Kalo banyak typo maklumin ya, koreksi dong koreksi. Ga gue baca lagi soalnya, mata gue lier hehehe.
Happy Reading.
***
Malam hari telah tiba, rembulan pun sudah terlihat dengan jelas oleh mata.
Tasya keluar kamar untuk sekedar berkumpul dengan keluarganya. Seusai makan malam tadi ia langsung ke kamar karena mendapat panggilan alam yang mengharuskannya segera masuk kekamar mandi.Dan sekarang Tasya sudah ada si ruang keluarga. Gadis itu duduk di single sofa, memperhatikan kedua orang tuanya yang jika di perhatikan setiap hari semakin terlihat harmonis.
Ia merasa bahagia dengan kenikmatan yang sudah Tuhan berikan padanya. Tanpa sadar, Tasya sudah mengembangkan bulan sabitnya dan membuat Calista yang melihatnya terheran.
"Kak, lo kenapa?"
Tasya menoleh pada Calista yang duduk di sofa sampingnya. Ia tersenyum dan menggeleng menjawab pertanyaan adiknya. Dirinya memang sedang tidak kenapa-kenapa kan?
"Ga mungkin gapapa. Lo kelihatan seneng gitu kak, jangan-jangan lo di ajak nikah muda ya sama Kak Gibran" spontan Tasya tertawa di susul tawa Kesya dan gelengan takjub Helmi.
Bisa-bisanya Calista memiliki pemikiran yang begitu pendek.
Tasya mengulum bibirnya menahan tawa, ia memperhatikan adiknya yang juga sedang menatapnya.
"Enggak semua orang senyum harus di dasari dengan sebab, Lis."
Alis Calista melengkung "Maksudnya?"
Tasya tersenyum, "Kadang orang senyum hanya sekedar menutupin luka aja." jelas Tasya.
Calista mengangguk-angguk mengerti. "Oh, jadi maksudnya lo lagi galau? Sedih? Patah hati? Atau jangan-jangan lo di putusin?" ocehan Calista membuat Tasya terdiam sebentar dan kembali menutup lukanya dengan senyum.
Sementar Kesya dan Helmi yang melihat perubahan raut wajah Tasya hanya bisa diam berpura-pura tidak mengetahui apapun.
"Gue ga galau kok. Udah ah mau tidur." Tasya bangun dari duduknya berjalan menaiki anak tangga meninggalkan keluarganya.
Kesya menggigit bibir bawahnya, ia bisa merasakan berada di posisi Tasya dan itu sungguh perih.
🔪🔪🔪
Pelajaran terakhir di isi oleh pak Uli yang hanya datang dan memberikan tugas setelah itu izin pergi karena ada kepentingan yang mendadak.
Suasana itu di manfaatkan oleh siswa siswi XII IPA 1 untuk mengerjakan soal agar di rumah mereka tidak lagi memusingkan tantang tugas ini.
Sepuluh menit lagi bel pulang berbunyi dan anak-anak kelas IPA 1 pun sudah mulai sibuk merapihkan tasnya untuk pulang.
Hal itu juga berlaku pada Tasya dan kedua temannya. Mereka sudah selesai mengerjakan tugas matematika yang di berikan Pak Uli dan sekarang hanya tinggal menunggu bel pulang berbunyi.
Naya mencolek tangan Tasya membuat gadis itu menatap heran temannya.
"Gue nanti balik duluan ya, Ayah ngajak kerumah Nenek." Tasya mengangguk mengiyakan ucapan Naya.
Naya yang merasa sudah mendapat jawaban dari teman sebangkunya kini menoleh kebelakang untuk melihat Fidel.
"Del, gua nanti balik duluan ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
TASYA (Terbit)
Roman pour AdolescentsSeries # 2 MauNinda Series #2 *** Aku adalah Tasya sih cantik dengan segudang prestasi. Tapi aku bukan Tasya jika kamu mengganggu ketenanganku terlebih keluargaku. Aku bukan Tasya jika kamu mengabaikan laranganku. Aku bukan Tasya jika kamu menyentuh...