Sudah tiga hari paska kepergian Novi, tapi sekolah masih di hebohkan dengan kasus kecelakaan Novi yang masih simpang siur.
Pihak rumah sakit dan kepolisian belum menemukan titik terang tentang kecelakaan yang membuat Novi tewas di tempat.
Kabar terakhir yang di terima adalah, jika Novi membawa mobil dengan keadaan mengantuk dan membuat konsetrasinya terpecah sehingga tidak melihat jalan dengan benar.
Tapi, pihak dokter menemukan kejanggalan di tubuh Novi. Ada bekas sayatan di lengan kiri Novi. Dan, pihak kepolisian tidak menemukan tanda-tanda keberadaan orang lain atau bahkan sidik jari.
Entah lah, biar pihak yang berwajib saja yang menangani kasus ini.
Belum selesai dengan ke kebohan kasusnya Novi. Sekolah kembali di buat heboh dengan kabar percintaan ketua silat dengan kapten basket SMA Cahaya Bintang.
Tasya dan Calista berjalan dengan begitu santainya tanpa perduli dengan kebisingan yang ada di setiap lorong.
Selesai mengantar Calista ke kelasnya, Tasya melanjutkan jalannya menuju lantai tiga di mana kelasnya berada. Di setiap perjalanan Tasya di buat bingung dengan adik kelas maupun teman seangkatannya yang menatapnya dengan berbagai jenis tatapan.
Setiap hari memang bising, tapi enah, mengapa kali ini kebisingan yang ada seperti di tujukan untuknya.
Tasya masuk kekelas langsung di kagetkan dengan teman kelasnya yang berkumpul dan berteriak Cie dengan sangat lantang.
Tasya masih berdiri di ambang pintu kelas dengan tatapan mata ke arah teman-temannya terutama Naya yang berdiri paling depan dengan senyum misterius.
Tasya masuk kedalam kelas Dan berhadapan dengan teman-temannya yang masih memandangnya dengan senyum meledek.
"Apaan sih?" Tasya bertanya dengan raut wajah benar-benar bingung. Ini ada apa?
Teguh maju dan menyodorkan tangannya,"PJ dong, Bu ketu jadian diem-diem aja. Ga seru ah!"
"Tau nih, mie ayam kantin sabi kali!" sambung dimas teman satu prekuensi Teguh.
"Siapa yang jadian?" dengan begonya Tasya mengucapkan tiga kata itu. Ucapan Tasya mengundang jiwa jambak kaum hawa meronta-ronta.
"Elo lah Sya, masa Jihan!" Seru Patricia. Tasya melirik Jihan yang sedang duduk di bangkunya di temani dengan Fidel di sampingnya.
Dari sekian banyaknya siswa yang ada di kelas, hanya Jihan dan Fidel lah yang tidak ikut meneriakinya.
"Gu-
Teguh mengibaskan penggaris besi ke pemilikannya,"Halah! Ga usah ngeles lagi. Kita semua bahkan satu gedung udah tau kalo lo jadian sama Gibran sih cowo es batu itu!"
Tasya langsung diam menegang. Bagaimana mereka tau jika diri.. Astaga! Pantas saja sedari turun mobil dirinya di perhatikan dan sesekali mendengar namanya di sebut.
"Kalian tau dari mana?"
Semua menunjuk Naya yang masih setia dengan cengirannya.
"Maksudnya?"
"Buka ig lo!" suruh Naya.
Tasya langsung mengambil ponselnya dan menyalahkannya. Ponselnya sejak sore di matikan dan baru di buka karang.
KAMU SEDANG MEMBACA
TASYA (Terbit)
Teen FictionSeries # 2 MauNinda Series #2 *** Aku adalah Tasya sih cantik dengan segudang prestasi. Tapi aku bukan Tasya jika kamu mengganggu ketenanganku terlebih keluargaku. Aku bukan Tasya jika kamu mengabaikan laranganku. Aku bukan Tasya jika kamu menyentuh...