Pukul sembilan tapi rumah Helmi sudah di isi penuh oleh sahabat-sahabat mereka semasa SMA.
Kesya menyambut kedatangan teman-temannya dengan sangat bahagia.Ide suaminya ia terima dengan sangat baik. Usulan yang di berikan Tasya langsung di terapkan oleh Helmi detik itu juga, dan Helmi sangat bersyukur dengan usul anaknya.
Helmi menatap sekeliling dimana ada Rio, Haikal, Devan, Ina, Sherly, Ara yang hadir bersama keluarga mereka masing-masing. Tapi mata Helmi terus menatap ke pintu utama menunggu satu temannya lagi yang belum datang, Arka.
Ya, Arka. Pria berumur itu belum juga datang dan sebelum Arka datang Helmi belum bisa tenang.
Helmi duduk di lantai yang beralaskan karpet berbulu. Di sampingnya ada Rio yang sedang memangku bocah usia dua tahunnan.
Semua hadir, tapi yang membawa anak hanya Rio, Haikal dan Ara.
"Anak lo kemana tiga-tiganya, bang?" Ini Rio. Ia bertanya pada Haikal yang sedang bermain PS bersama Naufal-Suami Ara.
"Tama lagi ada kelas, katanya nanti nyusul. Kalo Yogi sama Gina lagi eskul." Jawab Haikal tanpa menoleh.
"Kalo anak lo kemana Van?" Kali ini Helmi yang bertanya pada Devan yang sedang asik memakan kue kering buatan istrinya.
Devan menoleh pada kakak iparnya,"Nadien mana mau ikut gini-ginian. Kalo kata dia mah mending dua-dua sama gitar coklatnya, dari pada kumpul." Jelas Devan. Helmi dan Rio yang mendengat itu hanya menggut-manggut mengerti.
"Fal-
"Apaan dah, anak gue lagi otw katanya, dia izin mau pergi dulu sama pacarnya tadi." Kan, Naufal atau biasa di panggil Oval ini adalah suami dari Ara, sih pengusaha sendal yang terkenal itu. Pria seumuran dengan Haikal ini merupakan Pria paling peka di antara pria-pria yang ada di sini.
Terbukti kan, belum di tanya Naufal sudah menjabarkannya sendiri.
Naufal sendiri adalah type orang yang cepat bergaul. Hampir tujuh belas tahun lebih ia akrab dengan sahabat-sahabat istrinya.
Tidak lama Kesya datang bersama Sherly, Ara, Ina dan Fiona-Istri Rio.
Mereka duduk berkelompok di atas karpet yang sama. Kesya dan teman-temannya terus berceloteh menceritakan tentang kelakuan suami mereka masing-masing.
Tiba-tiba suara ketukan pintu terdengar, semua menoleh termaksud Haikal dan Naufal. Di depan sana, ada seorang remaja tampan yang terlihat canggung saat melihat para orang tua di dalam sana.
Dengan penuh keterpaksaan Gibran tersenyum ramah pada orang tua di dalam sana.
"Permisi Om Tante, Tasyanya ada?" Sapa Gibran.
Kesya bangkit dari duduknya dan menghampiri Gibran yang ada di depan pintu. Gibran menyalimi tangan Kesya sebagai bentuk hormatnya kepada orang tua gadis yang sudah mengajarinya.
"Kamu Gibran ya?" Tanya Kesya.
Gibran tersenyum tipis, ia mengangguk,"Iya Tante. Tasyanya ada?"
"Ada kok ada. Tapi lagi latihan di belakang. Ayo masuk dulu biar tante panggilin anaknya." Ajak Tasya.
Akhirnya Gibran mengikuti Kesya dan berhenti di ruang tamu yang sudah di penuhi oleh para ibu-ibu dan bapak-bapak.
Gibran berjongkok menyalimi Helmi terlebih dahulu baru selanjutnya menyalimi para teman-teman Kesya.
"Sebentar ya nak Gibran, Tante panggil dulu Tasyanya." Gibran mengangguk dan tidak lama Kesya pergi dari hadapannya.
Gibran menunduk dalam keadaan duduk. Ia malu di perhatikan oleh orang-orang yang ada di sini.
KAMU SEDANG MEMBACA
TASYA (Terbit)
Ficção AdolescenteSeries # 2 MauNinda Series #2 *** Aku adalah Tasya sih cantik dengan segudang prestasi. Tapi aku bukan Tasya jika kamu mengganggu ketenanganku terlebih keluargaku. Aku bukan Tasya jika kamu mengabaikan laranganku. Aku bukan Tasya jika kamu menyentuh...