TASYA || 44

6.3K 314 16
                                    

Tasya dan Naya kekantin hanya berdua saja, Fidel tadi izin ke koprasi untuk membeli dasi baru karena yang lama hilang entah kemana.

Tasya duduk seorang diri di salah satu meja kantin. Sedangkan Naya, gadis itu sedang pergi ke stans bakso dan mie ayam untuk memesan makanan mereka kali ini.

Tasya celingukan mencari sosok Naya yang belum juga datang. Lama menunggu dan rasanya Tasya sudah benar-benar tidak kuat, ia harus segera mencari Fidel karena gadis itu belum juga terlihat batang hidungnya sampai sekarang.

Tasya bangun dari duduknya, berjalan keluar kantin meninggalkan Naya yang sedang memesan makanan.

Tasya tidak berjalan ke koprasi, ia malah melangkahkan kakinya ke arah toilet lantai tiga. Entah mengapa fellingnya mengatakan jika Fidel sedang berada di sana.

Kakinya mulai masuk ke dalam toilet wanita, ia melangkahkan kakinya menyusuri bilik-bilik toilet, tapi semua pintu terbuka yang artinya tidak ada satu orang pun di dalam toilet ini selain dirinya.

Tasya terkekeh pelan, ia meruntuki kebodohannya sendiri yang dengan percaya dirinya malah ke toilet dan bukan ke koprasi yang jelas-jelas Fidel di ada di sana.

Kakinya melangkah kembali berniat untuk keluar toilet tapi justru tertahan karena mendengar suara Fidel yang sepertinya bersama orang lain Ingin mendekat. Tasya malah masuk ke salah satu bilik toilet, mengunci pintu dan siap mendengarkan apa yang akan orang itu bicarakan.

"Kerja lo bagus juga Fid.".

"Sebenernya gue takut Mar, tapi demi album gue rela deh nyakitin temen gue sendiri."

Terdengar suara tawa, "Ini, thanks untuk bantuannya ya Fidel. Gue bener-bener seneng liat Tasya menderita."

"Ada masalah apa sebenernya lo sama Tasya?"

"Masalah pribadi yang lo ga harus tau."

"Ya ellah, nanya doang gue."

"Bacot lo ah. Udah ah gue mau ke lapangan aja, mau liat Gibran latihan."

"Ok, sekali lagi thanks ya, Marissa!"

Sudah tidak ada lagi suara orang beradu argumen. Tasya keluar dari persembunyiannya dan tersenyum miring.

"Lo salah cari lawan Fidel."

Tasya menatap Gibran yang setia di sampingnya menjadi pendengar yang baik. Gibran memintanya untuk menjelaskan bagaimana dirinya bisa langsung menyimpulkan jika Fidel lah yang sudah membuat dirinya di skap di gudang.

Gibran mengangguk paham, ia mengalihkan pandangannya dari mata Tasya jadi melihat sekeliling ruang tamu rumah Tasya.

Ini adalah kesekian kalinya Gibran berkunjung ke rumah Tasya dan rasanya tetap sama, nyaman.

"Jadi, apa yang gue liat tadi itu beneran lo, Sya?" ia mengalihkan matanya kembali pada Tasya yang masih duduk tenang di sampingnya.

Tasya mengangguk menjawab pertanyaan Gibran. Itu memang dirinya, Tasya. Tapi dengan sifat dan krakter yang berbeda.

"Jadi ini sebabnya lo terlihat tenang saat tau kalo gue adalah-

"Ya. Karena gue juga seorang pembunuh. Tapi, gue hanya melakukan itu kalo gue ngerasa bahwa dia mengacam hidup gue dan keluarga gue."

"Contohnya, Novi dan Indri." lanjut Tasya.

Gibran melotot tidak percaya, bahkan mulutnya sampai mengaga mendengar penuturan Tasya barusan. Apa benar? Jadi, tebakan dirinya tentang dua orang pembunuh itu benar.

TASYA (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang