"Apa kamu bilang?! Siapa nama calon istrinya Ammar?"
"Alana Shafira-Adam, Nyonya." ucap seorang pelayan yang menjadi mata-mata untuk Sinta.
Sinta terdiam sejenak. Nama Alana Shafira-Adam sudah tak asing lagi ditelinganya. Sinta mengeratkan kepalan tangannya saat teringat dengan Alana gadis bodoh yang ia singkirkan beberapa tahun yang lalu.
"Brengsek! Bagaimana bisa dia yang akan menjadi calon istrinya Ammar?! Itu tidak mungkin!!"
"Benar Nyonya. Bahkan nona Alana sudah mulai tinggal di rumah utama mulai hari ini dan sudah menjalani berbagai macam pelatihan yang dulu pernah nyonya lakoni."
Sinta mengumpat. Ia menggebrak meja dengan kuat.
"Kapan mereka menikah?" tanya Sinta penasaran.
"Dua hari lagi nyonya dari info yang saya dapatkan."
"Baiklah. Aku tidak akan membiarkan pernikahan itu terjadi. Bagaimana pun caranya mereka tidak boleh menikah!" ucap Sinta menahan amarah sambil memutus sambungan teleponnya.
Ia melemparkan ponsel berlogo apel ke gigit itu ke atas ranjangnya. Ia harus mencari cara agar rencana Ammar tidak pernah terwujud.
***
Sementara itu, Ammar yang baru pulang dari kantornya mengunjungi sebuah butik kenalannya. Ia bermaksud untuk membeli sebuah gaun indah untuk pernikahannya dengan Alana.
Sesampainya di sana, ia di sambut oleh seorang pria yang sudah menunggunya. "Apa kabar sahabat baikku yang super sibuk ini?" sapa John hangat.
"Kau bisa saja. Aku baik-baik saja. Kabarmu bagaimana?"
"Aku pun baik, Teman. Oh ya aku masih tak percaya saat kau menelponku akan datang ke galeri ku. Benar-benar tidak disangka-sangka. Ada yang bisa ku bantu, Teman?"
"Aku ingin kau mengeluarkan semua koleksi gaun pengantin untukku."
John tampak bingung. "Gaun pengantin? Untuk siapa? Putri mu yang mana yang akan menikah?" tanya John sambil memberi kode kepada salah satu pegawainya untuk mengeluarkan koleksi terbaru mereka.
"Kau tak perlu tahu untuk siapa. Yang pasti aku mau membeli salah satu karya terbaik sahabatku." ucap Ammar membuat John semakin penasaran.
"Kau ini membuatku semakin penasaran. Ayo kita masuk ke dalam fitting room. Karyawan ku sudah mempersiapkannya di dalam sana."
John membawa Ammar masuk ke sebuah ruangan yang berisikan deretan gaun-gaun pengantin dengan berbagai model dan warna. John membiarkan sahabatnya itu memilih gaun-gaun rancangannya.
Ammar terlihat bingung. Semua gaun pengantin rancangan John sangat indah. Dari sekian banyak pilihan, Ammar memutuskan untuk memilih sebuah gaun sederhana dan sudah pasti akan cocok dengan tubuh Alana.
"Aku ambil yang ini." ucap Ammar sambil menunjuk sebuah gaun pilihannya.
"Mata mu benar-benar jeli. Itu gaun ekslusive yang baru saja selesai ku buat. Rencananya gaun itu akan ku pamerkan minggu depan, tapi sepertinya harus di batalkan."
"Tentu saja harus di batalkan karena hari ini juga aku membawanya pulang."
"Baiklah. Kau boleh membawanya. Ku harap siapa pun yang akan memakai gaun pernikahan ini, akan di berkati pernikahan yang langgeng seumur hidup."
"Terima kasih John."
Ammar pun pulang ke rumah dengan membawa gaun pilihannya itu. Ia sudah tak sabar untuk tiba di rumah, dan memperlihatkan gaun indah itu kepada Alana.
Ia sangat yakin kalau Alana akan sangat pantas memakai gaun pilihannya itu. Syarif ikutan tersenyum melihat tuannya tak henti-hentinya tersenyum semenjak mereka pulang dari galeri John.
"Saya turut senang, Tuan. Semoga pernikahan Tuan langgeng hingga akhir hayat." ucap Syarif mendoakan.
"Terima kasih, Syarif. Oh ya bagaimana dengan persiapannya?"
"100% sudah siap."
"Bagus. Malam ini juga kita akan pergi. Persiapkan semuanya. Aku tak ingin ada yang tahu akan hal ini."
"Baik, Tuan."
***
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fourth Wife (REPUBLISH) || TAMAT
RomantizmDi nikahi untuk dijadikan istri ke empat, adalah hal yang tidak akan pernah Alana harapkan dan impikan. Apalagi yang menjadi suaminya adalah seorang pria tua yang pantas menjadi ayahnya. Tak hanya itu, pria yang menikahinya itu adalah ayah dari pri...