==========
==========
Jeffrey menghela nafas panjang, sebelum memasuki rumah itu ia berdoa agar keputusan yang ia ambil ini benar.
Ia tidak menyangka, ia akan melakukan hal ini. Ia akan menikahi seseorang yang bahkan tak ia kenal, bahkan tak pernah ia temui.
Ia sebenarnya bisa menolak ini, hanya saja jasa besar yang pamannya pernah lakukan langsung menutupi semua egonya.
Bagaimanapun apa yang telah pamannya lakukan kepadanya dan adiknya bisa di bilang sangat besar.
Jeffrey bisa mengingat saat itu, ia masih sangat kecil bersama adiknya yang masih bayi harus menjadi yatim piatu karena kedua orang tua mereka meninggal.
Dengan bahagia pamannya membuka pintu rumah miliknya dengan lebar untuk menyambut mereka berdua--Jeffrey dan Jonathan-- bahkan di saat keadaan sulit menimpa mereka, dimana waktu itu keadaan ekonomi mereka hanya cukup untuk memberi makan Kayla yang waktu itu masih balita.
Beberapa menit kemudian lamunan Jeffrey buyar karena ada tepukan di pundaknya yang membuatnya sadar, itu pamannya, Darendra.
Sebenarnya om Darendra selalu ingin Jeffrey dan Jonathan memanggilnya ayah, hanya saja Jeffrey ingin sebuah batasan, agar ia tidak bertindak semena-mena jika saja ia memanggil pamannya itu dengan sebutan ayah dan dengan berat hati pamannya menerima keputusan Jeffrey.
Jeffrey tumbuh dewasa di saat ia seharusnya belum memikirkan hal lain selain belajar dan bermain, waktu memiliki andil penting dalam pendewasaan Jeffrey.
"Ayo masuk." Jeffrey menganggukkan kepalanya, mengikuti pamannya itu ke dalam rumah besar yang mungkin saja perlu waktu yang lama untuk sekali berkeliling.
Jeffrey di sambut hangat oleh pak Soesanto, calon mertuanya. Laki-laki yang berstatus sama dengannya itu berjalan dan memeluk Jeffrey dan tentu Jeffrey membalas pelukan itu juga.
Dan setelah itu beralih memeluk pamannya.
"Anggap seperti rumah sendiri." Jeffrey dan pamannya berjalan tepat di belakang sang pemilik rumah, mengikuti hingga sampai ke ruang tamu yang luasnya hampir seperti apartemennya. Bukannya melebihkan tapi ini kenyataannya.
Jeffrey duduk tepat di sebelah pamannya, setelah itu datang pelayan yang mulai menyajikan minuman dan juga beberapa makanan ringan.
"Nanti sekalian makan malem di sini ya?"
"Aduh pak, gak enak saya." Pamannya berbicara, Jeffrey masih terdiam berusaha tidak membuka mulut karena keindahan rumah megah ini.
Pamannya merupakan supir pribadi sekaligus asisten pribadi calon mertuanya, pekerjaan ini sudah di lakukan pamannya sejak dahulu. Walaupun seorang supir dan asisten pribadi, pamannya memiliki seragam sendiri, hampir sama seperti sekretaris hanya saja tak bekerja di kantor milik calon mertuanya, ia bekerja secara pribadi dengan pak Soesanto.
"Gak masalah, kita sebentar lagi besanan, 'kan? Pak Soesanto adalah orang yang ramah, walaupun memiliki segalanya bukan menjadi alasan untuknya bersikap sombong. Ia tetap menginjakkan kaki di tanah, selayaknya manusia.
Om Darendra tersenyum mengiyakan keinginan atasannya.
Sebenarnya om Darendra sudah menyuruh Jeffrey untuk menolak perjodohan ini, hanya saja Jeffrey tau diri, ini adalah kesempatan untuknya membalas budi.
Tentu ia tidak ingin pamannya itu memiliki hubungan yang canggung dengan atasannya sendiri jika Jeffrey menolak perjodohan ini.
Semua pasti bertanya, bagaimana bisa ia dan calon mertuanya itu bisa bertemu. Karena sebanarnya pamannya juga tidak menyukai jika hubungan kerja disangkutkan dengan hubungan pribadi, maka dari itu pamannya tak pernah membawa anggota keluarga lain menemui atasannya, menurut pamannya itu terdengar tidak sopan dan cenderung mencari perhatian.
Tapi sebelum itu Jeffrey mematung, melihat apa yang ia lihat dengan matanya sekarang.
Ia tak pernah tertarik untuk berkencan, hanya fokus bekerja keras dan mengurus keluarga kecilnya. Tapi untuk pertama kalinya Jeffrey terkesima dengan seorang perempuan, untuk pertama kalinya selain Teresa.
Perempuan yang ia yakini sebagai calon istrinya itu turun dengan anggun, ia sesekali membawa helaian rambutnya ke belakang telinga, hanya sekedar untuk menghilangkan rasa gugupnya, mungkin.
Tapi entahlah, Jeffrey bukan pembaca gerak tubuh yang handal.
Ia berhenti tepat di depan mereka bertiga tersenyum pada paman karena tentu Kanaya sudah mengenalnya.
Jeffrey tersenyum, tentu ia tahu nama calon istrinya.
Tapi saat Kanaya melihatnya, ia terlihat bingung.
Mungkin karena ia tak familiar dengan wajah Jeffrey.
"Jadi, papa.. sekarang kenapa aku ada di sini? Papa mau ngenalin aku ke siapa? Mana orangnya?"
Jeffrey terkejut, jadi Pak Soesanto belum memberi tahu putrinya?
==========
==========
Guys, ada tambahan cast baru! Yuk di cek dulu biar tau siapa aja. Biar ga bingung dan bisa ngebayangin castnya.
Jangan lupa votenya ya! Makasi<3
KAMU SEDANG MEMBACA
Married A Duda || Jung Jaehyun
Fanfic(Status : ongoing) ᴋᴀɴᴀʏᴀ ᴀᴅᴀʟᴀʜ ɢᴀᴅɪꜱ ᴍɪʟᴇɴɪᴀʟ, ꜱᴇᴅᴀɴɢᴋᴀɴ ᴊᴇꜰꜰʀᴇʏ (ᴊᴀᴇʜʏᴜɴ) ᴀᴅᴀʟᴀʜ ᴅᴜᴅᴀ ᴀɴᴀᴋ 1. ꜱᴜᴀᴛᴜ ʜᴀʀɪ ᴍᴇʀᴇᴋᴀ ʜᴀʀᴜꜱ ᴍᴇɴɪᴋᴀʜ, ʙᴀɢᴀɪᴍᴀɴᴀ ᴊᴀᴅɪɴʏᴀ? ©ᴅʏʙʙʏɢʀʟ 15.05.2020 •ᴄᴇʀɪᴛᴀ ɪɴɪ ʜᴀɴʏᴀ ꜰɪᴋꜱɪ ʙᴇʟᴀᴋᴀ, ᴊᴀɴɢᴀɴ ʟᴜᴘᴀ ᴠᴏᴛᴇɴʏᴀ ᴊɪᴋᴀ ᴋᴀʟɪᴀɴ ꜱᴜᴋᴀ ᴄᴇʀɪᴛᴀ ɪɴɪ...