TASYA || 11

10K 464 7
                                    

Suasana yang tenang di tambah dengan kerapihan yang ada membuat siapa saja betah berlama-lama di dalamnya.

Kamar bercat abu-abu dengan berbagai perabotan mendominasi warna hitam dan putih ini terkesan tenang dan nyaman.

Restu yang notabenya bukan pemilik kamar saja merasakan hawa damai setiap masuk kekamar ini, apa lagi si pemilik kamar yang selalu dan setiap saat ada di dalam sini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Restu yang notabenya bukan pemilik kamar saja merasakan hawa damai setiap masuk kekamar ini, apa lagi si pemilik kamar yang selalu dan setiap saat ada di dalam sini.

Menyenangkan.

Restu duduk di sisi kasur dekat dengan pintu balkon, ia menatap keluar kaca dengan senyum tipis.

Malam ini tidak ada bintang atau pun bulan, malam ini benar-benar malam yang sangat sunyi sesunyi kamar ini. Jika di perhatikan dengan lebih teliti, tidak ada satu pun foto yang mengantung di dinding atau bersandar di atas meja. Kamar ini benar-benar polos.

Restu benar-benar fokus menatap langit dari balik kaca, hingga tidak sadar jika Gibran sudah duduk di sampingnya dengan jeans biru laut dan sweter hitam yang membalut tubuhnya. Rambutnya yang masih basah ia biarkan berantakan seperti itu.

Restu terlonjak kaget saat mendengar deheman seseorang di sampingnya. Ia menoleh dan menemukan Gibran yang sudah rapih.

"Dah mandinya?" Gibran hanya berdehem menjawab pertanyaan Restu.

Ia membaringkan tubuhnya di atas kasur dengan posisi kaki mengantung begitu saja.

"Mau berangkat jam berapa?" Restu menoleh ke samping kiri di mana Gibran sedang berbaring dengan mata tertutup

"Jam sembilan aja." Gibran menjawab tanpa membuka matanya.

"Ok."

Restu ikut merebahkan tubuhnya di samping Gibran dengan posisi yang sama. Restu menatap langit kamar Gibran yang berwarna putih tulang itu dengan senyum, entah siapa yang ada di benak Restu.

"Hari kedua belajar gimana Bran?"

"Lumayan."

Restu menolehkan kepalanya menjadi menatap Gibran dari sisi samping.

"Terus, perasaan lo sam-

Cklek

Pintu kamar Gibran terbuka dari luar, membuat ke dua remaja itu menatap pintu dengan kaget.

"Keluar dulu nak, ayah kamu pulang." Ucap Devina dari dapan pintu kamarnya.

Restu langsung bangkit dari tidurannya. Sedangkan Gibran masih di posisi yang sama tanpa berniat menuruti perintah Ibunya.

Restu menyolek lengan Gibran bermaksud untuk membuat Gibran bangun. Tapi usaha Restu sia-sia lantaran Gibran hanya diam tidak menggubrisnya sama sekali.

Devina melangkah masuk kedalam kamar sang anak, duduk di ranjang dengan posisi kepala Gibran berada di sisi kanan Devina.

Devina mengusap rambut basah anaknya, matanya tidak lepas dari wajah Gibran yang tampan. Tapi sayang, ketampanannya tertutup dengan sifat dinginnya.

TASYA (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang