mengungkapkan rindu

2.7K 231 67
                                    


Eeuuunnggg, lenguh sasha yang baru tersadar dari pingsan nya. Ia sedikit membuka matanya, dan mengerjap-ngerjapkan matanya.

Ia tidak asing dengan ruangan ini, ruangan yang baru di tempati nya beberapa bulan yang lalu.

Kamar tamu yang bernuansa pastel memberikan aksen kenyamnan tersendiri, dengan ranjang yang tidak terlalu besar beserta tv yang menempel di tembok serta ada satu soffa ukuran sedang.

Walaupun tidak seluas kamar milik suami nya, tapi sasha merasa lebih nyaman berada di kamar ini, tanpa ada bayang-bayang revi dan foto pernikahan iqbaal dan revi yang perpajang rapi di tembok kamar milik suami nya.

Di kamar ini, ia lebih leluasa untuk mencurahkan kesedihan nya, kekecewaan nya, amarah nya, tangis nya. Tanpa takut iqbaal akan mengetahui nya, karna satu minggu yang lalu iqbaal berada di rumah istri pertama nya.

Saat sasha hendak bangun, pintu kamar nya terbuka, menampilkan sosok yang satu minggu ini sangat ia rindukan, sasha tersenyum miris mengingat bahwa suami nya tidak sekali pun memberi kabar pada dirinya.

"Alhamdulillah, sayang kmu udah sadar" dengan cepat iqbaal berlari ke arah sasha meskipun dengan membawa nampan yang berisi makanan dan teh hangat.

Sasha hanya terdiam, memandang wajah suami nya tanpa ada tenaga, tubuh nya masih lemas, sangat lemas, Kepala nya mendadak pusing saat suami nya tepat berada di depan nya.

"Udah, kamu istirahat aja" saat sasha mencoba untuk bangun.

"Aku mau duduk mas" dengan sigap iqbaal membantu sasha bangun dari tidur nya.

"Aku suapin ya?" sasha hanya menggeleng lemah. Tatapan sayu nya tidak berhenti memandang wajah tampan suami nya.

"Kata bunda, kamu akhir-akhir ini jarang makan. Kenapa?" tanya iqbaal dengan lembut.

"Karna kamu mas" jawab sasha dengan lembut, hampir tidak terdengar malah.

"Aku? Kok bisa!". Sasha maeih memalingkan wajah nya, tidak menjawab pertanyaan suaminya.

Iqbaal mendekat ke arah sasha, diraihnya pundah sasha lalu di hadapkan padanya, di tangkup kan kedua pipi sasha yang teelihat lebih tirus.

Mata mereka saling bertemu, mata teduh yang mereka berdua rindukan kini sedikit terobati.

Tangan kanan iqbaal terulur membelai lembut rambut milik istrinya, lalu turun ke pipi mulus nya dan mengelus nya dengan penuh cinta.

Sasha memejamkan matanya sesaat, merasakan belaian tangan suami nya. Hati nya menghangat, ada perasaan senang, bahagia, dan nyaman disana.

Iqbaal menarik lembut kepala sasha, menaruh nya di dada bidang milik nya. Memeluknya dengan erat, tetapi Sasha tidak membalas pelukan suaminya, ia mengingat betapa kesepian dirinya tanpa iqbaal ada di sini, dirumah mertua nya.

"Kenapa kamu nggak ngasih aku kabar mas? Kenapa?" air mata nya sudah dipelupuk mata nya, sedikit lagi pasti terjatuh. Tangan nya belum berhenti memukul pelan dada bidang milik suaminya.

Iqbaal membiarkan sasha memukul dirinya, ia memejamkan matanya. Hatinya sakit, saat istri nya merasa terabaikan.

Lalu di raihnya tangan mungil milik sasha, di kecupkan dengan lama, dengan penuh cinta dan kasih sayang.

"Maafin aku sha, maaf. Kamu boleh pukul aku sesukamu, biar kamu bisa lega. Luapkan semua emosi kamu, kekesalan kamu sama aku."

Sasha menggeleng lemah, airmata nya semakin deras membasahi pipi nya, tangan nya telurur memeluk tubuh suaminya.

Rasa rindu nya mengalahkan semua rasa kekecewaaan terhadap suami nya.

Pelukan yang erat, serta tangisan yang cukup deras, sedikit mengurangi rasa kekesalan nya.

Madu MuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang