Pagi ini sama seperti pagi yang lalu. Tapi entah mengapa pagi ini terasa lebih, lebih, lebih dan lebih indah dari pada hari-hari yang lalu.
Kedua insan dengan status pacaran itu tengan berjalan di koridor dengan keadaan tangan sih gadis berada di dalam saku hoddie sih lelaki dan tentu saja di genggam.
Orang-orang yang melihat itu menjerit histeris tidak tertahan. Bagaimana tidak menjerit, lelakinya yang terkenal dingin dan sempat di kabarkan homo itu kini sedang memperlakukan seorang gadis yang notabenya adalah cewe dengan sifat ceria dan susah di takluki itu kini sedang berjalan berdampingan.
Tasya yang merasa risih karena dirinya terus di perhatikan ingin rasanya melepaskan tangannya dan berlari menjauh dari Gibran.
Tapi tidak bisa. Hatinya menolak dan ini sangat menyebalkan.
Tasya mendekatkan diri pada Gibran,"Gue malu Bran." bisiknya.
Tanpa menoleh, tangan yang semula ada di saku hoddie kini ia lepas dan langsung membekuk Tasya, menyembunyikan wajahnya di dada bidang miliknya.
Tasya terlonjak kaget dengan tindakan Gibran, ingin berteriak tapi tertahan karena dekapannya cukup kuat.
Suara siswa-siswa yang melihat itu semakin menjadi. Tasya tambah di buat malu dan semaki menelusupkan kepalanya di dada bidang Gibran yang terbalut hoddie hitam.
Gibran terkekeh dan melanjutkan jalannya dengan keadaan Tasya masih dalam dekapannya.
🔪🔪🔪
Gibran melepas genggamannya saat sudah sampai di depan kelas XII IPA 1. Mereka saling tatap dan melempar senyum dengan sendirinya.
"Istirahat gue ada latihan, lo sama temen-temen lo ya."
Tasya mengangguk,"Ellah biasa juga gitu."
Gibran terkekeh dan mengacak rambut Tasya gemas.
"Gue kan cuma kasih tau. Yaudah masuk sana." suruhnya. Tasya tersenyum dan berjalan meninggalkan Gibran.
Gibran pergi setelah memastikan jika Tasya sudah duduk di kursinya dengan damai sentosa tanpa halangan sedikit pun.
Ia melangkahkan kakinya meninggalkan kelas Tasya untuk kekelasnya sendiri yang ada di paling pojok.
Sampai di dalam kelasnya yang selalu ramai seperti pasar, Gibran duduk di kursinya yang mana di sampingnya sudah ada Restu yang tengah bergulat dengan buku.
Gibran meletakan tas hitamnya di atas meja di susul dengan dirinya yang duduk di kursi.
Restu melirik temannya yang terlihat santai seperti tidak memikirkan tugas sama sekali. Biasanya Gibran akan ikut menyalin tugas bersama dirinya tapi kali ini Gibran hanya diam dengan fokus mata kebelakang meja di mana ada Valen dan Jupiter yang sama seperti Restu. Menyalin tugas.
"Lo ga mau ikut nyalin bro?"
"Ga, udah."
Restu menatap tidak percaya. Bagaimana? Bagaimana bisa, kok?
"Iya tau kok, punya pacar pinter kan pasti di ajarin." celetuk Velen tanpa menatap Gibran.
Senyum miring Gibran tercetak kala mendengar ucapan Valen yang menurutnya benar. Ya, kemarin seusai belajar, Gibran sekalian minta di ajarin pr sama Tasya dan dengan senang hati Tasya membantunya.
"Ya lah. Makanya punya pacar satu sekolah terus pinter, biar kalo begonya kumat bisa di tutup sama kepinteran doi lo!"
"Oh! Gitu sekarang ya. Mentang-mentang udah taken terus dapet bonus karena cewe lo pinter dan sekarang lo jadi sombong? Gitu?!" Gas Jupiter.
KAMU SEDANG MEMBACA
TASYA (Terbit)
Teen FictionSeries # 2 MauNinda Series #2 *** Aku adalah Tasya sih cantik dengan segudang prestasi. Tapi aku bukan Tasya jika kamu mengganggu ketenanganku terlebih keluargaku. Aku bukan Tasya jika kamu mengabaikan laranganku. Aku bukan Tasya jika kamu menyentuh...