Series # 2
MauNinda Series #2
***
Aku adalah Tasya sih cantik dengan segudang prestasi.
Tapi aku bukan Tasya jika kamu mengganggu ketenanganku terlebih keluargaku.
Aku bukan Tasya jika kamu mengabaikan laranganku.
Aku bukan Tasya jika kamu menyentuh...
Sore ini Gibran memutuskan untuk mengajak Tasya ke salah satu tempat favoritnya, yaitu taman dekat rumahnya.
Taman komplek adalah tempat berkencan yang paling efektif kala kantong lagi kering. Tapi itu tidak perpengaruh bagi Gibran.
Gibran mengajak Tasya ke sini bukan semata-mata karena kanker. Ia sengaja mengajak gadisnya hanya untuk memperkenalkan tempat-tempat favoritnya kala hati sedang tidak sejalan dengan fikiran.
Dan gadis berbaju putih dengan levis pendek itu terlihat seneng. Rupanya tidak sia-sia ia mengajak Tasya ke tempat ini.
Gibran tersenyum di bangku besi yang ada di taman tersebut. Melihat Tasya seperti itu membuat pikirannya sedikit lebih tenang.
Setidaknya kejadian beberapa hari lalu tidak berputar terus bagai kaset rusak di kepalanya.
Gibran diam-diam memfoto Tasya yang sedang ingin membenarkan anak rambutnya. Ia tersenyum puas melihat hasil jebpretannya.
Melihat celana yang di kenakan Tasya sebenarnya Gibran merasa risih, tapi mau bagaimana lagi, sudah terlanjut.
Gibran duduk anteng di kursi besi itu, membuka aplikasi instagramnya dan mengpost foto Tasya yang baru saja ia dapatkan di instagramnya.
gbrnjeno_anendra
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
❤💭↗️ gbrnjeno_anendra ❤
Selesai mengpost foto itu Gibran langsung mengeluarkan aplikasi instagramnya sebelum ribuan like dan komen berhamburan dan membuat bising ponselnya.
Ia mengalihkan pandangannya dari ponsel ke depan dimana Tasya sedang berjalan ke arahnya dengan senyum manis miliknya.
Tasya duduk di samping Gibran, menyandarkan kepalanya di bahu Gibran tanpa sepatah katapun. Gibran sendiri tidak berbicara, ia hanya diam dan mengusap rambut Tasya lembut.
"Abis ini mau kemana?" Tasya diam. Ia sibuk memejamkan matanya.
Gibran menepuk pipi Tasya,"Hai."
Tasya membuka mata,"Apa?"
"Mau kemana lagi?"
"Nanti dulu ah, masih mau begini sama lo." jawab Tasya tanpa malu.
Gibran menggeleng dengan senyumnya,"Aleman."
"Bodo."
🔪🔪🔪
Restoran sederhana yang menyajikan soto ayam kesukaan Gibran menjadi tempat singgah selanjutnya setelah taman dan toko buku.
Pukul delapan dan mereka baru makan malam. Sebenarnya Tasya tidak suka dengan soto ayam, tapi karena Gibran yang memaksanya untuk mencoba di tempat ini jadi lah Tasya duduk di sini dengan perasaan gundanya.