Typo kabarin. Karena ini ga di baca lagi, di draf langsung gue up.
Gue lagi di luar soalnya.
Happy Reading.
***
"Toiletnya pindah ke Hongkong ya mbak?"
Tasya terkekeh mendapat sindiran yang dikeluarkan oleh Naya.
"Sorry atuh."
Naya tidak peduli, ia malah mengambil toples berisi kacang yang ada di atas meja ruang tamu.
Tasya duduk di samping Naya sedangkan Gibran bergabung bersama ketiga temannya yang sedang asyik duduk di depan TV yang ada di ruang keluarga.
Naya menoleh pada Tasya ia mengerutkan keningnya,"Ngapain aja lo di atas?"
Tasya heran. Bagaimana Naya bisa tau jika dirinya ke lantai atas? seingatnya tadi saat ingin ke lantai atas Naya sedang sibuk dengan Restu. apa jangan-jangan temannya ini punya mata batin atau indra keenam atau...
Ah! Tidak mungkin.
"Kok lo tau Nay?"
Naya berdecih, ia membuang wajahnya ke toples yang ada di atas meja.
"Di kira gue anak bocah kali ya!"
"Hah?"
"Gue punya mata, lagian toilet di bawah ada, kenapa harus ke lantai atas?"
Tasya cengar-cengir.
"Yaudah maaf." Gina hanya berdahem.
Keduanya larut dalam kesibukan masing-masing. Tasya sibuk bermain ponselnya sedangkan Naya sibuk dengan kacang di depannya.
Tasya kembali tersenyum mengingat Kejadian beberapa menit yang lalu, ternyata cowok sedingin dan sedatar Gibran bisa seromantis itu, walau kadang-kadang keromantisan itu tidak selalu terlihat.
Tasya percaya jika Gibran tidak akan melakukan apa yang dilakukan oleh cowo-cowo di luaran sana, ia percaya jika Gibrannya akan setia dan menjaga dirinya.
"Assalamualaikum."
Kedua gadis itu kompak menoleh ke arah pintu utama yang memang terbuka lebar sejak awal mereka datang.
Keduanya diam. Naya tidak mengenali siapa pria di depan sana, tapi jika dilihat-lihat pria itu mirip dengan Gibran. Apa mungkin Ayah Gibran atau kakak...
Tidak mungkin.
"Waalaikumsallam." jawab keduanya.
Lelaki berjas itu masuk lebih dalam dan saat ini pria itu sedang berdiri di depan Tasya dan juga Naya.
Dua gadis itu bangun,"Maaf, cari siapa om?" Naya bertanya.
"Gibran ada?" Tanya pria itu.
Naya mengangguk,"Ada om, lagi di ruang TV-
Ingin rasanya nanya menghujat namun dia ingat jika di depannya itu adalah orang tua.
"Sial, gue belum selesai ngomong udah kabur aja tuh bapak-bapak." ucap Naya pelan, bahkan sangat pelan.
Tasya duduk di sofa di susul Naya yang kembali asik dengan cemilan di toples.
Tasya, gadis itu diam menatap sekeliling rumah Gibran yang terlihat sangat flat tidak ada sama sekali foto-foto pernikahan atau foto-foto masa kecil Gibran yang terpajang di dinding rumah. Rumah ini benar-benar kosong, hanya ada beberapa bingkai itupun berisi lukisan-lukisan bukan foto.
KAMU SEDANG MEMBACA
TASYA (Terbit)
Roman pour AdolescentsSeries # 2 MauNinda Series #2 *** Aku adalah Tasya sih cantik dengan segudang prestasi. Tapi aku bukan Tasya jika kamu mengganggu ketenanganku terlebih keluargaku. Aku bukan Tasya jika kamu mengabaikan laranganku. Aku bukan Tasya jika kamu menyentuh...