Sebelumnya maaf, kalo typo banyak karena ga di baca lagi. gue lagi ga enak badan, ini aja dari Draf.
Happy Reading
***
Hari ini hari minggu, dan sekarang Tasya sudah berada di depan rumah Gibran. Sebenarnya niat awal Gibran ingin mengajak Tasya pergi kesalah satu tempat wisata. Tapi di karenakan saat di rumah Tasya tadi, Ibunya menelepon dan mengatakan jika Devina ingin mengobrol dengan Tasya.
Dan ini lah jadinya.
Keduanya masuk kedalam rumah dan langsung di sambut oleh wanita seumuran Kesya dengan senyum merekahnya.
"Assalamualaikum Tante, gimana kabarnya?" Tasya mengatakan itu setelah ia berhasil menyalimi Devina.
Devina tersenyum,"Baik dong sayang. Ayo masuk." ajaknya.
Ketiganya masuk dan berhenti di ruang keluarga.
Tasya dan Devina duduk berdampingan tapi tidak dengan Gibran. Lelaki itu masih berdiri di pinggir sofa.
"Gibran kebelakang aja ya, Bu." izinnya.
Gibran menatap Tasya yang juga sedang memperhatikannya, "Gue di belakang, nanti kalo udah selesai kebelakang aja ya." Tasya mengangguk mengiyakan.
Gibran pergi, berjalan ke salah satu pintu yang menghubungkannya dengan belakang rumah meninggalan pacar dan ibunya di ruang TV.
Devina memperhatikan Tasya dengan raut bahagia dan senyum yang merekah. Ia memengang tangan Tasya yang ada di atas paha gadis itu.
Tasya menoleh dan tersenyum pada Devina.
"Tasya manis, Tante suka."
Lagi-lagi Tasya tersenyum, "Terima kasih, Tante."
Devina mengangguk,"Tasya sama Gibran gimana?" tanya Devina.
"Baik kok Tan."
"Tasya bahagia sama Gibran?"
"Bahagia banget Tan." jawabnya antusias.
Devina mesem, "Tasya mau tau, pas kalian baru pacaran Gibran ngomong apa sama Tante?" tawar Devina.
"Apa Tan?"
"Gibran bilang, 'Aku punya pacar Bu' gitu. Terus mukanya kaya seneng banget gitu."
Tasya tersenyum malu mendengarnya. Apa benar Gibran seperti itu? Gibran mengucapkan kalimat itu? Dari bibirnya? Yang benar?!
Rasanya detik ini juga Tasya ingin pergi ke lngit ketujuh untuk teriak sepuasnya melampiaskan rasa senangnya.
Devina yang melihat itu hanya bisa tersenyum. Bibirnya memang tersenyum, tapi tidak dengan hatinya yang sedang gunda gulana memikirkan perasaan gadis di depannya ini, jika tau kalo Gibran di jodohkan dengan orang lain.
Pasti ia akan hancur dan secara otomatis akan membenci dirinya. Devina gagal menjadi seorang Ibu, ia tidak bisa melindungi hak bahagia milik anaknya.
Ini semua ulah suaminya yang seenak jidat menyetir Gibran tanpa tau efek dari kemudinya.
"Kalo sewaktu-waktu Gibran pergi ninggalin kamu, apa yang akan kamu lakukan?" ucapan Devina mengundang tatapan tanya di mata Tasya.
"Point utamanya pasti nangis karena ga nyangka, Tan, karena semua itu ga pernah ada dalam fikiran Tasya."
"Kalo seandainya Gibran punya cewe baru dan hianatin kamu gimana?" Devina bertanya lagi.
Tasya menatap Devina, "Tasya bunuh cewenya."
KAMU SEDANG MEMBACA
TASYA (Terbit)
Teen FictionSeries # 2 MauNinda Series #2 *** Aku adalah Tasya sih cantik dengan segudang prestasi. Tapi aku bukan Tasya jika kamu mengganggu ketenanganku terlebih keluargaku. Aku bukan Tasya jika kamu mengabaikan laranganku. Aku bukan Tasya jika kamu menyentuh...