Trauma

10.4K 895 22
                                    

Alana benar-benar takut. Ia berusaha berontak saat pria itu mulai menggerayangi tubuhnya. Tangis dan jeritan permintaan tolongnya seakan makin membuat nafsu pria itu melesat tinggi. Alana terus berontak dan berteriak. Kedua tangannya terus mendorong tubuh pria yang sudah menindihnya.

Kedua kakinya tak kalah berontak. Menendang sekuat tenaga tubuh pria di atasnya. Teriakan Alana semakin melengking takkala bajunya di sobek. ia berusaha menutupi dadanya yang terekspos.

Pria bejat itu menyeringai. Dengan sekali sentak, kedua tangan Alana sudah tertahan dengan kuat diatas kepalanya. Pria itu tinggal menarik bra hitam yang menutupi payudara indahnya. Kedua matanya menggelap melihat bulatan indah di atas kulit yang putih.

Tanpa ba bi bu, mulutnya langsung menempel dan menyedot kuat. Memainkan bulatan menggemaskan itu dengan gigi dan lidahnya.

Hancur...
Merasa terhina.
Sudah tak suci lagi. Itulah yang ada di benak Alana.

Tangisannya semakin menjadi. Bahkan pria itu memaksa menciumnya. Ia sekuat tenaga menutup mulutnya. Tapi sebuah gigitan membuat Alana terpaksa membuka mulutnya. Dengan bebas, lidah pria itu masuk dan mengobrak-abrik mulut Alana.

Rasa mual menyerangnya. Belum terbebas dari kuluman pria itu, kini Alana merasakan tangan itu bergerak menuju celana panjangnya. Membuka sleting dan dengan gerakan cepat jari-jari tangan itu membelai kewanitaannya.

Alana mengerang kesakitan. Tubuhnya sudah tak ada tenaga lagi untuk berontak. Tenaga sudah terkuras habis di awal. Tangisannya tak henti. Pria itu terus memainkan gairahnya hingga pada akhirnya Alana pun klimaks hanya dengan jari-jari sialan itu.

Pria itu tertawa sangat kencang saat merasakan tangannya basah oleh cairan yang di keluarkan oleh wanita yang mencoba menolak sentuhannya. Alana merutuki dirinya sendiri, karena bisa-bisanya ia klimaks dengan sangat banyak.

Di saat pria itu lengah, Alana bangkit dan mencoba untuk kabur. Tapi gerakannya kembali ditahan oleh pria itu. Dengan segenap tenaga yang sudah di ambang batas Alana terus berontak. Tangannya berusaha menjangkau apapun yang ada di sana.

Karena sangat gelap, pandangan matanya pun sangat minim. Alana terus memohon pertolongan dan seolah di arahkan, tangannya menyentuh sebuah benda bulat yang berat. Dengan kedua tangannya, Alana mengarahkan benda itu tepat di belakang kepala pria yang tengah menikmati payudaranya. Pria itu terlalu asik dengan gairahnya sehingga mengabaikan keselamatannya.

Saking menikmatinya, ia tak sadar bahwa kesempatannya untuk hidup berakhir. Ia merasakan nyeri di belakang kepala dan tanpa perlawanan tubuhnya pun roboh bersimbah darah. Alana yang syok merasa sedikit bernafas lega. Dengan tertatih ia pun keluar dari gubuk mengerikan itu dan segera mencari pertolongan.

Flashback off

***

Alana yang kaget tiba-tiba di bekap oleh seseorang yang tidak di kenalnya, langsung berontak. Otaknya kembali memutar memori yang sudah lama ia pendam. Alana berhasil di bawa keluar dari rumah dan di bawa masuk ke dalam sebuah mobil van.

"Tolong!... Lepaskan aku! Tolong!" teriak Alana histeris. Ia berusaha kabur dari cengkraman pria itu. Tangisannya pecah. Ia terus berteriak kencang dan berontak saat mobil mulai melaju meninggalkan rumah Ammar.

"Hei... Alana tenang." ucap si pria berusaha menenangkan Alana yang benar-benar ketakutan. Ia lupa kalau belum melepas masker yang menutupi seluruh wajahnya.

"Sayang... Ini aku. Tenang sayang... tenang." ucap Ammar panik melihat Alana terus berontak. Wajah calon istrinya itu sangatlah pucat dan keluar keringat dingin. Alana terus histeris, meronta dan meminta tolong untuk di lepaskan.

Hati Ammar benar-benar terluka melihat kondisi Alana. Ia hanya menculik Alana untuk membawanya ke tempat pernikahan mereka, tapi yang ia dapatkan adalah kondisi Alana yang jauh dari kata baik.

Ada apa sebenarnya sayang? Kenapa kamu ketakutan seperti ini?

Ammar memeluk tubuh Alana dengan erat. Alana semakin berteriak histeris. Tangisannya semakin menjadi, tapi Ammar tidak melepaskannya. Dengan penuh cinta, ia mengelus punggung Alana. Berusaha menciptakan rasa aman dan nyaman untuk Alana.

Hampir setengah jam ia memeluk Alana yang ketakutan, akhirnya Alana pun terdiam. Ia hanya bisa menangis. Menumpahkan ketakutannya yang sangat besar. Tanpa ia sadari, Ammar merasa bersalah atas yang terjadi dengannya.

"Maaf sayang... Maafkan aku. Maaf membuatmu seperti ini." ucap Ammar berulang-ulang.

Sepanjang jalan, Alana memejamkan kedua matanya dan memegangi kemeja Ammar dengan erat. Ia benar-benar takut di tinggalkan lagi. Ia merasa sedikit tenang meski waspada. Sesampainya di sebuah villa, Ammar menggengdong Alana masuk.

Sebelum masuk ke dalam villa, Ammar sempat memberi perintah kepada Syarif.

"Cari apa yang terjadi dengan calon istriku hingga ia seperti ini. Aku mau laporannya secepatnya." titah Ammar yang diangguki oleh Syarif.

***

TBC

The Fourth Wife (REPUBLISH) || TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang