"Jadi intinya, kayaknya emang kepsek yang nyebarin video gue sama Kak Singto." Ujarku menutup cerita panjang lebarku yang sebenarnya hanya berputar-putar saja. "Dan gue rasa itu ada hubungannya sama kejadian kemaren."
Lagi-lagi anak klub jurnalistik itu cuman bisa bingung menganga. L yang tadinya santai merebah di sofa Tay langsung kebingungan. Mengingat berapa kali ia sudah menuduh Singto, namun sekarang malah orang lain yang jadi tersangka.
"Terus buktinya apa?" Tanya Marcel sambil menatap Singto heran.
"Emang apa buktinya kalo ternyata gue yang nyebarin?" Ujar Singto yang sadar kalau ia masih dinobatkan sebagai tersangka.
Tay melihat ke arah ponsel Singto, "Eh, ini hape baru ya?"
"Iya."
"Kapan belinya?"
"Tay—" Marcel menatap Tay kesal karena sudah mengalihkan fokusnya.
"Sebulan lalu." Ia memainkan ponsel di genggamannya.
Entah apa maksud Tay. Bahkan aku pun tak pernah memusingkan hal itu. Toh, Singto kan anak orang kaya. Jika ada ponsel keluaran terbaru pun pasti bisa ia beli hari itu juga. Tentu di jaman sekarang begini ponsel sudah jadi prioritas kan?
"iCloud-nya punya lu sendiri?"
Singto langsung kebingungan, "Gue gak tau sih. Asal pake aja, Gue pikir sistemnya sama kayak Android."
"Kalo emang iCloud-nya sharing, bisa aja isi galeri lu ke-share dan bisa diliat." Ujar Tay. "Tapi kalo sampe bisa ngeakses pas lagi video call gitu, itu sih gue gak tau."
"Well, sebenernya sih—"
Marcel langsung terbelalak, "JANGAN BILANG LU SCREEN RECORD?!"
"Woy— Cel, lu paham lah? Lu punya cowok juga kan dulu? Buat stock di kamar mandi." Balas Singto panik. "Tapi sumpah demi nama alam semesta berserta sesinya cabut nyawa gue kalo gue boong, gue gak ada niat nyebarin! Aib gue kan juga ada di situ."
"Idih, goblok banget sih lu!" Aku memukul bahu Singto. "Goblok, tolol, bego, sangean lagi! Emang anjing! Brengsek, brengsek, brengsek!!!"
"Ya udah lah, babe, udah kejadian juga."
Langung kucubit lengan Singto keras-keras "Bab, beb, bab, beb, gue pites mulut lu!"
"Terus sekarang intinya lu sharing iCloud sama siapa aja?"
"Mana gue tau? Dibilang gue asal pake aja! Kalo urusan per-handphone-an begini, gue akuin gue emang paling katrok."
"Katrok tapi punya Alexa." Keluhku.
"Beda itu konsepnya!"
Benar juga. Baru ingat kalau dia masih memilih pakai DVD untuk nonton film.
"Singto bisa bego juga ya ternyata." Keluh Tay. "Terus ini hape dibeliin bokap lu?"
Ia mengangguk. Membuat kita melirik satu sama lain, tanda sudah menemukan jawaban yang sama. Singto hanya bisa diam pasrah sambil memijat pangkal hidungnya. Pusing. Aku tahu ini bukan murni kesalahannya, tapi kenapa ia bisa seceroboh itu?
"Oh iya." Aku seketika ingat ada sesuatu yang belum disampaikan. "Gue juga dapet SMS anceman gitu, dia bilang bakal dia bakal nyebarin video gue."
Langsung kutunjukkan isi pesan yang dimaksud. Wajah Earn seketika bingung keheranan dan ikut buru-buru mengeluarkan ponselnya. Entah apa yang sedang ia ingin tunjukkan, namun kubisa merasakan suasana jadi makin riuh.
"Liat typing-nya." Earn menunjukkan beberapa hasil screenshot isi percakapan korban-korban pelecehan seksual yang pernah dibahas di ruang rapat kemarin. "Mirip kan?!"
"Kalian lagi bahas apaan sih?" Tanya Singto keheranan.
"Kasus pelecehan di sekolah." Balas Earn. "Kakak tau soal ini?"
Singto memicingkan mata dan wajahnya seperti sedang berfikir keras, "Anjing! Emang bener-bener hypersex itu orang."
"Siapa, Kak?"
"Jangankan murid sekolah, apalagi cewek populer." Singto tertawa penuh ironi. "Anaknya sendiri aja dijadiin budak seks."
"HAH? SINTING, ANJRIT? HILANG AKAL! GILA LU YE?" Umpat Tay berteriak.
Aku mengelus pundak Singto. "Kak udah ya? Kita gak usah bahas lagi."
Marcel terlihat masih penasaran, "Tapi serius itu, Sing?"
"UDAH SIH!" Teriakku kesal. "Gak kasian apa traumanya dikorek-korek gitu?"
Akhirnya mereka tak lagi bertanya. Mungkin takut denganku yang seketika berubah jauh dari biasanya. Tapi aku bisa merasakan jika berada di posisi Singto. Tidak ada yang suka dikuak masalah pribadinya begitu.
"Kalian gak usah pikirin gue, dari kecil gue udah biasa digituin." Ujar Singto. "Justru korban-korban lain... Kayak Chloe, misalnya. Dia itu korban! Dia butuh support system."
"Chloe?" Tanya Earn bingung. "Emangnya dia ken—"
Marcel menimpali, "Tapi lu beneran gak ngehamilin dia kan?!"
L langsung melotot ke arah Singto, "HEH, LU JANGAN NGADI-NGADI Y—"
"I'm gay, okay?!" Protes Singto membuat seisi ruangan kembali sunyi senyap. "Kalian itu gimana sih? Dia ini korban pelecehan! Dan masih sempet-sempetnya ngegosip? Hilang akal yang lu semua?"
Tunggu. Jadi semua asumsiku soal dia dan Chloe... salah? Ketika ia bilang kalau dia menyukaiku, kukira itu hanya usahanya agar aku tidak marah. Sekarang faktanya terpampang jelas. Dia jelas-jelas gay dan hanya ingin membantu Chloe.
Jadi selama ini aku hanya membadut karena terbakar api cemburu?
"Kan bener." Tay menepuk tangannya. "Balikin sejuta lima ratus ribu gue, Cel."
"Tay..."
"Dan bukan gue yang ngehamilin Chloe." Wajah Singto langsung layu. "Tapi dia, si anjing itu. Gue liat sendiri di depan mata gue!"
"Terus kenapa gak lu cegah?!"
"Emang bisa?" Tanya Singto dengan tatapan tajam.
Earn berusaha mengembalikan suasana, "Kalo gitu, gue coba lagi untuk reach out ke korban-korban lain. Mastiin kalau ini bener orang yang sama."
"Jadi kalian pernah bahas ini sebelumnya?" Singto masih linglung.
"Pernah." Balasku. "Tapi Marcel bilang gak ada data konkrit."
"Ya udah." Marcel mengangkat alis. "Sekarang kan udah ada? Gas aja lah."
"Terus kalo ternyata emang orang yang sama?"
Tay tersenyum, "Gue ada rencana. Gak tau bakal sukses atau enggak, tapi bakal fix heboh!"
Sebenarnya aku tidak percaya pada Tay. Entah dia yang akan mengacau atau acaranya bakal gagal total karena orang-orang hanya menganggapnya gila. Tapi tidak bisa dipungkiri kalau Tay memang selalu punya ide yang out of the box.
"Okay." Earn mengangguk setuju. "Udah kan? Kelar rapatnya?"
TING.. TONG...
"Hah siapa itu?" Tanya Marcel panik sambil menghadap ke arah pintu.
"Pacar gue lah!"
----------------
Author's Note :
Halo peeps, kembali lagi bersama Author di sini. Jujur aja, ini pengalaman pribadi di mana foto pacaran backstreet ala-ala jadi ketahuan karna iCloud. Jadi, kalian harus hati-hati ya<3 Hope you all enjoy!
Maaf banget juga jadi jarang muncul karena lagi banyak tugas :(
KAMU SEDANG MEMBACA
Idiosyncrasy - [ Singto x Krist ]
FanfictionSetiap orang pasti punya kekurangan. Entah mereka menguburnya dalam-dalam atau justru menjadikannya sebagai ajang untuk mencari perhatian. Percuma saja sebenarnya. Bagaimana pun cara mereka menyikapi kekurangan itu, pada akhirnya akan terendus juga...