuhnya, jadi ia tidak terjatuh.
"Maafkan saya sudah mengagetkan Nona." ucap si pelayan yang bernama Tika dari papan nama yang menempel di seragamnya.
"Tidak apa-apa. Aku yang terlalu fokus sama lampu gantungnya." ucap Alana. Tika tersenyum.
"Mohon maaf nona. Saya lupa memperkenalkan diri. Nama saya Tika. Mulai hari ini saya di beri tugas oleh juragan untuk melayani semua kebutuhan nona selama tinggal disini. Jangan sungkan jika nona butuh sesuatu tinggal panggil saya." Tika membungkuk hormat.
Alana dengan reflek membungkukkan badannya. Ia tak biasa diperlakukan seperti ini. Apalagi ia tak merasa pantas.
"Eh... Eh... Tika jangan seperti itu. Aku jadi ngga nyaman. Oiya kamu umur berapa? Sepertinya kamu lebih muda dari aku." tanya Alana sambil memperhatikan wajah Tika.
"Saya baru berusia 30 tahun, Nona." ucap Tika ramah.
"Wow... Seriusan?! Aku ngga nyangka ternyata wajah kakak awet muda. Ku kira kakak lebih muda dari aku." ucap Alana tak percaya.
"Tolong jangan panggil kakak. Panggil nama saja, Nona." ucap Tika tak nyaman.
"Eh... Mana boleh. Kak Tika kan usianya jauh di atas aku, mana bisa aku panggil nama. Ngga sopan kata Ibu."
"Tapi Nona..."
"Ssst... Aku panggil kak Tika kakak ya. Aku pengen banget punya kakak. Ya ya..." pinta Alana sambil memperlihatkan wajah imutnya.
Tika mendesah. Ia pun menganggukkan kepala dan Alana berjingkrak kegirangan. Dan semua itu terekam oleh kamera-kamera tersembunyi yang semalam sengaja dipasang oleh Ammar untuk mengamati calon istrinya meski dari jauh.
***
Lagi-lagi Alana di buat tercengang dengan interior bagian dalam rumah yang berbeda tema antara satu dan yang lain. Ia di temani Tika untuk pergi ke ruang makan.
Untuk sampai ke ruang makan saja, kepala Alana di buat berdenyut karena terlalu banyak lorong dan belokan. Sepertinya jik tidak ada Tika, dirinya bisa tersesat di rumah sebesar itu.
Alana melihat ada beberapa pelayan yang tengah membersihkan ruangan yang ia lewati. Dan tiap kali Alana lewat, semua pelayan membungkuk hormat ke arahnya, dan membuat Alana merasa risih.
"Kak Tika... kenapa semua orang membungkuk kayak gitu? Aku risih tahu."
"Oh jelas lah kan Alana calon majikan mereka. Wajar mereka mulai membiasakan diri menghormati kamu. Lagian juragan juga sudah memerintahkn kami untuk hormat sama kamu." jelas Tika.
Alana berdecih kesal. "Ck... apa-apaan sih. Lebay banget deh. Lagian siapa juga yang mau sama tua bangka kayak dia." gerutu Alana.
Tika tersenyum. "Nyatanya kamu ada di rumah ini kalau bukan untuk menjadi istri juragan memangnya apa lagi."
"Dia itu culik aku tahu. Maksa banget tuh orang. Habis ini pokoknya aku mau pulang ke rumah Ayah."
Tika membalikkan badannya, membuat Alana merem mendadak.
"Maaf harus menghancurkan keinginan mu. Sehabis sarapan, kamu sudah di tunggu oleh guru-guru yang sudah dipersiapkan juragan. Mereka sudah siap mengajari kamu banyak hal tentang menjadi seorang istri yang baik."
"Apa?!" ucap Alana syok.
"Ngga... ini ngga bener. Ini pasti mimpi."
***
TBC
Pada nungguin khaaan 😆 *geer
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fourth Wife (REPUBLISH) || TAMAT
RomanceDi nikahi untuk dijadikan istri ke empat, adalah hal yang tidak akan pernah Alana harapkan dan impikan. Apalagi yang menjadi suaminya adalah seorang pria tua yang pantas menjadi ayahnya. Tak hanya itu, pria yang menikahinya itu adalah ayah dari pri...