"Dek, beliin gue mie instans di minimarket depan dong." Tasya berucap di depan pintu kamar Calista.
Calista memutar matanya dari leptop ke arah kakaknya berada.
"Males ah, tanggung ini kak."
"Bentar doang Lis, perut gue perih." mohonnya.
"Tangung ini kak, sih Zhou Fang lagi berantem sama Song Lin."
Tasya mendesah pelan,"Malesan lo! Dracin mulu!"
Brak.
Tasya menutup pintu kamar Calista kencang.
Dengan sangat malas akhirnya Tasya turun ke bawah dan pergi ke minimarket seorang diri.
Minimarketnya memang deket, ada di serbang jalan kompleknya, tapi yang membuat dirinya malas untuk keminimarket itu adalah jalanannya yang sepi.
Bukan takut, hanya saja Tasya merasa di perhatikan jika melewati jalan itu, terlebih pada saat melewati pohon kelapa yang menjulang tinggi.
Bulu kuduknya langsung berdiri.
Tenang tenang, ini bukan takut. Hanya...tidak nyaman saja.
Setelah menahan nafas cukup lama akhirnya Tasya tiba di minimarket yang di maksud. Ia langsung masuk dan mengambil empat bungkus mie instans dengan rasa berbeda, beberapa minuman bervitamin C dan dua bungkus keripik singkong.
Merasa sudah cukup dengan apa yang di butuhkan, Tasya pergi ke kasir yang kebetulan sepi.
Tasya diam sambil memandang coklat-coklat yang berjejer di bawah meja kasir menunggu kasir wanita itu mengitung hasil belanjaannya.
"Semua jadi empat puluh lima ribu lima ratus, Kak."
Tasya menonggak dan mengangguk. Ia mengambil uang di dompet sebesar lima puluh ribu dan di berikan pada kasir itu.
Kasir itu menerimanya dan memberikan kantung belanjaan dengan logo minimarket tersebut pada Tasya.
"Lima ratusnya boleh di donasikan Kak?" ucap kasir itu. Tasya mengangguk.
"Kembaliannya, kak." Tasya menerima uang empat ribuan itu.
Setelah mengucapkan terima kasih, Tasya keluar minimarket itu dan berjalan kembali melewati jalanan sepi tadi.
Tasya celingak-celinguk mengamati jalanan ini, dengan hati yang terus ber istigfar ia melewatinya.
Sruk srukk
Langkahnya terhenti. Telinganya tiba-tiba menangkap suara yang aneh.
Tasya mendekat pada pohon kelapa yang tinggi itu, bersembunyi di balik pohon guna menutupi dirinya agar tidak ketahuan oleh seseorang yang ada di ujung jalan sana.
Tasya mengaga melihat adegan di depan sana. Seorang lelaki tengah menyayat kulit tangan pria dewasa dengan sangat lihainya.
Tasya menggeleng melihat itu, dengan cekatan lelaki di depan sana asik memotong-motong jari jemari pria itu dan di kumpulkan di atas dada raga tak bernyawa itu.
Tasya sama sekali tidak takut melihatnya, ia malah merasa tertantang dan ingin tau siapa orang di balik gelapnya malam itu.
Tasya masih asik mengamati lelaki dengan hoddie hitam itu. Tangannya sekarang sedang menata mayat itu sedemikian rupa dengan posisi yang lumayan bagus.
KAMU SEDANG MEMBACA
TASYA (Terbit)
Teen FictionSeries # 2 MauNinda Series #2 *** Aku adalah Tasya sih cantik dengan segudang prestasi. Tapi aku bukan Tasya jika kamu mengganggu ketenanganku terlebih keluargaku. Aku bukan Tasya jika kamu mengabaikan laranganku. Aku bukan Tasya jika kamu menyentuh...