"Kenapa sih lo Bran, diem aja dari tadi." tanya Valen yang duduk di atas sofa ruang tamu.
"Lah, si Gibran mah kan tiap hari diem bae." Sambung Jupiter.
Restu duduk di sebelah Gibran menepuk bahu lelaki itu,"Kalo ada masalah cerita, jangan diem-diem aja."
Gibran membenarkan posisi duduknya, mencari yang menurutnya nyaman.
"Gue bingung." Gibran mulai membuka suara.
Alis ketiga orang itu terangkat, mereka manatap antusias Gibran yang sepertinya akan berbicara banyak.
Bahkan, Valen dan Jupiter yang duduk di sofa langsung pindah ke lantai untuk lebih dekat dengan Gibran dan Restu.
"Bokap gue semalem dateng, dia bilang sama Ibu kalo sekitar satu bulanan lagi pertunangan gue sama cewe itu bakal di langsungkan."
"Kok Ayah lo gitu banget sih, Bran." protes Valen.
Gibran mengangkat bahu,"Katanya, ini demi perusahaan yang terancam bangkrut kalo ga dapet suntikan dana dari Bapaknya sih Marissa."
"Dan lo ga protes saat itu?"
Gibran menggeleng menjawab pertanyaan Restu,"Posisinya gue nguping pembicaraan mereka, jadi gue mau keluar dan protes ga enak. Takut Ibu di cap orang tua gagal didik anaknya sama Bokap."
"Susah kalo berhadapan sama orang modelan Ayah lo, Bran."
"Ter..Ter, coba lo jadi gue, mungkin lo udah kabur kali." ucap Gibran pada Jupiter.
Valen diam.
Jupiter menjentikan jarinya,"Gue tau nih, pasti Bokap lo di manfaatin- jedanya.
"Tapi kenapa harus lo Bran? Kan anaknya bukan cuma lo."
"Dia masih bocah, mana mungkin Bokap gue tega." jawab Gibran.
"Dan sama lo tega?" Restu berdecih.
"Btw, emang Tante Devina ga coba bujuk Bokap lo?" Valen ikut bertanya.
Gibran menghela nafas panjang,"Ga mempen. Udah berapa kali Ibu coba. Dan kemaren aja dia coba ke rumah yang onoh, dan Ibu malah di usir sama sih iblis Adis!" jawaban Gibran membuat ketiga temannya diam.
"Bran..."
Gibran menoleh pada Restu.
"Sebaiknya lo harus jujur tentang keluarga lo deh sama Tasya, gue takutnya Tasya keburu tau tentang Marissa dan lo lupain tentang keluarga lo karena sibuk mikirin cara biar Tasya tetep bertahan sama lo."
"Bener kata Restu, sebaiknya lo terbuka tentang keluarga lo, Bran."Jupiter menimpali.
"Gue belum siap."
Valen menghela nafas,"Mau sampai kapan? jiwa kesiapan lo itu ga akan muncul kalo ga diri lo sendiri yang mancing, Bran."
Gibran diam.
"Lagian, apa lo tega lepas Tasya yang udah lo taksir hampir dua tahun demi serbuk minuman modelan Marissa, yang bahkan nama panjangnya aja lo tau dari perkenalan." sambung Valen.
"Denger Bran, semua cewe akan marah kalo kita, para lelakinya ga jujur dan nutupin semuanya dari dia. Begitu sebaliknya, cewe bakal ngerasa di hargain dan di anggep kalo kita, sebagai lelakinya berbagi kisah yang bahkan dia sendiri ga nanya, paham?"
Gibran tidak mengangguk atau menggeleng, ia hanya diam menatap ruang tamu rumah Restu yang nampak ramai oleh bingkai foto.
"Ga sekarang. Gue harus selesain masalah yang satu ini, baru bisa ngelangkah ke masalah yang lain."
KAMU SEDANG MEMBACA
TASYA (Terbit)
Teen FictionSeries # 2 MauNinda Series #2 *** Aku adalah Tasya sih cantik dengan segudang prestasi. Tapi aku bukan Tasya jika kamu mengganggu ketenanganku terlebih keluargaku. Aku bukan Tasya jika kamu mengabaikan laranganku. Aku bukan Tasya jika kamu menyentuh...