harapan bunda

2.7K 237 52
                                    

Sasha pov

Aku baru selesai mandi, ingin sekali langsung tidur untuk meregangkan otot-otot + hati ku.

Setelah tadi mas iqbaal membujukku, akhirnya kita nonton film dilan juga.

Aku sedih, karena kisah cinta dilan dan milea harus kandas di tengah jalan, padahal cuma karena kesalahpahaman.

aku sangat menyayangkan hal itu, pasalnya mereka sangat serasi, tapi Aku berharap semoga mereka bisa berjodoh di dunia nyata.

Apa aku terlalu baper sama mereka berdua. Mungkin karena acting mereka yang sangat natural sebagai sepasang kekasih. Jadi aku begitu terbawa suasana.

Semoga kisah cintaku dengan mas iqbaal tidak sesingkat kisah cinta dilan dan milea.

Aamiin ya allah.

"Mas, kamu mau makan nggak?" tanyaku saat mas iqbaal baru keluar dari kamar mandi.

"Enggak ah, masih kenyang."

"Apa mau aku buatin kopi."

"Boleh deh, gulanya dikit aja ya."

"Iya mas."

"Aku tunggu di balkon ya."

"Siyap bos."

Aku berjalan kebawah menuju dapur, ingin membuatkan kopi panas untuk suamiku.

Saat sudah di lantai dasar, aku melihat lampu dapur masih menyala, kok masih nyala lampunya? Gumamku dalam hati.

"Eh bunda, belum tidur?". Mertuaku sedikit kaget saat aku tiba-tiba ada di belakangnya.

"Belum nak, nak sasha mau bikin apa? Biar bunda yang bikinin".

"Nggak usah bun, sasha cuma mau buatin mas iqbaal kopi".

Mertuaku hanya menggeleng sembari tersenyum manis.

Aku selalu nyaman ada di dekat bunda, bunda sangat baik, penyabar, sifatnya yang sangat lembut membuatku tidak seperti menantu di keluarga ini.

Terkadang bunda lebih membelaku ketimbang membela mas iqbaal anak kandung nya sendiri.

Dulu bunda sempat hamil lagi saat mas iqbaal sekitar berumur 5 tahun lebih 2 bulan, tapi saat usia kandungan bunda memasuki bulan ke tiga, bunda mengalami pendarahan dan dengan terpaksa harus di gugurkan / kuret.

Dan sampai detik ini, bunda tidak lagi di karuniai bayi mungil sampai mas iqbaal berusia 27 tahun.

"Sha, Kok ngelamun?".

"Eng enggak bunda, bunda kok belum istirahat?".

"Tadi bunda udah tidur, tapi kebangun karna bunda haus".

Tangan nya telulur mengelus punggungku, aku sedikit kaget tapi lalu tersenyum. Begitu nyaman aku di dekat bunda.

Kemudian tiba-tiba bunda memelukku dengan air mata yang sudah menetes, bunda sedikit sesenggukan.

Aku kaget saat melihat bunda menangis, kuarahkan bunda menuju kursi meja makan, kompor yang baru aku nyalakan sengaja aku matikan.

Aku ingin fokus mendengar keluh kesah mertuaku, kenapa sampai menangis seperti ini.

"Bunda kenapa? Kalau ada yang bunda critain, sasha siap dengerin bunda".

Mertuaku memandangku dengan sayu, tangis nya semakin pecah. Aku semakin bingung di buatnya.

Ada yang salah kah dengan ucapanku, atau salah dengan perbuatanku.

"Klo sasha ada salah, sasha minta maaf sama bunda".

Madu MuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang