TASYA || 5

12.4K 580 3
                                    

Selesai bersiap-siap Tasya langsung turun kebawah untuk melakukan aktifitas seperti biasa yaitu sarapan bersama keluarganya.

Sampai di bawah, meja makan sudah terisi dengan penuh di mana sepuluh kursi itu hanya di sisakan satu untuknya.

Tasya tidak langsung duduk, ia mendekat dulu pada Kakek, Nenek, Om dan Tantenya untuk menyalimi ke empat orang itu.

Tasya menoleh pada lelaki seumuran adiknya yang di mana lelaki itu sedang menyantap sarapannya dengan tenang tanpa rasa malu.

"Dih, bocah pagi-pagi udah di rumah orang!" sewot Tasya saat melihat Abib.

Abib menonggak,"Suka-suka gue lah!"

"Ngapain lo!?" Sentak Tasya

"Makan lah, ya kali gue tidur!" Balas Abib tidak kalah keras.

Tasya memegang pinggiran kursi kuat-kuat menahan emosinya agar tidak meletup-letup.

Matanya menatap Abib tajam.

"Mau apa lo pagi-pagi di rumah gue?!"

"Numpang makan sekalian nebeng sekolah." Ucap Abib tanpa beban, lelaki itu kembali menyantap nasi goreng buatan Kesya dengan lahap.

"Ngeselin lo, kemaren gue nebeng ga boleh sekarang seenak jidat lo dateng dan minta nebeng? No Bib No!"

Abib kembali menonggak,"Sekali dong ellah, motor gue bannya kempes tadi jadi tadi Umi anter gue ke sini buat nebeng sama lo."

"Ga!"

"Sya, Mamah yang suruh Uminya Abib anter kesini, lagian Tante Adel Mamah suruh dateng subuh buat nyiapin persiapan operasi nanti jam tujuh, bareng ya."

Tasya menghela nafasnya, jika sudah Mamahnya yang bersuara Tasya tidak bisa berbuat apapun selain menurut.

"Ok." Putus Tasya terpaksa.

Di kursinya, senyum kemenangan milik Abib terpancar dengan jelas, ia meledek Tasya dengan menaik turunkan kedua alisnya.

"Ga usah senyum lo hidung anoa, gue tampol masuk rumah sakit lo!"

Semua tertawa mendengar ucapan Tasya yang sedikit kasar. Tasya memang seperti itu jika emosi selalu menggunakan kalimat ancaman yang tentu saja tidak mungkin terjadi.

"Iya dah Ketua silat mah susah!" Haikal menimpali. Ya, lelaki itu subuh-subuh datang kesini bersama istri dan anaknya serta orang tuanya.

Sebenarnya ini bukan kemauan Haikal, tapi Miranda yang memaksa dengan alasan rindu Kesya. Padahal baru dua minggu yang lalu Kesya dan keluarga mengunjungi rumah Miranda.

"Apaan sih Om." Haikal hanya tersenyum melihat muka malu ponakannya.

Tasya duduk di kursinya, mengambil piring dan mengisi piringnya dengan nasi goreng buatan Mamahnya dan di tambah dengan telur mata sapi yang ada di atas meja. Semua memandang heran isi piring Tasya kecuali Mamah, Papah serta adiknya.

"Itu lo makan ga kebanyakan Sya? rakus amat."

Tasya menonggak menatap Gina yang sedang memperhatikannya dengan tatapan antara jijik dengan heran.

Tasya tidak mengucapkan apapun, ia menaruh sendok yang ia pengan di atas piring. Gadis itu mengambil ponselnya dan mengutak-antiknya sebentar. Selesai dengan urusannya Tasya kemudian mengambil kunci mobil di dalam saku seragamnya dan menyerahkannya pada Abib yang persis ada di hadapannya.

"Bawa mobil yang bener." ucapnya datar.

Ia mengambil tas nya dan berjalan keluar tanpa berbicara apapun.

TASYA (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang