11. Putus!

1.5K 236 19
                                    

"Eh." Aku tersenyum canggung. "Halo, Kak Singto."

Singto hanya membalas senyumanku lalu kembali melihat ke arah depan. Kenapa aku tidak sadar dia ada di belakangk sejak tadi? Ah, bodoh sekali diriku! Aku bisa merasakan keringat dingin keluar dari dahiku dan jantungku seketika berdetak sangat kencang.

"Kamu suka yang rasa apa?" Tanya Singto. "Aku dengar, yang rasa stroberi enak."

"Singto!" Ujar L yang ikut mengenali suaranya. "Kita ketemu lagi! Sendirian aja?"

Ia hanya mengangguk lalu menatap ke arahku, "Awalnya iya. Tapi kayaknya sih sekarang tidak lagi."

Rasanya aku mau pingsan saja. Tolong siapapun buat aku hilang ingatan.

"Mau pesan apa?" Sapa seorang penjaga kasir yang mengenakan apron berwana pink. "Hari ini ada promo beli satu gratis satu!"

Aku melihat poster promo itu dengan tatapan binar seperti anak kecil yang melihat mainan baru. Tentu aku tidak harus mengeluarkan uang banyak kali ini. Bahkan jika aku beruntung, L akan membelikannya untukku. Aku yakin L pasti akan melakukannya, apalagi ia harus menjaga nama baiknya sebagai kakak yang baik di depan Singto.

"Aku pesan dua Strawberry Delight." Ujarnya kepada penjaga kasir.

Awalnya aku senang-senang saja. Toh, dia ini yang membayar.

"Kamu mau pesan apa?" L menoleh ke arahku. "Itu semua untukku."

Aku mengernyitkan dahi. Apa yang salah darinya? Ia bahkan jarang bisa menghabiskan satu porsi. Tentu aku tak masalah untuk membayar yoghurt-ku sendiri. Tapi di sisi lain aku juga tidak mau melewatkan promo itu. Kenapa L begitu menyebalkan sih hari ini?

"Gak usah, Kak." Potong Singto. "Krist bareng belinya sama aku."

"Promo, promo, promo." Bisikku nyaris tanpa suara sambil menatap L dengan penuh kemenangan.

Setelah L membayar, Singto menggenggam bahuku, seakan menyuruhku untuk buru-buru maju ke depan.

"Dua ukuran sedang. Pakai toping kiwi, almond dan stroberi."

Sebenarnya yang sedang diet aku atau L sih?

"Tidak mau pakai saus coklat?"

Singto menggeleng sambil melirik ke arahku, "Tidak. Dia sudah cukup manis."

Aku hanya bisa tersenyum sambil menunjukkan ekspresi 'dia-hanya-bercanda-kok-kami-bukan-pasangan-betulan' di wajahku. Meski aku tak yakin si penjaga kasir itu dengar, tentu masih tetap terasa canggung. Memang ada kalanya Singto harus mulai belajar bagaimana cara menggombal di tempat yang benar.

"Ini pesanan kalian." Ucapnya sambil tersenyum. "Have a nice date."

Telingaku tak mungkin salah dengar.

Singto membalas tersenyum, "Terima kasih."

Aku melihat L duduk di dekat jendela sambil melahap mangkuk keduanya. Pasti sedang ada yang salah darinya. L tentu tidak akan makan sebanyak itu, kecuali jika ia sedang stres. Apa mungkin begini cara ia memberi tahu padaku?

"Kakakku mungkin lagi sensi." Bisikku pada Singto. "Ayo kita duduk di kursi lain saja."

Tapi Singto seakan tidak mengubris ucapanku. Ia menarik tanganku lalu duduk di kursi berhadapan dengan L. Aku masih tak paham apa maksudnya. Apa Singto sebenarnya sedang cari perhatian dengan L? Perasaanku jadi tak jelas karena isi pikiranku sendiri.

"Kak L." Panggil Singto. "Kalau ada yang mau diceritain, gak apa ceritain aja."

Aku melihat Singto sinis. Sejak kapan ia menjadi begitu perhatian dengan orang lain? Dan jika ia memang ternyata seseorang yang begitu hangat, mengapa ia tidak pernah melakukannya itu padaku? Aku tidak mengerti mengapa aku tiba-tiba merasa begitu kesal. Lagipula aku juga tidak butuh dikasihani. Aku juga bisa menyelesaikan masalahku sendiri.

Idiosyncrasy - [ Singto x Krist ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang