"Gue sendiri aja." kata Tasya beranjak dari duduknya, membuat Naya dan Fidel mengangkat wajah.
"Entar aja abis pelajaran selesai gue anterin." Naya berucap.
"Aduh Nay, gue pengen pipis masa harus nunggu pelajaran abis sih. Kalo gue ngompol gimana? Lo mau ngepel bekas pipis gue yang ngalir dari kaki dan hingap di lantai?"
Naya menampilkan wajah jijiknya,"Ih! Apa-apan sih lo, jorok banget! Udah sono pergi lo!"
"Tau, jorok lo mbak! Sono-sono toilet." Fidel ikut mengusir.
Tasya cengegesan dan tidak menjawab lagi. Lantas ia pergi ke depan untuk meminta izin pada Bu Frida yang sedang duduk di bangkunya.
Tasya berjalan keluar kelas setelah mendapat izin, tangannya di lambai-lambaikan di depan Fidel dan Naya.
Kedua temannya berdecak melihatnya.
Tasya no comen, kakinya melangkah menyusuri koridor yang sepi dan berhenti di depan toilet wanita yang juga terlihat sepi, tidak ada orang sama sekali.
"Sepi amat."
Lantas kakinya berjalan ke salah satu bilik kamar mandi yang pintunya rata-rata terbuka, masuk dan mengunci pintu agar tidak ada yang bisa menganggu konsentrasinya dalam membuang cairan itu.
Setelah pintu toilet Tasya tertutup, datang lah Marissa yang langsung masuk ke bilik yang tepat di sebelah Tasya.
Dua menit kemudian Tasya keluar, ia menuju wastafel untuk sekedar membersihkan tangan dan menata rambutnya.
Ceklek.
Dahinya mengkerut melihat Marissa yang baru saja keluar toilet lewat pantulan cermin.
Marissa mendekat, ia pun melakukan hal yang sama dengan Tasya. sampai pada saat Tasya ingin keluar toilet langkahnya terhenti karena ucapan Marissa.
"Lo yang namanya Tasya?"
Tasya membalikan badan menatap Marissa yang masih berdiam diri di depan cermin.
"Ya."
"Pacarnya Gibran?" Marissa berjalan mendekat pada Tasya.
Tasya sendiri tidak menjawab atau mengangguk, ia hanya diam. Menebak apa yang akan di lakukan oleh gadis di depannya ini.
"Lo bisu?"
Senyum miring Tasya tercetak jelas.
"Mau gue pacarnya atau bukan, masalahnya buat lo apa?"
"Oh, lo ga tau siapa gue?"
Tasya menatap Marisaa dari ujung kaki hingga kepala.
"Ga penting. Lagian lo cuma anak baru."
Setelah mengucapkan itu Tasya berbalik badan tapi gagal, rambutnya di tarik kuat dari belakang oleh Marissa.
"Lepas!" Seru Tasya kuat.
"Ga akan, sebelum lo ngejauh dari Gibran."
"Lepas." suaranya memelan.
"Gue bilang enggak ya ngga!"
"Aw!"
Seketika Tasya langsung memengang kuat tangan Marissa yang ada di rambutnya dan membuat gerakan memutar hingga saat ini tubuh Marissa lah yang ada di rangkuhannya.
Tasya mendekatkan wajahnya pada telinga Marissa.
"Seharusnya lo yang menjauh, karena gue pacarnya. Sedangkan lo, lo ga lebih dari seorang benalu yang datang tanpa di undang dan mengacaukan semuanya."
KAMU SEDANG MEMBACA
TASYA (Terbit)
Teen FictionSeries # 2 MauNinda Series #2 *** Aku adalah Tasya sih cantik dengan segudang prestasi. Tapi aku bukan Tasya jika kamu mengganggu ketenanganku terlebih keluargaku. Aku bukan Tasya jika kamu mengabaikan laranganku. Aku bukan Tasya jika kamu menyentuh...