Hari senin kali seperti biasa, masuk pukul tujuh dan harus sudah stay bay di lapangan dengan atribut lengkap.
Tasya berdiri di barisan kelas dua belas IPA di urutan kedua. Di belakangnya ada Naya yang nampak ketakutan karena ia lupa membawa topinya.
Sebentar lagi guru akan berpatroli untuk mencari siswa yang tidak memakai salah satu dari atribut yang telah di tentukan.
Tiba-tiba Tasya merasakan baju seragamnya di cengkram kuat dari belakang, ia menoleh dan menemukan Naya yang melakukannya. Tasya menoleh ke kiri dan pas sekali Pak Suliwa lah yang sedang berptroli.
Gawat! Jarak mereka tinggal satu meter lagi.
Dengan sigap Tasya melepas topinya dan memakaikannya di kepala Naya setelah itu ia langsung bertukar posisi dengan Naya. Naya yang di perlakukan seperti itu menatap tidak percaya dengan apa yang di lakukan temannya ini.
"Sya-
Tasya menempelkan telunjuknya pada bibirnya sendiri,"Suuut."
"Heh kamu! Maju kedepan!"
Tasya menonggak dan menunjuk dirinya sendiri,"Saya Pak?"
"Bukan! Bayangan kamu!"
Tasya terkekeh,"Dih bapak lawak!" setelah itu ia maju, tanpa di beritahu pun Tasya tau di mana barisan untuk para murid yang tidak tertib.
Di samping deretan paduan suara.
Tasya bergabung dengan beberapa siswa-siswi yang ada. Tasya membalas senyuman para adik kelas dan teman seakatannya yang ada di barisan padus.
Tasya ikut baris dengan santainya, tidak ada rasa takut atau pun gelisa padahal ini pertama kalinya ia upacara di barisan murid tidak tertib.
"Tumben Sya?"
Tasya menoleh ke kanan dan menemukan Kalila, cewe yang di kenal sebagai cewe dengan botul body mantul.
"Iya nih lagi Khilaf aja Kal." Kalila mengangguk dan mereka pun kembali fokus kedepan di mana upacara akan segera di mulai.
Tidak lama seseorang berdiri di sebelah kiri Tasya, Tasya tidak menoleh ia hanya diam dengan pandangan fokus ke depan. Bendera akan segera di kibarkan.
Empat puluh menit kemudian upacara selesai, seluruh masyarakat sekolah membubarkan diri kecuali Pak Suliwa, guru dengan dasi kupu-kupu berwarna putih itu sedang berjalan menghampiri barisan murid kurang tertib.
"Berdiri dengan tegak kalian!" Seru Pak Uli. Semua murid menurut mereka melaksanakan apa yang di perintah oleh guru itu.
Pak Uli menatap satu-satu siswa-siswi yang ada di depannya saat ini, ia menggeleng heran kala melihat siswa-siswi yang ada di sini itu adalah siswa-siswi yang cukup terkenal dengan jabatan mereka.
"Aduuh, kalian para ketua kenapa pada di sini sih!"
"Kamu Wisnu, Kapten futsal. Kamu, Kalila ketua Dance kenapa bisa di sini? Kamu Tasya! Dan kamu Gibran Kapten Basket yang selalu ngelanggar aturan sekolah, ga cape kamu jadi buronan sekolah?" Ke empat orang itu diam, tidak ada yang berani menjawab.
Pak Uli menatap Wisnu,"Kenapa ga pake sepatu hitam?"
"Anu pak di cuci." Elaknya.
"Bagus, udah tau mau di pake segala di cuci!" nyinyirnya.
"Kamu Kalila, kemana dasi kamu?"
Kalila menunduk tidak berani menatap Pak uli, "Lupa taro Pak." ucapnya dengan menunduk.
"Yang di inget cuma loncat-loncatnya doang ya!" lagi-lagi guru itu menyinyir.
Dan sekarang giliran Tasya lah yang di hadapkan oleh guru ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
TASYA (Terbit)
Fiksi RemajaSeries # 2 MauNinda Series #2 *** Aku adalah Tasya sih cantik dengan segudang prestasi. Tapi aku bukan Tasya jika kamu mengganggu ketenanganku terlebih keluargaku. Aku bukan Tasya jika kamu mengabaikan laranganku. Aku bukan Tasya jika kamu menyentuh...