Terhitung sudah lima hari Tasya menjadi mentor Gibran dan Gibran sudah banyak tau tentang rumus-rumus yang ia ajarkan. Tidak susah mengajarkan orang pendiam seperti Gibran.
Pada dasarnya Gibran sendiri sudah memiliki otak yang encer, hanya saja otak encernya itu tidak mau di pergunakan dan di asah dengan baik.
Cowok itu malah membiarkannya begitu saja.
Saat ini Tasya dan ke tiga temannya sedang berada di kantin. Sejak jam pelajaran kedua, keempat gadis dari kelas IPA 1 itu sudah stay di sini dengan makanan yang tidak pernah putus.
Kelas IPA 1 free class dari jam kedua sampai pulang, alasannya karena guru yang mengajar kebetulan sedang pergi untuk melakukan ujian para guru yang di selenggarakan di salah satu universitas di jakarta.
Tasya, sih gadis dengan rambut yang selalu terkuncir itu sedang duduk dengan tangan yang memainkan ponselnya. Sedangkan ke tiga temannya kini sedang mengisi perut untuk yang ke sekian kalinya.
Tasya melepas arah matanya pada ponsel dan beralih menatap sekitar kantin yang cukup ramai.
Matanya bergulir kekiri dan kanan seolah mengabsen seseorang.
"Kok ga ada?" gumma Tasya cukup pelan bahkan nyaris tidak terdengar.
"Ha? Apaan Sya?" Tasya menoleh ke kirinya di mana ada Naya yang sedang menatapnya dengan sorot penasaran.
"Ga, gapapa." Jawabnya. Naya mengangguk dan kembali ke posisi awal.
Siapa sangka, Naya yang terlihat polos itu memiliki pendengaran yang cukup kuat. Bahkan elang pun kalah.
Tasya meminum jus wortel kesukaannya dengan tenang, ia menikmati wajah kedua temannya yang sedang makan tepat di hadapanya.
Fokus mata Tasya teralih kembali saat mendengar kegaduhan dari arah pintu kantin. Ada seorang gadis sedang berlari dengan wajah super panik.
Alis Tasya melengkung kala melihat laju gadis itu berhenti di mejanya.
"Ada apa-
"Kak! Calista di labrak kak! Cepet ke sana kak!" ucapnya dengan kencang.
Tasya melotot, ia tidak mengeluarkan kata-kata lagi. Gadis itu langsung bangkit dari duduknya dan berlari keluar kantin di ikuti oleh ke tiga temannya dan satu gadis yang memberitau tentang adiknya.
Di persimpangan kelas, Tasya tidak sengaja menubruk bahu Gibran yang sepertinya ingin ke kantin bersama ketiga temannya.
Tasya tidak gubris, ia berlari kembali dengan sangat arogan tanpa perduli dengan orang-orang yang menatapnya aneh.
"Ada apaan woi!?" Seru Jupiter kepada adik kelas yang tadi ikut lari dengan Tasya dan teman-temannya.
"Itu kak, Calista di labrak!" setelah mengucapkan itu gadis itu juga ikut melanjutkan larinya meninggalkan tanda tanya besar di otak Gibran dan ke tiga temannya.
"Ada apaan sih?" Dasar bego! Sudah di beritau jika Calista di labrak, ini kenapa masih nanya ada apa.
Goblok!
"Bacot!" Seruh Gibran dan langsung berjalan dengan langkah besar meninggalkan teman-temannya.
Jupiter dan Valen menatap bingung Gibran yang langsung merubah haluan.
Restu menghebuskan nafasnya kasar, punya temen dengan otak di bawah kapasitas bisa bikin sel darah putihnya hilang.
Udah lemot, bego, ga ada akal, hidup lagi!
"Susul bego! Lo berdua kenapa diem aja!"
🔪🔪🔪
Tasya sampai di kelas X IPS 2 dalam keadaan kelas itu sudah ramai, bahkan luar kelasnya sudah di isi oleh beberapa orang dari kelas sebelah.
KAMU SEDANG MEMBACA
TASYA (Terbit)
Novela JuvenilSeries # 2 MauNinda Series #2 *** Aku adalah Tasya sih cantik dengan segudang prestasi. Tapi aku bukan Tasya jika kamu mengganggu ketenanganku terlebih keluargaku. Aku bukan Tasya jika kamu mengabaikan laranganku. Aku bukan Tasya jika kamu menyentuh...