sebuah rencana

1K 119 23
                                    

Happy reading

Sasha pov

" nak?  Kamu jadi keluar. " tanya ulang mertuaku, semalam aku sudah meminta izin ke bunda untuk keluar sebentar. Hanya ingin ke cafe bertemu dengan teman kampusku.

Aku sudah cuti kuliah semenjak kedua mertuaku melarang saat aku nyaris saja keguguran. Beruntung bayiku kuat dan masih bertahan hingga sekarang.

"iya bun, boleh kan? Paling nanti jam 2 aku udah pulang. Bosen bunda dirumah terus. " aku hanya melihatkan deretan gigi putihku, merayu mertuaku dengan berbicara sehalus mungkin.

Sebenarnya bunda tidak melarang, tapi ayah tidak mengijinkan aku keluar sendiri, apalagi menyetir sendiri.

Hufh..

Aku tau ayah kawatir, tapi kan aku juga bisa jaga diri sendiri. Apalagi ada mas. iqbaal junior di dalam perutku, jadi aku lebih extra berhati-hati.

Dan jarak cafe dari rumah mertuaku hanya memakan waktu lima belas menit, mereka yang meminta, supaya aku tidak terlalu capek bila perjalanan sedikit jauh.

Lebay kan?.

Iya in aja deh, daripada nggak dibolehin nongkrong kan? Hehe.

" yakin nyetir sendiri?". Bunda mengelus pelan perutku, rasanya nyaman sekali. Aku memejamkan mataku, merasakan hanyatnya elusan bunda.

Aku beruntung menjadi menantunya, aku beruntung bisa mengenalnya, aku beruntung bisa disayanginya, sungguh sangat beruntung.

Bunda wanita yang kuat, tegas, tapi tetap lemah lembut. Sifatnya yang penyayang membuat aku betah dirumah ini.

Konon katanya, bila sudah berumah tangga dan tinggal serumah dengan mertuanya, itu bagaikan kita tinggal di neraka.

Tapi aku tidak, aku justru bersyukur karna bisa lebih lama menghabiskan waktuku dengan mertuaku, merawat bunga lalu menyiramnya, masak bersama, belanja kebutuhan dapur bersama, sesekali mengantar bunda bertemu teman-teman sosialitanya.

Kita lakukan bersama, bahkan tidak ada jarak sama sekali diantara kita. Mala keseringan bunda lebih membelaku tanpa melihat cemberutnya anak kandungnya yaitu suamiku.

"bunda mah gitu, yang anaknya bunda aku atau sasha sih?"

Protesnya saat bunda terus saja membelaku, walau terkadang aku yang salah sih. Hehe maafin aku ya mas?.

"iya bunda, deket kok. Paling nggak sampai lima belas menit kalau lancar. " rayuku lagi.

"bunda antar mau? ". Aku langsung menggeleng dengan cepat.

"nggak usah bunda, nanti bunda capek. Sasha bisa sendiri kok."

"tapi nak? Bunda takut ayah marah."

"jangan bilang ke ayah bun? Hehe". Bismillah, semoga bunda ngijinin aku keluar bawa mobil sendiri. Aku males kalau harus nunggu taxi lagi, ini aja udah mepet banget jam nya.

Mana bunda introgasi mulu, kan makin molor waktunya. Hihihi. Sekarang aja udah jam sebelas lebih sepuluh menit. Belum perjalanan nya, ditambah lagi kalau macet.

Makin kesita waktunya, mana jam dua mereka harus udah balik katanya karna lanjut ada acara lainnya.

Huffhh...

"yaudah, sasha berangkat dulu ya bun? Bunda hati-hati dirumah sendirian. Hehe" ucapku dengan cepat agar aku bisa jalan ke cafe lebih cepat.

"sebentar nak? Bunda ambilin susu kamu dulu, belum di minum kan? Tadi udah bunda masukin ke dalam kulkas. Udah dingin kayaknya, sasha kan suka yang seger-seger. "

Madu MuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang