Twenty nine

57 12 1
                                    

Ceklek!

Ivory dan Sevanno yang sedang asyik menonton acara televisi menoleh kearah suara. Seseorang membuka pintu kamar rawat Sevanno.

"Udah nih. Lo boleh pulang Ry, biar si Vanno ama gue," kata Divrio sambil meletakkan barang-barang yang mungkin akan ia butuhkan semalaman ini.

"Lo cuman mau nemenin gue semalem doank, bawa barang-barang kayak orang mau pindahan lo," sindir Sevanno kearah Divrio.

Divrio tidak memperdulikan sindiran Sevanno. Ivory yang melihatnya hanya terkekeh.

Padahal Divrio tidak membawa terlalu banyak barang, hanya pakaian ganti, ponsel, charger, earphone. Tetapi memang dasar Sevannonya saja yang suka menyindir.

"Yaudah, gue pulang yak Vin. Besok pagi gue kesini lagi. Div, nitip Rovin," kata Ivory sambil berlalu pergi.

"Santuy lah. Kayak sama siapa aja," kata Divrio sambil melihat Ivory yang sekarang sudah tidak terlihat lagi.

"Rovin siapa?" Tanya Divrio yang baru sadar dan langsung menatap Sevanno.

Sevanno menjitak kepala Divrio pelan. "Sevanno Rovin Kick," kata Sevanno kembali memperkenalkan diri.

"Ohhhhh," kata Divrio mengangguk mengerti. "Ada panggilan kesayangan nih?" Tanya Divrio menggoda.

Sevanno tak menghiraukannya, ia malah kembali sibuk menonton acara di televisi.

"Yeh, cogan dikacangin," kata Divrio dengan nada yang dibuat buat sedih. Lagi, Sevanno tidak menanggapi. Melirik saja pun tidak.

...

Disisi lain.

Ivory baru saja keluar rumah sakit. Ia berniat untuk mencari taksi yang mungkin ada di depan rumah sakit. Sekarang ia sedang bedara di taman depan rumah sakit.

"Mana yak?" Tanya Ivory pada dirinya sendiri.

Saat sedang celingak celinguk mencari taksi, ia menangkap siluet seseorang yang sedang menangis di kursi taman.

Ivory awalnya tidak ingin menghiraukan karena ia tidak ingin ikut campur. Terlebih lagi dia bukan siapa siapa.

'Etapi tunggu. Kayaknya gue kenal sama tuh orang ya?' batin Ivory sambil berpikir.

Seseorang yang tadinya sedang menangis dan menunduk, sekarang mengangkat kepalanya. Ivory dapat melihat dengan jelas.

'Ohh... Chyntia,' batin Ivory sambil mengangguk nganggukkan kepalanya.

'Hah Chyntia?' Kaget Ivory dan segera menoleh kembali kearah gadis tadi. Ternyata memang benar, dia adalah sahabat Ivory, Chyntia.

Ivory segera menghampiri Chyntia yang sedang duduk di kursi taman.

"Chyn?" Panggil Ivory pelan.

Chyntia yang mendengararnya sedikit terlonjak karena kaget. "Ry?" Balas Chyntia dan seketika air mata kembali membanjiri wajah gadis di depannya.

Ivory segera memeluk Chyntia, hanya untuk menenangkannya. Ia tidak akan memaksa Chyntia untuk bercerita sekarang jika Chyntia tidak siap.

"Udah," kata Ivory pelan sembari menepuk nepuk pundak Chyntia.

Setelahnya, Chyntia sudah mulai memberhentikan tangisannya dan gadis itu mulai tenang.

"Hann..." kata Chyntia lagi.

"Hah kenapa Han?" Tanya Ivory bingung.

"Han sama cewe lain," kata Chyntia yang kembali mengeluarkan air matanya.

Change || Yeji Fanfiction (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang