Tasya masuk kembali ke dalam kelasnya setalah dari ruang guru dan kepala sekolah untuk meminta izin jika ia harus mengumpulkan seluruh anak ekstrakulikuler silat pukul dua tepatnya satu jam terakhir sebelum seluruh bell pulang berbunyi.
Di dalam kelas ada Pak Suliwa atau biasa di panggil oleh anak-anak Pak Uli, guru dengan dasi kupu-kupu yang selalu setia di lehernya itu tengah menjelaskan materi tentang Kaidah Perpecahan, Peluang, Permutasi dan kombinasi.
Tasya mendekat pada guru itu, menyalimi tangan Pak Uli dan menatapnya dengan serius.
"Pak, saya izin enggak ikut pelajaran bapak dulu ya, ada pertemuan silat pak."
Terlihat jelas di wajah Pak Uli jika ia sedikit ragu dengan peruturan muridnya,"Mau bolos ya kamu?".
Tasya menghela nafas berat, bagaimana caranya membuat guru yang satu ini percaya dengan perkataannya,"Ga bohong pak, tanya aja Naya, Fidel sama Jihan."
Pak Uli menatap ketiga teman Tasya, ketiga orang itu kompak mengangguk untuk meyakinkan guru tersebut.
"Udah izin guru piket?" matanya kembali menatap Tasya.
Tasya mengangguk mantap, ia melirik jam di ponselnya dan...gawat! Sudah jam dua kurang dua puluh menit, ia belum ganti baju lagi.
"Yaudah sana!"
"Ok Pak terima kasih." Tasya ngibrit berlari ke bangkunya untuk mengambil tas merah maronnya itu.
"Gue duluan ya gaes!" Pamitnya pada ketiga temannya.
"Yo! Tiati lo!"
"Oke geas!"
"Siap!"
Tasya langsung berlari keluar kelas tanpa perduli jika ia belum menyalimi guru di depannya tadi. Ia masuk ke toilet khusus wanita dan memakai salah satu bilik kamar mandi untuk mengganti baju.
Beberapa menit kemudian Tasya keluar dengan pakaian lengkap silatnya tidak lupa sabuk violet kesayangannya juga sudah terpasang rapih di pinggangnya.
Tasya mengambil tas dan juga ponselnya yang sebelumnya ia letakan di atas wastafel, berjalan menuju pintu keluar.
Tasya berjalan dengan keadaan menunduk dan sedikit berlari, mengejar waktu agar ia tidak telat sampai di lapangan.
Tapi, saat di perbelokan antara lorong toilet dengan jalan ia menabrak seseorang yang mengakibatkan tas serta ponsel miliknya jatuh ke lantai bersamaan dengan ponsel si korban yang juga jatuh bersamaan dengan benda miliknya.
Tasya Shok, ia langsung mengambil ponsel orang yang ia tabrak dan melihat kondisinya ponselnya ratak, gawat!
Tasya menatap orang yang sedari tadi diam di depannya dengan mata tajam yang memperhatikan setiap gerak geriknya.
"Mampus, kutub utara lagi!"
Tasya tersenyum tidak enak pada lelaki di depannya, ia menyodorkan ponsel retak milik lelaki itu dan di terima dengan kasar olehnya.
"Itu..maaf ya layarnya retak." ucap Tasya tidak enak hati, ia memperhatikan mimik wajah sih korban dan sepertinya ia marah.
"Itu..mau gue ganti atau-
"Ga."
Mampus! Aura dingin dari luar di padukan dengan aura panas dari dalam tubuhnya menambah kesan ketidak nyamanan. Sumpah demi apapun Tasya baru kali ini merasa ketakutan.
"Gue ganti ya?"
Lelaki itu hanya diam dengan pandangan terus menatap tajam Tasya.
"Aduh, itu giman-
KAMU SEDANG MEMBACA
TASYA (Terbit)
Teen FictionSeries # 2 MauNinda Series #2 *** Aku adalah Tasya sih cantik dengan segudang prestasi. Tapi aku bukan Tasya jika kamu mengganggu ketenanganku terlebih keluargaku. Aku bukan Tasya jika kamu mengabaikan laranganku. Aku bukan Tasya jika kamu menyentuh...