Demi apapun kelas XII IPS 3 tidak pernah bisa diam, selalu ada saja yang membuat kegaduhan dan lain sebagainya agar kelasnya tidak terlihat hening.
Restu, Jupiter dan Valen kini sedang berkumpul menjadi satu kelompok, memainkan ponselnya agar tidak bosan.
Kelasnya sedang free di jam terakhir, dan seluruh murid di sini memanfaatkan waktu dengan caranya masing-masing.
Valen yang memang hobby dalam bermain game mobile lagend itu kini sedang duduk bersila di tas meja dengan kopi susu di depannya.
Di sampingnya ada Jupiter yang sedang melihat vidio bo**p yang dengan santainya tanpa menggunakan earpond atau headsad.
Dan di depan Valen dan Jupiter ada Restu yang terlihat paling waras sendiri, lelaki itu sedang menonton seorang Hafiz cilik yang sangat hebat.
Dengan posisi dua meja yang mereka gabungkan menjadi satu dapat membuat mereka jadi leluasa dalam duduk dan sebagainya.
Ketiga lelaki itu menoleh saat merasakan meja yang mereka duduki sedikit menimbulkan gerakan. Tepat, ada seseorang yang menduduki lahan kosong di sekitarnya.
Gibran.
Ketua dari tiga cecungguk idiot itu adalah Gibran.
Gibran menatap ketiganya dengan tatapan serius. Sepertinya memang benar, di antar keempat orang ini yang paling waras di antara mereka adalah Restu. Tontonan yang Restu lihat adalah tontonan yang membawa diri ke jalan yang pusitif.
Beda jauh dengan Jupiter.
Gibran menghela nafasnya,"Temenin ke anak silat."
Ketiganya melongo mendengar ucapan Gibran, lelaki ini memang lelaki paling irit berbicara dan sekalinya bicara bikin pala ekstra pusing akibat harus memutar otak untuk mencari tau apa maksud dari perkataannya.
"Lo ngomong apaan sih Bran?" Jupiter mematikan ponselnya dan menaruhnya di saku seragamnya.
"Balik anterin ke lapangan, nemuin ketua silat."
Brak
Restu mengebrak meja kuat membuat perhatian teman-teman kelasnya menjadi tertuju pada empat cowo berbeda sifat itu.
"Nah gitu kalo ngomong jelas, jangan setengah-setengah kaya cinta Valen kek Maira!"
Ucapan Restu mengundang tatapan tajam dari Valen, lelaki yang semula memandang layar ponselnya dengan serius kini menjadi melihat ke arah Restu tajam.
Restu tersenyum tidak enak, lagi-lagi mulutnya keceplosan mengatakan hal itu,"Canda bro, canda."
Valen memutar bola matanya malas, lelaki itu menyandarkan tubuhnya pada tembok dan memejamkan matanya menikmati semilir angin yang mengenai tubuhnya.
"Mau ngapain lo ketemu sama Tasya?" Ini jupiter yang sedari tadi memperhatikan wajah Gibran.
Gibran diam, lelaki itu tidak berbicara apapun tapi langsung mengeluarkan ponsel dengan case maroon yang membalut badan ponsel tersebut.
Mata ketiganya melebar, mereka tau ponsel siapa itu. Lalu yang jadi pertanyaannya adalah, bagaimana ponsel itu bisa ada di tangan Gibran?
"Itu...lo nyolong ya Gib?!" Valen menunjuk wajah Gibran dengan telunjuknya.
Gibran menghempaskan telunjuk itu sembarang dan menatap Valen dengan marah serta pandangan tajam miliknya,"Bacot!"
🔪🔪🔪
Bell pulang sudah berbunyi sepuluh menit yang lalu dan sekarang Gibran dengan ke tiga temannya sudah berada di lapangan Basket tempat mereka latihan tapi kali ini mereka hanya duduk sambil menunggu Tasya selesai dengan kegiatannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TASYA (Terbit)
Teen FictionSeries # 2 MauNinda Series #2 *** Aku adalah Tasya sih cantik dengan segudang prestasi. Tapi aku bukan Tasya jika kamu mengganggu ketenanganku terlebih keluargaku. Aku bukan Tasya jika kamu mengabaikan laranganku. Aku bukan Tasya jika kamu menyentuh...