Mohon maaf kalo ada Typo ya.
Happy Reading.
***
Taman belakang yang sepi di jadikan titik bertemu untuk dua orang gadis berambut panjang dengan warna yang berbeda.
Gadis berambut coklat itu berjalan mendekat pada lawan bicaranya yang sudah menunggu hampir sepuluh menit lamanya.
Gadis itu terlihat gelisah, hatinya sungguh tidak tenang. Bagaimanapun ini adalah kejahatan pertama yang ia lakukan.
"Bagaimana?"
Gadis berambut hitam itu menatap lawan bicaranya, "Ada di tas."
"Istirahat pertama temui gue di gudang dan jangan lupa bawa benda itu." kata gadis berambut coklat.
"Iya. Memangnya kapan?"
"Pulang sekolah. Usahakan tidak ada orang yang melihatnya." gadis itu mengangguk. Lagi.
"Kerjakan dengan baik. Jika semua berjalan mulus lo akan gue kasih bonus." setelah mengucapkan itu, gadis berambut coklat itu pergi begitu saja tanpa berkata apapun, meninggalkan gadis yang merupakan lawan bicaranya seorang diri dalam keadaan yang gelisah.
🔪🔪🔪
Tasya duduk di bangkunya di temani dengan sepi, kelasnya sepi dan benar-benar tidak ada orang. Hanya ada dirinya seorang diri yang berada di kelas.
Kedua temannya pergi dengan urusan mereka masing-masing. Awalnya Tasya ingin ke kantin, tapi di urungkan karena tiba-tiba perutnya sakit dan itu sangat mengganggunya. Biasa, hari pertama datang bulan membuatnya menjadi lemah.
Tasya terlonjak kaget ketika mendengar suara gesekan bangku yang berasal dari sebelahnya. Ia menoleh dan menemukan Gibran yang duduk di sampingnya dengan wajah datar khasnya.
Tasya tidak merespon apapun, ia hanya diam dan kembali menelungkupkan wajahnya di sela-sela lipatan tangan.
Tidak.
Gadis itu menarik nafasnya pelan dan menghembuskannya. Tiba-tiba rasa sakit yang kemarin ia terima hinggap lagi. Rasa sesak yang semalaman ia rasakan meluap lagi. Rasa itu kembali lagi di permukaan hatinya, rasanya detik ini juga air matanya siap meluncur jika tidak segera di tangani.
Wajah Gibran lah yang membuat hatinya semakin perih.
"Kenapa?" tanya Gibran.
Tasya hanya menggeleng menjawab pertanyaan Gibran.
Gibran tidak tinggal diam, tangannya mulai bergerak dan berhenti di pundak Tasya, menganggat pundak itu memposisikannya agar duduk dengan tegak.
"Kenapa?" ulangnya.
Tasya menghembuskan nafasnya, ia melepaskan tangan Gibran dari pundaknya.
"Gue lagi cewe Bran." jelasnya.
Gibran diam dengan mulut berbentuk bulat.
"Udah sana kekelas lo, gue mau merem bentar." gadis itu tidak perduli dengan raut wajah Gibran yang menyeramkan, ia malah kembali mengubah posisinya menjadi seperti semula.
Gibran menghela nafas kasar, ia menatap Tasya sebentar lalu pandangannya jatuh pada keadaan kelas yang sudah mulai ramai kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
TASYA (Terbit)
Teen FictionSeries # 2 MauNinda Series #2 *** Aku adalah Tasya sih cantik dengan segudang prestasi. Tapi aku bukan Tasya jika kamu mengganggu ketenanganku terlebih keluargaku. Aku bukan Tasya jika kamu mengabaikan laranganku. Aku bukan Tasya jika kamu menyentuh...