Feeling

11.9K 1K 29
                                    

Alana memilih diam di kamar daripada harus menemani Ammar menjamu tamu-tamu serta kerabat yang datang ke rumah. Ia benar-benar kepengen minum es teh manis.

Rasa segarnya itu udah benar-benar di mulut. Alana menangis kesal karena tidak dibolehkan oleh suaminya. Terdengar suara ketukan pintu kamar. Tika datang membawa segelas besar es teh manis.

Alana menghentikan tangisnya. Wajahnya kembali berbinar. "Wah es teh manis!" Serunya senang.

Alana langsung meminum es teh manis buatan Tika. Baru setengah gelas, Alana merasa perutnya mual. Ia bergegas berlari ke kamar mandi dan langsung memuntahkan isi perutnya.

Hoeek... Hoeeek...

Tika memijat tengkuknya. Wanita itu sangat yakin kalau Alana tengah hamil muda. "Masih mau muntah?"

Alana mengangguk. Ia kembali memuntahkan isi perutnya yang hanya berisi air. "Ngga enak. Es tehnya ngga enak."

Alana dipapah oleh Tika menuju ranjang. Ia memilih merebahkan tubuhnya. "Sejak kapan kamu mual muntah kayak gini?" tanya Tika penasaran.

Alana menggeleng lemas. "Aku ngga tahu pastinya. Yang jelas tiap habis muntah badan aku lemes banget Kak."

Tika tersenyum. "Terakhir menstruasi kapan?"

"Aduh ngga tahu ah. Badan aku lemes gara-gara minum es teh manis buatan kakak. Aku maunya es teh manis yang diwarung tadi."

"Ya udah kamu istirahat. Siapa tahu nanti mendingan badannya."

Tika menyelimuti tubuh Alana, lalu ia pun keluar dari kamar. Perlahan Alana pun memejamkan matanya.

***

Alana terbangun karena kecupan yang mendarat di wajahnya. Kedua matanya terbuka dan melihat wajah Ammar tengah tersenyum ke arahnya. Alana membalas senyumnya.

"Maaf jadi kebangun." Alana menggelengkan kepalanya. Entah mengapa ia sangat ingin memeluk tubuh suaminya itu.

"Peluk." pinta Alana sambil merentangkan tangannya. Ammar bertanya-tanya mengapa istrinya sangat manja.

Ammar menarik istrinya dan memeluknya erat. "Kenapa nangis sayang?" tanya Ammar melihat bekas air mata di wajah cantik Alana.

"Mau es teh manis, Mas"

"Loh bukannya Tika udah buatin, sayang."

"Ngga mau. Rasanya beda. Pengen es teh manis yang tadi."

Ammar mengerutkan dahinya, "Yang tadi yang mana?"

"Itu yang di warung kecil deket pemakaman. Aku mau es teh yang disana Mas." Alana berharap suaminya mengabulkan keinginannya.

"Sayang... Disana ngga higienis. Kita ngga tahu mereka bikinnya kayak gimana. Mas ngga mau kamu jadi diare minum itu. Kita beli ditempat lain ya." bujuk Ammar.

Alana terdiam. Tak lama air matanya turun dengan cepat membuat Ammar kelimpungan. "Loh sayang kok malah nangis."

"Aku maunya es teh itu. Ngga mau yang lain huaaaa..." Tangisan Alana semakin menjadi. Ammar tak habis pikir istrinya menjadi sensitif dan cengeng.

Ia jadi teringat apa yang dibisikkan oleh Tika mengenai kemungkinan istrinya hamil mengingat Alana mulai ngidam dan jadi sensitif.

"Mas jahat. Aku benci Mas!"

Ammar memeluk istrinya dengan erat. Alana memukuli dadanya cukup kencang membuatnya sedikit mengaduh. "Oke... oke sayang. Udah donk nangisnya. Kita beli es teh di warung tadi ya."

"Ngga mau. Mas bohong."

"Ngga sayang. Mas janji kita beli sekarang juga. Tapi kamu berenti donk nangisnya."

"Beneran?" ucap Alana bari sesegukan.

"Iya istriku tersayang." Ammar mengusap air mata dengan kedua tangannya. Perlahan tangis Alana pun mereda, menyisakan isakan saja.

"Ayo pergi beli es teh." ajak Alana tak sabaran.

"Cuci muka dulu. Tapi sebelum beli es teh, kita pergi ke suatu tempat dulu ya."

"Kemana?"

"Kita ke rumah sakit dulu. Baru abis itu kita beli es teh, oke." Alana mengangguk senang. Ia tak berpikiran macam-macam saat Ammar mengatakan rumah sakit. Yang jelas keinginannya minum es teh manis akan segera terkabul.

Semoga kamu beneran hadir diperut mama sayang. Papa dan mama sayang kamu, Nak. Ucap Ammar dalam hati.

Ia sudah tak sabar untuk memeriksakan istrinya ke dokter kandungan. Semoga saja harapan untuk segera memiliki keturunan dari istrinya terwujud.

***

TBC

The Fourth Wife (REPUBLISH) || TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang