"Iqbaal?." kaget sang ayah saat mendapati anak nya berada tepat di depan pintu kamar rawat inap sang menantu.
Saat ayahnya membuat pintu, iqbaal berada tepat di depan nya yang akan membuka pintu juga.
Sebenarnya iqbaal juga kaget, tapi masih bisa menutupi kekagetan nya.
"Kemana aja nak?." tanya sang ayah saat sejak tadi beliau datang, tidak melihat batang hidung anaknya nya sama sekali.
"Ayah mau kemana?." tanya iqbaal dengan raut wajah yang bertanya-tanya tanpa menghiraukan pertanyaan ayahnya.
"Ayah keluar mau menelfonmu."
"Ada apa yah?."
"Kamu darimana nak?"
"Dari musholla yah? Tadi selesai sholat iqbaal ketiduran disana."
"Yaudah ayo, sasha mencarimu."
"Sasha sudah sadar yah?" iqbaal terlihat sangat ceria kala mendengar penuturan sang ayah, kalau istrinya sudah siuman dan sedang mencarinya.
Dengan cepat iqbaal terduduk di lantai, ia tidak perduli gimana keadaan lantai rumah sakit itu, entah kotor ataupun bersih, iqbaal tetap sujut syukur.
Bersyukur karena istrinya sudah siuman.
"Alhamdulillah ya allah, terima masih karna engkau telah mengabulkan doa ku dengan cepat."
"Ayo masuk?." iqbaal ragu-ragu saat akan melangkah, ia teringat ucapan bundanya kalau akan mengurus semua surat perceraian nya dengan sasha.
Sedangkan sasha sekarang sudah siuman, itu semakin mempercepat proses itu terjadi.
Iqbaal menggeleng kuat, ia bahkan baru merasakan indah nya berumah tangga dengan sasha, setelah insiden hp pecah, kesepakatan, bentakan itu dan hal-hal tidak mengenakan lain nya yang sudah terjadi.
Iqbaal sungguh takut kehilangan sasha, menurut nya sasha adalah gadis yang baik, sangat baik malah, penurut, bisa mengerti iqbaal dalam situasi apapun, bisa membuat iqbaal nyaman bila berada di dekat nya, mau mengurusi semua keperluan nya, melayani iqbaal dengan baik.
Padahal mungkin di luaran sana, gadis seusia sasha mereka masih sibuk kuliah dengan di selingi bermain, hang out dengan teman sebaya nya, atau bahkan sedang mesra-mesra nya berpacaran. Tanpa mempunyai beban hidup yang berat, mengurus suami contohnya.
Tapi sasha tidak, dia sangat enjoy menikmati perannya sebagai istri, anak, menantu dan sebagai seorang mahasiswi. Di saat semua temannya disaat weekend asyik berbelanja di mall, nongkrong di caffe, nonton di bioskop. Tapi sasha tidak, dia lebih memilih memasak masakan kesukaan suaminya, atau bahkan mengbersihkan kamarnya. Keren sekali bukan?
Berbanding terbalik dengan sikap istri pertamanya yang selalu cuek, dan lebih mementingkan karir nya dari pada suaminya sendiri.
Selama menikah dengan revi hampir lima tahun, iqbaal belum pernah sekalipun melihat revi turun tangan langsung ke dapur untuk memasak, oh jangan kan memasak, bahkan bekas piring kotor nya saja tidak pernah ia taruh di tempat pencucian, selalu tergeletak di atas meja makan. Bahkan saat iqbaal meminta nya untuk membuatkan kopi, revi selalu menyuruh sang pembantu untuk membuatkan nya.
Berbeda dengan sasha, ia selalu melayani iqbaal dalam keadaan lelah atau bahkan ngantuk pun, bahkan sebelum iqbaal meminta nya untuk membuatkan kopi, sasha selalu menawarkan diri untuk membuatkan nya kopi, atau hanya sekedar mengambilkan makanan ringan untuk menemani iqbaal mengurusi pekerjaan nya yang belum ia selesaikan di kantor.
Bahkan sang bunda sangat terlihat dekat dengan sasha, karena iqbaal melihat sasha begitu memperlakukan orang tuanya dengan penuh kasih sayang.
Bahkan iqbaal bisa melihat, kalau sasha tidak pantas disebut sebagai anak menantu, ia lebih pantas di sebut sebagai anak kandung. karena melihat ketulusan dari sasha yang tidak semua orang bisa lakukan, iqbaal pun belum tentu, apalagi revi.
"Kenapa nak?." tanya wardhana kala melihat iqbaal masih saja terdiam mematung di luar kamar rawat inap milik sasha.
"Iqbaal takut bunda yah?."
"Cemen sih? Masak anak ayah jadi penakut begini."
"Tapi yah?"
"Sssstttt, ayah udah tau semua dari bunda."
"Iqbaal harus gimana yah?."
"ayah yakin bundamu hanya salah paham, ayo masuk. Kasian istrimu sudah mencari kamu dari tadi baal?."
"I-iya yah. A-ayo." wardhana merangkul pundak anak semata wayang nya, mengajaknya untuk masuk ke dalam ruangan sasha.
"Sudah, jangan di fikirkan?." wardhana sedikit memberi bentuk support untuk anak kesayangan nya.
"Bun-bunda gimana yah?."
"Gapapa, ayo. biar ayah nanti yang ngmong sama bunda."
Iqbaal bingung harus melakukan apa, dia bahagia, sangat bahagia. Tapi di sisi lain ada rasa was-was yang sedang menyelimuti pikiran nya.
Iqbaal sedikit merasa, apakah dia tidak pantas menjadi pendamping gadis yang cantik, baik dan thulus seperti sasha.
Dia menjadi pesimis, mengingat kecantikan sasha. Tidak mungkin di kampus nya tidak ada yang menyukainya, megan saja sahabat sasha sendiri menyukai sasha. Walaupun secara tidak terang-terangan dia mengungkapkan nya. Tapi iqbaal tau kalau megan menyukai istrinya.
Tapi itu bukan masalah yang besar menurut iqbaal, karena sasha sekarang sudah menjadi miliknya, dan sampai kapan pun akan tetap menjadi miliknya. Hingga memilik banyak anak dan cucu, iqbaal akan tetap menjaganya dari siapapun yang akan mencoba menyelakainya. Bahkan revi sekalipun.
Ngomong-ngomong soal revi, tadi revi menelfon iqbaal. Kenapa tadi dia pergi gitu aja, nggak pamit, nggak apa. Bahkan laptop nya tergeletak begitu saja.
"Kamu dimana bal?."
"Aku di rumah sakit, kenapa?".
"Kenapa tadi pergi gitu aja."
"Maaf, aku buru-buru."
"Memangnya siapa yang sakit, sampai bikin kamu lupa sama aku."
"Sasha rev? Dia di tusuk sama preman di pinggir jalan."
"Oh ya? Ya ampun, aku turut prihatin ya baal?."
"Iya makasih."
"Semoga sasha lekas sembuh ya?."
"Aamiin, ya udah telfon nya aku matiin dulu ya? Mau sholat soalnya."
"Okk, kamu jangan lupa makan!."
"Iya, nanti kalau sempat."
Iqbaal mematikan sambungan telepon nya, lalu berjalan menuju musholla, sebelum akhirnya ia tertidur di musholla tadi sore.
Yang real" aja yaaa.... No halu-halu club.
25-06-2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Madu Mu
RomanceNatasha Cecilya yg biasa di panggil sasha terpaksa harus menjadi istri ke dua karena paksaan dari orang tua nya. Narendra Iqbaal Wardhana lelaki yg sangat mencintai istri nya Revina Ayu yang sedang mengidap tumor ganas. akan kah iqbaal bisa menerima...