Ruang guru di jam seperti ini adalah tempat tersepi bagian dua setelah kelas. Sebagian guru keluar lingkungan sekolah untuk mencari makan dan sebagiannya lagi mungkin di kantin khusus guru yang ada di lantai dua.
Di atas meja Pak Suliwa sudah ada beberapa kertas catatan nilai Gibran yang di bawah KKM, semua nilainya jelak dan sudah tidak bisa di bantu dalam segi apapun. Jalan satu satunya Gibran harus kejar nilai dengan belajar.
"Silahkan kamu lihat sendiri." tidak ada suara bentakan atau penekanan kali ini. Pak Uli benar-benar berbicara dengan santai, mungkin kali ini ia sedang berbaik hati dengan Gibran.
Gibran mulai membuka satu persatu kertas itu dan menelitinya dengan jelas. Benar, nilainya di bawah KKM, bahkan sangat jauh.
Sejujurnya Pak Suliwa adalah guru yang baik, tapi ia akan berubah tegas jika murid yang sedang di tanganinya tidak mau menurut. Bahkan Kak Ros pun kalah garang dengan Pak Uli.
Ada rasa kasihan saat melihat wajah Gibran yang terlihat sangat frustasi, ingin mambantu tapi bagaimana lagi, ia sudah mencoba segala cara agar nilai yang ada sedikit naik, tapi percuma.
Nilainya hanya bertahan di angka Lima.
Gibran menonggak dan menatap Pak Uli,"Terus gimana Pak?"
Pak Uli tersenyum melihat respon Gibran. Sepertinya ada keinginan untuk maju.
"Kalo kamu mau lulus ya belajar lagi tapi kalo enggak mau, yaudah kamu jalanin aja alur yang udah kamu atur."
"Caranya?" Tanya Gibran.
Hanya gelengan yang bisa Suliwa berikan saat mendengar ucapan singkat yang di lontarkan oleh Gibran. Muridnya yang satu ini memang sudah terbiasa dengan kosa kata yang minim, jadi ia sudah tidak kaget lagi.
"Mentor."
🔪🔪🔪
Bel istirahat sudah berbunyi sepuluh menit yang lalu. Saat ini Tasya dan ke tiga temannya sudah berada di kantin. Tasya butuh asupan agar tenaganya kembali.
Pak Suliwa benar-benar keterlaluan, masa hanya gara-gara masalah sepele ia dan Kalila di kasih hukuman tambahan membersihkan toilet cewe bagian bawah atau toilet khusus kelas sepuluh.
Sumpah demi apapun ingin rasanya Tasya memberi salah satu jurus untuk guru ber-dasi itu, seenaknya menambah hukuman hanya karena ia dan Kalila ketahuan berjongkok.
Hello! memangnya berdiri selama dua jam tidak pegal.
Dasar guru, maha benar.
"Kalian mau pesen apa?"
"Gue bakso sama es jeruk ya Sya." Fidel dengan segala semangatnya berucap.
Jihan meletakan ponselnya di atas meja, meneliti setiap stan yang ada untuk memastikan makanan apa yang cocok untuk ia makan.
"Mie ayam sama jus tomat deh."
Tasya mengangguk. Sekarang giliran Tasya menatap Naya yang sedari tadi hanya diam dengan pandangan ke arah ponsel dan sesekali ia memperhatikan Jihan dan juga Fidel.
"Nay, lo apa?"
Naya menoleh, ia nampak diam dan menimang makanan apa yang harus ia makan.
"Mie soto aja deh, sama es teh."
"Ok."
Tasya melirik ke kiri kanan untuk mencari seseorang.
KAMU SEDANG MEMBACA
TASYA (Terbit)
Novela JuvenilSeries # 2 MauNinda Series #2 *** Aku adalah Tasya sih cantik dengan segudang prestasi. Tapi aku bukan Tasya jika kamu mengganggu ketenanganku terlebih keluargaku. Aku bukan Tasya jika kamu mengabaikan laranganku. Aku bukan Tasya jika kamu menyentuh...