bunga tidur semata

2.2K 233 99
                                    

"Pak, pak. Maaf pak udah mau adzan maghrib." panggil salah satu orang yang berada di musholla rumah sakit dimana tempat sasha di rawat.

"Eh eh, maaf pak. Saya ketiduran." ucap iqbaal dengan cepat, lalu bangun dari tidurnya.

"Nggak papa pak, sebaiknya bapak segera ambil wudhu, kita jamaah bersama".

"Iya pak." iqbaal berdiri dari duduknya, menuju kamar mandi. Setelah buang air kecil dan membasuh mukanya, iqbaal mengambil air wudhu.
Lalu berjalan kembali ke arah musholla.

Setelah selesai melaksanakan sholat maghrib, iqbaal masih enggan meninggalkan soft nya.

Dengan kusyuk dan berderaian air mata iqbaal berdoa, berharap keajaiban itu ada, berharap istrinya segera pulih. Serta bunda nya berubah pikiran.

Air mata nya tidak berhenti menetes, Hingga suara sesenggukan itu keluar begitu saja. Memang iqbaal adalah orang yang sangat terpuruk dari musibah yang sedang dialami oleh istrinya.

Iqbaal berfikir bahwa ini semua adalah kelalaian nya  yang membiarkan sasha begitu saja.

Iqbaal masih saja terus menangis, memohon agar doa nya kali ini cepat terkabul. Dia hanya mengharap kesembuhan atas istrinya.

"Mas?." panggil seorang bapak yang perkirakan usianya sekitar lima puluh tahun lebih, beliau lah yang tadi menjadi imam di sini.

Iqbaal merasa terpanggil, ia mendongakkan kepalanya lalu menatap seseorang yang memanggilnya.

Iqbaal mencoba menghapus air matanya, mengganggukkan kepalanya dengan sedikit tersenyum.

"Kenapa mas, sepertinya banyak sekali harapan dan doa-doa yang mas panjatkan. Sampai menangis begini."

"Nggak papa pak? Hanya saja saya ingin kesembuhan untuk istri saya pak!."

"Memangnya istri mas sakit apa?."

"Korban jambret pak, perutnya tertusuk dan lengan nya ada beberapa sayatan."

"Innalillahi wainnaillaihi rojiun, semoga istri mas lekas membaik."

"Terima kasih pak?."

"Sama-sama."

"Bapak bekerja di sini atau?."

"Sudah menjadi imam tetap di musholla ini, saya sudah di utus dari rumah sakit ini masih sepi, sampai sekarang besar dan sangat ramai."

"Alhamdulillah."

Mereka berbincang-bincang sembari menunggu adzan isya'.

Tetapi iqbaal sepertinya tidak begitu memperhatikan ucapan bapak imam yang menceritakan sejarah nya rumah sakit ini sampai bisa terbangun dan sampai sekarang ini.

Pandangan iqbaal kosong, wajahnya berubah menjadi sendu, iqbaal mengingat kembali semua percakapan nya dengan sang bunda.

Percakapan yang sama sekali tidak ingin ia dengar, tapi sang bunda dengan lantang berucap se'enak nya saja. Tanpa memikirkan bagaimana perasaan nya sekarang.

Iqbaal sadar, betapa dia mencintai sasha. Betapa dia takut kehilangan sasha. Betapa sedihnya saat melihat pujaan hatinya, tertidur di ranjang rumah sakit dengan di punggung tangan sebelah kirinya.

Iqbaal sangat terpukul, apalagi melihat luka jahitan di perut istri tercintanya, andai waktu bisa ia putar, ia tidak akan meninggalkan sasha sendiri menunggu taxi di pinggir jalan.

Ia akan tetap mengantar sasha ke kampusnya, memastikan kalau ia akan tetap baik-baik saja. Tapi itu semua terlambat, semua sudah berlalu, sasha sudah sudah terbaring lemah, dengan wajah yang putih pucat.

Madu MuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang