Gadis itu kembali lagi ke dalam toilet untuk membasuh wajahnya dengan air. Sempat memberikan sedikit bedak pada wajahnya, khususnya area bawah mata untuk menutupi sembab agar tidak ketauan habis menangis. Beruntung dirinya tadi memasukan bedak dan juga liptint kedalam tas kecilnya.
Tasya menghembuskan nafasnya panjang, sebelum ia melangkahkan kakinya keluar toilet dan berjalan ke ruang keluarga di mana ada Gibran di sana.
Tasya masuk keruang keluarga dan ia sudah tidak mendengar perdebatan seperti sebelumnya. Ia tersenyum pada Devina dan Sasi yang sedang duduk di sofa.
Tasya menyalimi Sasi dan beralih mendekat pada Ayah Gibran yang masih setia berdiri.
"Tasya, Om."
Tasya mengulurkan tangannya berniat untuk berkenalan dan juga sebagai bentuk hormatnya pada orang tua Gibran.
Tapi tangannya di abaikan begitu saja seolah-oleh tangannya begitu kotor. Gibran yang melihat itu langsung menarik tangan Tasya dan di bawa dalam genggamannya.
Tasya menatap Gibran yang terlihat sangat marah pada pria di hadapan mereka saat ini.
"Pulang?" Tasya mengangguk sekali. Kemudian Gibran menariknya keluar begitu saja tanpa berpamitan.
"Kamu lihat Mas, kebencian yang ada dalam hati Gibran semakin besar dan itu karena ulah kamu sendiri!"
🔪🔪🔪
Motor merah Gibran berhenti di depan rumah megah Tasya yang masih tertutup oleh pagar besi.
Tasya turun dari motor, ia melepas helm yang menempel pada kepalanya dan memberikan helm itu pada Gibran sebagai pemiliknya.
"Makasih." ucap Tasya. Gibran mengangguk.
Tasya menunjuk rumahnya dengan ibu jari,"Gue... Duluan-
"Sya."
Niatnya untuk masuk kedalam rumah terurungkan karena panggilan dari Gibran yang membuatnya menetap di tempat
"Maafin kelakuan Ayah gue ya?" Tasya tersenyum.
"Gapapa. Yaudah lo pulang sana, gue titip salam sama Tante Devina dan Tante yang tadi ya." setelah itu Tasya benar-benar pergi meninggalkan Gibran di depan rumahnya.
Gibran menghembuskan nafasnya kasar, ia tau perasaan Tasya bagaimana, Ayahnya memang keterlaluan. Beruntung Tasya tidak mendengar perdebatan mereka, jika dengar mati lah ia.
"Beruntungnya lo ga tau tentang pertunangan ini, Sya." batinnya.
🔪🔪🔪
Jiwa kuat dan senyum indah yang tadi terpampang dengan jelas kini hilang begitu saja saat kakinya sudah memasuki rumah besarnya.
Tasya berjalan lebih dalam untuk masuk, ia menoleh keruang TV hanya ada Calista yang sedang menonton TV. Tanpa kata atau sekedar menyapa, Tasya langsung berjalan ke arah sebuah kamar yang ada di lantai satu, tidak lain kamar orang tuanya.
Tasya masuk kedalam tanpa mengetuk pintu membuat Kesya yang sedang duduk di atas ranjang dengan ponsel di hadapannya itu terkejut. Ia menoleh dan menemukan anak pertamanya.
"Ada apa?" tanya Kesya santai. Padahal dalam hati ia bertanya-tanya.
Tasya tidak menjawab, ia dengan wajah merahnya langsung menghampiri Kesya dan memeluk wanita berumur yang ada di hadapannya saat ini dengan kuat.
KAMU SEDANG MEMBACA
TASYA (Terbit)
Teen FictionSeries # 2 MauNinda Series #2 *** Aku adalah Tasya sih cantik dengan segudang prestasi. Tapi aku bukan Tasya jika kamu mengganggu ketenanganku terlebih keluargaku. Aku bukan Tasya jika kamu mengabaikan laranganku. Aku bukan Tasya jika kamu menyentuh...