Mulai Terbiasa

17.8K 1K 57
                                    

Sejak kejadian malam pertama itu, Ammar belum lagi melakukannya bersama Alana. Meski sudah bersikap biasa dan melayani dirinya layaknya suami, Alana masih terlihat protek tiap kali dirinya bersikap intim.

Nyaris satu minggu pasca pernikahan Ammar tersiksa oleh gairahnya sendiri karena sang istri. Alana pura-pura tak tahu apa yang dirasakan oleh Ammar.

Tiap kali memeluk atau menciumnya, Alana bisa merasakan betapa Ammar menahan keinginannya untuk melakukan lebih. Alana masih trauma melayani Ammar berkali-kali hingga lecet.

Rasa nyeri itu sudah hilang tapi traumanya masih menempel dengan kelas di kepalanya. Bukan Alana tak tahu jika tiap malam Ammar terbangun karena harus menuntaskan gairahnya. Ia seolah menutup mata dan telinganya untuk itu.

Jika itu yang dirasakan oleh Alana, lain halnya dengan Ammar. Ia sudah tak sanggup melakukannya sendirian lagi. Ia sudah cukup sabar terhadap istrinya yang ketakutan bercinta.

Kali ini Ammar harus mendapatkan haknya sepenuhnya. Alana harus mau melayaninya kapan pun dan dimana pun ia menginginkannya karena itu adalah salah satu tugasnya sebagai seorang istri. Ia tak peduli penolakan Alana yang penting haknya terpenuhi.

***

Menjelang sore Alana memutuskan untuk mandi. Seperti biasa, Alana mandi lebih awal sebelum suaminya pulang karena harus menyiapkan makan malam untuk mereka berdua.

Biasanya Alana akan mengisi bathtube terlebih dahulu dengan air karena ukuran bathtube yang agak dalam dan besar membuat air yang ditampung cukup lama.

Tapi entah mengapa hari ini Alana lupa mengisinya terlebih dahulu. Sambil menunggu air mulai terisi, Alana yang sudah polos mulai bernyanyi sambil menikmati pemandangan desa yang indah dari balik kaca kamar mandi.

Ia tak perlu kuatir orang-orang akan melihat tubuh mulusnya dari balik kaca karena jika kita melihat dari luar, tak akan tampak apapun. Hanya dari dalam kamar mandilah kita bisa melihat hamparan perkebunan sawit milik Ammar.

Sudah dua hari ini suaminya pulang telat karena sawit-sawit tengah dipanen. Semua prediksi Alana meleset jauh saat tiba-tiba sebuah tangan kekar melingkar di perutnya.

Tubuhnya menegang saat mengetahui harum tubuh suaminya. Alana menoleh ke belakang dan melihat Ammar dengan mata yang sudah dipenuhi gairah. Belum sempat ia melepaskan diri, Ammar terlebih dahulu memegut bibirnya dengan mesra.

"Aaah..." desah Alana saat tubuhnya di sentuh oleh jari-jemari Ammar. Ia kesal karena seharusnya yang keluar dari mulutnya adalah ringisan bukan desah nikmat.

Ammar melepaskan pagutannya. Keduanya sibuk mencari oksigen. "Pak..."

"Ssst... Mas kangen kamu sayang. Seminggu lebih kamu menghindari Mas. Tapi hari ini Mas ngga akan biarin kamu menghindar lagi. Mas mau kamu sekarang juga." ucap Ammar sembari mengecupi leher jenjangnya.

Kedua tangan besar itu meremasi gundukan kenyal nan padat miliknya. "Mas... bukannya lagi...Panen?" Alana sengaja bertanya agar desahnya tak keluar. Tubuhnya bergerak-gerak seiring tingkat kenikmatan yang semakin intim dilakukan Ammar.

"Aaakh... Mas...Ssssft..." pekik Alana saat dua jari tangan suaminya berhasil masuk ke dalam intinya yang mulai basah.

Ammar mendiamkan jari-jari tangannya. "Salep dan obatnya masih dipakai?" Alana mengangguk.

The Fourth Wife (REPUBLISH) || TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang