kehancuran yang sempurna

2.5K 232 241
                                    

Sasha masih terbaring lemah di brankar rawat inap nya, sedangkan sekarang sudah pukul tujuh malam.

Semua sudah berkumpul di ruangat ber cat putih tersebut, kecuali iqbaal. Ia iqbaal.

Setelah kejadian tadi sore saat bunda menamparnya, ia tidak di perbolehkan masuk oleh sang bunda.

Iqbaal mengerti, karena mungkin ia juga merasa bersalah karena sudah menurunkan nya di tepi jaln raya. Walaupun sasha sendiri yang telah menyuruhnya.

Ia berjalan gontai ke arah musholla di lantai yang sama, hanya saja musholla ini terletak di depan lifh dan paling pojok.

Setelah menunaikan sholat asyar, iqbaal memutuskan untuk istirahat sejenak di musholla tersebut. Hingga tidak tersadar kalau ia tertidur pulas.

"Baal, iqbaal" panggil sang ayah padanya.

"Kenapa yah".

"Sini duduk samping ayah, ayah mau ngomong sama anak ayah".

Iqbaal duduk tepat di samping kanan ayah nya, matanya sudah berkaca-kaca, iqbaal tau kalau ia salah.

Seandainya iqbaal tau kalau semua akan berakhir seperti ini, iqbaal tidak akan mau menurunkan sasha di pinggir jalan sialan itu.

Iqbaal bakal terus menggas mobilnya sampai tepat di depan kampus istrinya, tidak perduli walaupun sasha akan mengomel sepanjang jalan, kalau perlu iqbaal akan mengantar sasha sampai ke depan kelasnya, dan memastikan kalau ia benar-benar duduk di dalam ruangan tersebut.

Tapi semua itu sudah terjadi, nasi sudah menjadi bubur. Iqbaal juga tidak bisa terus-terusan menyalahkan dirinya sendiri.

Mungkin ini semua sudah menjadi takdirnya, kalau di tanggal sekian, jam sekian sudah tercatat di sana kalau sasha akan mengalami hal yang sangat buruk menurut iqbaal.

Andai saja semua bisa di tukar, iqbaal dengan rela agar dirinya saja yang tergulai lemah disana. Daripada harus mendapati istrinya yang terbaring lemah dengan berpuluh-puluh jahitan di perutnya, dan luka sayatan di lengan nya yang warna lukanya sangat kontras dengan warna kulit putih sasha.

Air mata iqbaal menetes begitu saja, dia sudah tidak bisa menahan kesedihan nya, perkataan bunda nya sukses membuat iqbaal menjadi sedikit tidak waras.

Bagaimana kalau perceraian itu sampai terjadi? Iqbaal tidak bisa membayangkan hal itu kalau benar-benar akan terjadi.

Fikiran nya terlalu jauh berkelana, membayangkan nya saja sudah membuat iqbaal menjadi tidak waras. Apalagi kalau sampai benar-benar terjadi.

Mungkin ia akan menjadi gila, atau lebih menakutkan nya lagi iqbaal akan terjun bebas ke jurang, atau bahkan menabrakkan dirinya ke kereta api yang sedang berjalan dengan cepat nya.

Ya tuhan, iqbaal mohon jangan. Menyeramkan...

"Kenapa yah? Ayah mau ngomong apa sama iqbaal".

"Eng-enggak ayah cuma mau ngasih semangat sama anak ayah".

"Iqbaal sedih yah, iqbaal juga nggak tau kalau bakal sampai terjadi kayak gini. Iqbaal ngerasa jahat banget sama sasha yah, apalagi waktu bunda marah-marah sama iqbaal. Padahal sejujur nya iqbaal udah mau nganterin sasha ke kampus yah? Tapi revi tiba-tiba telfon, katanya habis jatuh di kamar mandi. Dan minta anter kerumah sakit. Trus sasha minta aku cepet-cepet nganter revi ke rumah sakit ya. Dan dia minta turun di jalan sialan itu, padahal iqbaal udah paksa sasha yah? Tapi dia ngotot minta turun di sana. Dan bodoh nya iqbaal, kenapa iqbaal  nururin sasha di sana.. Iqbaal bingung yah, iqbaal sedih, marah, kecewa. Apalagi waktu iqbaal udah sampai si rumah, revi kayak biasa aja yah. Kayak nggak lagi habis jatuh".

Madu MuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang