sebuah keanehan

1.7K 230 89
                                    

Iqbaal pov

Sasha tertidur pulas di kamar rawat inapnya, setelah meminum obatnya. Sebelum dia tertidur, aku sudah berpamitan untuk ke minimarket rumah sakit sebentar. Guna membeli minuman serta makanan ringan.

Orang tua serta mertuaku belum bisa berkunjung, karena masih ada kesibukan mereka masing-masing. Dan aku sudah mewanti-wanti agar tidak terlalu cemas dan memikirkan keadaan ku dan sasha.

Sasha sudah sedikit membaik dibanding kemarin, dia sudah bisa menerima beberapa suap bubur untuk mengganjal perutnya.

Walaupun nyeri itu pasti masih terasa, tapi sasha tidak pernah mengeluh sedikitpun. Dia hanya memejamkan matanya saat rasa nyeri itu tiba-tiba ia rasakan.

Dan dengan cepat aku mengelus pelan perut nya yang tidak ada jahitan nya. Serta mengecup pelan kening istriku.

Aku harus cekatan, aku hanya ingin mencoba menjadi suami yang terbaik. Serta mencoba memperbaiki kesalahan-kesalahanku tempo dulu.

Walaupun aku tau, sasha adalah orang yang pemaaf, perasa serta lemah lembut. Walau sedikit kasar kalau lagi ngambek, biasalah perempuan. Apalagi kalau lagi datang bulan.. Hheeemm bisa-bisa seperti singa kelaparan kalau lagi marah.. Hehe.

Sesampai di minimarket aku mengambil beberapa makanan ringan, minuman kaleng, serta roti isi coklat. Aku tau sasha suka sekali dengan roti isi coklat.

Setelah membayar, aku berjalan ke arah kantin rumah sakit, ingin mengganjal perutku yang sedari pagi belum di isi.

Ada berjejer-jejer penjual makanan yang bisa aku lihat, soto ayam, bakso, mie ayam, rawon, pecel, gule, nasi bebek, dan masih banyak menu yang lain nya.

Tapi aku tergiur setelah membaca menu-menu yang ada di kedai bakso. Ada bakso selimut, bakso beranak, bakso kasar serta bakso halus. Yang membuat aku terpanah adalah satu nama bakso yang terasa asing menurutku

Yaitu bakso setan, membaca namanya saja sudah membuat ku merinding. Apalagi melihat kuah nya yang merah membara bak lautan cabe.

Tapi aneh nya aku mala menginginkan bakso itu, padahal sebelum nya aku sama sekali tidak pernah memakan masakan yang berbau-bau dengan cabe.

Jangankan kuah merah membara itu, memakan sambal yang lebih dari 3 buah cabe saja bisa bikin aku bolak balik kamar mandi. Trus kenapa skarang aku kayak udah nggak nahan sama kuah merah nya.

"Yang kuah cabe itu bakso apa mas?." aku hanya mencoba memastikan klo itu bener-bener bakso setan.

"Bakso setan mas."

"Satu ya."

"Oh iya mas, minum nya sekalian."

Aku melihat-lihat sekitar, mataku tertuju pada pedagang juz.

"Nggak usah mas, mau pesan juz aja."

"Iya mas, silahkan duduk."

"Iya." aku berjalan ke arah penjual juz di samping kedai bakso ini. Mataku terus saja mencari buah apa yang mau aku pesan.

"Mau juz apa mas?."

"Juz durian nya ada?."

"Ada mas, berapa.?" tanya sang penjual memastikan.

"Satu aja."

"Di bungkus?."

"Enggak, aku makan bakso di sebelah."

"Oh iya mas, nanti saya antar kesana."

"Iya mbak."

Aku berjalan kembali ke kedai bakso yang sudah aku pesan tadi, setelah aku duduk. Pesenan ku baru tersedia.

Madu MuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang