Sang Mantan

11.2K 965 35
                                    

Dion melangkahkan kakinya keluar dari bandara. Dengan mengenakan kacamata hitam, dengan gagahnya ia berjalan sambil mendorong koper besar. Tak ada siapapun yang menyambutnya di bandara karena ia sengaja tak memberi tahu kepulangannya.

Bahkan saat Salsa telfon mengabari kalau ibu mereka meninggal, ia mengatakan tak bisa pulang karena ada banyak pekerjaan yang menunggunya.

Dion menghentikan sebuah taksi yang akan membawanya ke sebuah hotel. Ia ingin beristirahat sejenak sebelum pulang ke kampung halamannya bertemu keluarga dan wanita yang ia cintai.

Sementara itu, Ammar yang menyerah tengah tidur meringkuk di sofa depan kamarnya. Alana yang sudah siap berangkat kuliah, perlahan membuka pintu kamar. Jujur ia sedih melihat suaminya tertidur meringkuk kedinginan di atas sofa.

Tapi hatinya bersikeras tak ingin memperdulikan Ammar. Ia beranjak turun ke bawah dimana Tika dan Syarif sudah menunggunya. "Kak antar aku ke kampus. Aku ada mata kuliah pagi hari ini." ucap Alana sambil melangkahkan kakinya keluar rumah.

"Loh kok berangkat pagi, bukannya kuliahnya siang ya." ucap Tika mengejar Alana. Ia memberi kode kepada Syarif untuk membangunkan Ammar.

"Ngga kak. Semalam aku dapat info dari grup dosen ku memajukan jadwal kuliah ke pagi hari karena siang mau ada rapat. Yuk buruan aku udah telat."

"Kamu ngga sarapan dulu? Kamu belum makan apa-apa dari semalam Al."

"Ngga nafsu. Boro-boro pengen makan, aku ngga bisa tidur gara-gara muntah. Udah yuk buruan." Alana sudah duduk manis di dalam mobil, menunggu Tika siap mengantarnya.

Tika menoleh ke belakang dan belum ada tanda-tanda Ammar muncul. Ia pun terpaksa masuk ke dalam mobil juga karena Alana terus mendesaknya.

"Sayang, tunggu." Teriak Ammar setengah berlari dari dalam rumah. Tika menghentikan mobilnya. Ammar mengetuk kaca mobil dimana Alana duduk. Kaca pun bergerak turun.

"Sayang, mas antar ya. Mas antar ke kampus ya."

"Ngga usah." ucap Alana datar. Ia sama sekali tak ingin melirik wajah suaminya.

"Mas yang antar." ucap Ammar kekeuh. Ia meminta Tik turun dari mobil. Alana menggerutu kesal. Ammar pun segera mengantar istrinya ke kampus.

Sepanjang perjalanan, Alana benar-benar tak ingin memandang Ammar. Bahkan ia malas menjawab obrolan sang suami yang mencoba mencairkan suasana.

"Apa yang harus mas lakukan biar kamu ngga marah lagi kayak gini?" tanya Ammar saat Alana beranjak pergi. Ia menahan tangan istrinya.

"Ngga usah." tanya Alana datar.

"Sayang...."

"Udah ah. Aku udah telat."

Alana pergi begitu saja tanpa memberikan kecupan mesra untuk suaminya. Ngidamnya yang tidak terpenuhi membuat Alana berubah. Ammar akan melakukan apapun yang akan membuat tawa dan senyum ceria istrinya kembali.

***

Dion berjalan-jalan sendiri setelah mengistirahatkan tubuhnya. Ia menyewa sebuah mobil untuk membawanya menuju rumah seseorang.

Ia sengaja melewati jalanan yang biasa ia lalui dengan Alana. Seketika kenangan indah itu muncul. Senyumnya tak pernah luntur tiap kali mengingat kenangan manis mereka.

Hingga ia tiba di sebuah rumah yang tampak tidak terurus. Raut wajahnya tampak sedih melihat kondisi rumah kekasihnya yang terlihat kumuh tidak terawat.

Dion pun keluar dari mobilnya, lalu berjalan menuju rumah Alana. Ia sudah tak sabar ingin bertemu Alana. Saat pintu dibuka, Dion tampak senang bertemu lagi dengan Bahrun ayah Alana tapi tidak dengan Bahrun.

"Ayah... Apa kabar yah?" Sapa Dion sambil mencium tangan Bahrun. Pria tua itu tampak terkejut dengan kedatangan Dion yang sudah lama menghilang dari kehidupan putrinya.

"Di... Den Dion?" ucapnya tergagap.

"Iya ayah. Saya Dion. Ayah apa kabar? Maaf saya menghilang begitu saja. Ada banyak hal yang terjadi selama dua tahun ini. Yang pasti saya kangen Ayah dan Alana."

Dion memeluk Bahrun dengan erat. Ia benar-benar tak bisa berkata apa pun. Pikirannya buntu.

"Alana mana ayah? Apa dia masih kuliah atau udah lulus?"

"Dia masih kuliah, mungkin sebentar lagi selesai."

"Wah syukurlah. Lalu Alana dimana sekarang, yah? Ada yang harus saya jelaskan kepada Alana tentang kepergian saya."

Bahrun terdiam membuat Dion bertanya-tanya. "Lebih baik kamu tidak usah bertemu dengan Alana lagi. Hubungan kalian sudah lama berakhir."

"Maksud ayah?"

"Lebih baik kamu melupakan Alana. Dia sudah hidup bahagia bersama suaminya. Tolong jangan ganggu Alana lagi."

Jdeeeerrr

"Apa? Menikah? Siapa yang menikah ayah?" tanya Dion tak percaya.

"Alana sudah menikah. Lebih baik kamu jangan menemui putri ku lagi. Dia sudah bahagia bersama suaminya."

***

TBC

The Fourth Wife (REPUBLISH) || TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang